PidatoTentang Generasi Milenial Masa Kini | Milenial.NET (Edith Delgado) Tentunya, bangsa ini tidak ingin generasi mudanya lemah dan moralnya hancur. Teks Ceramah Tentang Remaja Era Milienal Santrinow. Contoh Pidato Singkat - Sebagai generasi muda tentu kita diharuskan cakap dalam segala hal, baik itu dalam hal kecakapan dalam komunikasi
Materi khutbah Jumat ini mengajak kita untuk senantiasa memberi teladan sekaligus menjaga para generasi muda, sebagai penerus tongkat estafet peradaban, dari efek-efek negatif perubahan zaman yang sangat dinamis saat ini. Peradaban masa depan bisa tergambar dari karakter dan prilaku generasi muda saat ini. Semua insan menginginkan sebuah peradaban mulia yang senantiasa menjadikan agama sebagai panduan, serta kemanusiaan dan akhlakul karimah senantiasa mewarnai aktivitas manusia. Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul "Khutbah Jumat Generasi Muda dan Perubahan Zaman". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini pada tampilan desktop. Semoga bermanfaat! Redaksi الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ Jamaah Jumat rahimakumullah, Perubahan zaman diiringi dengan perkembangan teknologi serta informasi yang begitu cepat saat ini haruslah diimbangi dengan bekal keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt. Inilah yang akan menjadikan kita mampu mengarunginya dengan baik melalui maksimalisasi hal-hal positif yang muncul, sekaligus mampu menepis dampak-dampak negatif yang muncul akibat disrupsi yang terjadi di berbagai sektor kehidupan. Sehingga sangat relevan sekali dalam setiap khutbahnya, khatib wajib mengingatkan, mengajak, dan menguatkan ketakwaan kepada Allah swt melalui banyak ayat Al-Qur’an. وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ Artinya“Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat.” Al-Baqarah 197 Jamaah Jumat rahimakumullah, Perubahan zaman adalah sebuah keniscayaan. Perkembangan ilmu dan teknologi menjadikan semakin cepatnya perubahan peradaban. Jika dulu untuk memberi kabar pada orang lain harus mengirim surat dan menunggu balasan selama berhari-hari, bahkan berbulan-bulan, saat ini dalam hitungan detik hal itu sudah bisa dilakukan. Jika dulu informasi hanya dimiliki oleh segelintir orang, saat ini semua orang bisa mengakses informasi kapan pun dan di mana pun. Dunia seolah sudah ada dalam genggaman. Apa pun yang kita inginkan bisa difasilitasi oleh berbagai perangkat hasil dari perkembangan ilmu pengetahuan dan inovasi teknologi seperti melalui internet. Namun perlu kita ingat bahwa perubahan ini bukan hanya membawa dampak positif bagi peradaban. Ancaman dekadensi moral dan hilangnya kemanusiaan juga terancam oleh derasnya perubahan jika tidak disikapi dan diantisipasi dengan baik. Teknologi diibaratkan pisau yang bisa memberi manfaat besar jika dipegang dan digunakan oleh seorang koki atau tukang masak. Namun akan mendatangkan bencana bila dipegang dan dikuasai oleh penjahat. Oleh sebab itu perubahan zaman akibat cepat dan masifnya perkembangan teknologi harus diimbangi dengan kesadaran bahwa teknologi adalah wasilah alat bukan ghayah tujuan. Kita harus bentengi diri kita dan orang lain dari efek negatif perkembangan teknologi untuk menghindari sebuah tatanan peradaban yang menghantarkan pada jurang kehancuran. Ada kalimat bijak yang mengatakan “Dengan teknologi hidup menjadi mudah, dengan seni hidup menjadi indah, dan dengan agama hidup menjadi terarah”. Agar semuanya bisa kita jalankan maka perlu kita pegang kaidah yang populer di lingkungan pesantren المحُاَفَظَةُ عَلَى القَدِيْمِ الصَّالِحِ وَالأَخْذُ بِالجَدِيْدِ الأَصْلَحِ Artinya “Memelihara menjaga hal lama yang baik, dan mengambil hal baru yang lebih baik” Jamaah Jumat rahimakumullah, Yang juga sangat penting kita sadari dan lakukan di era saat ini adalah membekali para generasi muda kita dengan nilai-nilai spiritual, karakter, dan akhlak yang baik di tengah gempuran berbagai macam hal negatif akibat cepatnya perubahan zaman. Mau tidak mau, merekalah yang akan meneruskan tongkat estafet kepemimpinan peradaban. Jika mereka tidak dibekali dengan karakter mulia sejak dini, maka bisa jadi mereka akan terseret dan tergerus oleh arus negatif perubahan zaman. Mestinya kita bisa melihat sendiri bagaimana nilai-nilai etika, tata krama, kepedulian sosial sudah mulai pudar akibat sebagian generasi sekarang lebih menikmati kehidupan di dunia maya. Mereka betah untuk tidak bersosialisasii dengan orang lain di dunia nyata dan memilih menghabiskan waktunya untuk berselancar di dunia maya. Secara tidak langsung mereka menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh sehingga tidak peduli dengan orang-orang di sekitarnya. Padahal Rasulullah sudah mengingatkan dalam haditsnya agar kita menjaga akhlak yang baik kepada orang lain اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ Artinya “Bertakwalah kamu kepada Allah di mana pun berada. Iringilah perbuatan buruk yang sudah dilakukan dengan perbuatan baik yang dapat menghapusnya. Dan berakhlaklah kepada orang-orang dengan akhlak yang baik” HR at-Tirmidzi. Selain berubahnya akhlak dan sikap generasi muda, penetrasi budaya luar dari derasnya konten yang mengalir melalui media sosial juga membawa dampak semakin lunturnya nilai-nilai luhur warisan nenek moyang. Hal ini bisa terlihat dari sikap, model, dan gaya pakaian generasi muda saat ini yang gampang terbawa tren tanpa dilandasi nilai-nilai agama. Jika ini dibiarkan, bagaimana nasib masa depan mereka dan peradaban dunia? Allah swt telah mengingatkan kita semua untuk tidak boleh mewariskan generasi yang lemah dalam meneruskan dan merawat peradaban. Agama Islam mendorong para generasi penerus untuk menjadi generasi yang kuat dan mampu menunjukkan optimisme masa depan cerah serta tidak mengkhawatirkan para orang tua. Hal ini disebutkan dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 9 وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوْا عَلَيْهِمْۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا Artinya “Hendaklah merasa takut orang-orang yang seandainya mati meninggalkan setelah mereka, keturunan yang lemah yang mereka khawatir terhadapnya. Maka, bertakwalah kepada Allah dan berbicaralah dengan tutur kata yang benar dalam hal menjaga hak-hak keturunannya.” Jamaah Jumat rahimakumullah, Semua ini menjadi bahan renungan dan menjadikan kita untuk lebih peduli pada para generasi penerus dengan berupaya semaksimal mungkin melindungi dan menjadikan mereka pribadi yang mengenal diri dan Tuhan. Perintah untuk melindungi diri dan keluarga juga sudah ditegaskan Allah swt dalam Al-Qur’an Surat At-Tahrim ayat 6 يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ Artinya “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Mereka tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepadanya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” Wujud menjaga diri dan keluarga ini bisa dilakukan dengan terus mendekatkan diri pada Allah swt melalui penguatan ketaatan menjalankan ibadah, memberi pendidikan dan teladan yang terbaik untuk diri dan keluarga, memberi nafkah dari rezeki yang halal, dan senantiasa berdoa agar keluarga dan keturunan-keturunan kita senantiasa menjadi generasi yang shalih dan shalihah. Jamaah Jumat rahimakumullah, Akhirnya, marilah kita bina para generasi muda kita dengan akhlak yang baik dan bekali mereka dengan kewaspadaan terhadap dampak negatif perubahan zaman. Bukan harta atau materi duniawi yang menjadi warisan terbaik bagi mereka untuk menghadapi peradaban di masa yang akan datang. Ilmu agama dan nilai-nilai kemanusiaanlah yang harus kita wariskan sehingga masa depan peradaban akan terus berada pada garis yang diridhai oleh Allah swt. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْاٰنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمِ، وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ Khutbah II اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ H Muhammad Faizin, Sekretaris PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung
Homepage/ pidato singkat tentang generasi muda. Tag: pidato singkat tentang generasi muda. Pidato Singkat Tentang Kenakalan Remaja. Oleh admin Diposting pada 31 Agustus 2021. pidato part 1 Assalamu'alaikum Wr. Wb Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberi nikmat serta karunia-Nya sehingga kita
Kali ini admin postingkan contoh pidato yang berjudul membangun generasi muda islami silahkan simak dibawah ini. Assalamu alaikum warohmatulahi wabarokatuh. Alhamdulillah. Innal hamda lillah. Nahmaduhu wanastainuhu, wanastaghfiruhu, wa naudzubillahi min sururi anfusina, wamin sayyiati a’malina, mayyahdilahu falaa mudhilallah. Wa mayyudlilhu falaa hadiyallah. Qoola Rasulullahi shallallahu alaihi wasallam, “Innama buitstu liutamimma makaarimal ahlak.” Amma ba’du. Dewan Juri dan Hadirin Rohimakumullah, Sejenak marilah kita bersama menundukkan kesombongan dan keangkuhan kita, di hadapan Allah Yang Maha Rahman dan Rahim, seraya memanjatkan rasa syukur Alhamdulillahi Robbil Alamin, atas segala rahmat, karunia, dan maghfiroh-Nya sehingga kita dapat berkumpul di majelis yang insyaallah dipenuhi berkah ini. Shalawat serta salam, semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing kita semua dari alam jahiliyah menuju dunia yang penuh cahaya kebenaran, cahaya Islamiyah. Dewan Juri dan Hadirin yang Dirahmati Allah, Akhir-akhir ini di hadapan kita sering dipajankan berbagai berita tentang dekadensi moral, penurunan akhlak di kalangan generasi muda dan para pemimpin bangsa. Kebejatan moral menjadi hidangan setiap hari. Para pejabat korupsi, berselingkuh dengan dalih nikah siri, premanisme merajalela, begitu pun penyalahgunaan narkoba. Kesesatan seperti yang dipertontonkan Eyang Subur seakan menjadi tuntunan, yang tak perlu dirisaukan apalagi dihentikan. Sungguh, saat ini kita berada dalam zaman yang secara jelas digambarkan Allah dalam surat Maryam ayat 59 yang berbunyi Maka datanglah sesudah mereka pengganti yang jelek yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. Yang dimaksud “pengganti” dalam ayat ini adalah umat Islam setelah wafatnya Rasulullah. Yaitu suatu generasi yang perilakunya menyimpang dari jalan yang lurus, meninggalkan ajaran yang dibawa para Rasul sebelumnya sehingga mereka tidak lagi mengerjakan salat dan selalu memperturutkan kehendak hawa nafsu dan dengan terang-terangan melanggar larangan Allah seperti meminum minuman keras, berjudi, berzina, dan mengadakan persaksian palsu. Mereka ini diancam oleh Allah dengan ancaman yang keras, kepada mereka akan ditimpakan kecelakaan dan kerugian baik di dunia maupun di akhirat. Kini, alangkah mudahnya kita temukan orang-orang di sekitar kita, saudara-saudara kita sesama muslim yang menyimpang dari jalan yang lurus, meninggalkan ajaran yang dicontohkan lebih mengerikan lagi, secara tidak kita sadari, semakin hari kita semakin membiarkannya, kita semakin lama semakin bersikap permisif dan pasif. Menganggap segala kemunkaran itu sebagai hal yang biasa, yang harus diterima, karena kita tidak lagi sanggup berbuat apa-apa. Istilahnya, nafsi nafsi, urusanku urusanku sendiri, urusanmu urusanmu sendiri. Jangan ikut campur. Bahkan tidak sedikit di antara kita pelan-pelan terseret mengikuti arus kesesatan ini. Sungguh sangat ironis. Di tengah-tengah gencarnya syiar Islam, di tengah-tengah banyaknya pengajian massal yang dihadiri ribuan, bahkan puluhan ribu orang, kemunkaran semakin jelas-jelas dipertontonkan. Tentang kondisi ini, Uqbah bin `Amir meriwayatkan Sabda Rasulullah SAW yang artinya "Akan rusak binasalah sebahagian dari umatku yaitu "Ahlul Kitab" dan "Ahlullaban" Aku bertanya siapakah "Ahlul Kitab" wahai Rasulullah? Mereka ialah orang-orang yang mempelajari Alquran untuk berdebat dengan orang-orang mukmin. Lalu siapa pula "Ahlullaban" itu? Rasulullah menjawab, mereka ialah orang-orang yang memperturutkan hawa nafsu dan meninggalkan salat". Ahmad dan Hakim Ya… kita semua menjadi saksi, bahkan mungkin menjadi pelaku “ahlullaban” ini, menjadi orang-orang yang mengetahui dan menguasai ilmu agama sesuai Alquran dan Al hadis, tetapi tidak mengamalkannya; kita hanya menjadikannya senjata. Agama sekarang menjadi senjata untuk tampak pintar, tampak alim, mengalahkan lawan bicara, bahkan untuk mencari kedudukan dan kekayaan. Dalam kondisi seperti inilah, generasi muda dewasa ini tumbuh mencari jati dirinya. Dewan Juri dan Hadirin Rohimakumullah, Bisakah kita membayangkan, alangkah bingungnya para pemuda menentukan figur yang seperti apa yang harus mereka contoh? Apakah mereka harus tetap jujur, meskipun ujung-ujung harus tersingkir? Atau memang benar adanya, pameo Jawa yang menyatakan “Jamane jaman edan, yen ora ngedan ora keduman.”Jamannya jaman edan, jaman penuh kegilaan, kalau kita tidak ikut dalam kegilaan itu, kita akan tersisihkan. Tentu, kita dengan tegas menolaknya. Karena Rasulullah SAW diperintahkan oleh Allah untuk membimbing manusia agar berperilaku yang ahlakul karimah. Innama buitstu liuttamimma makarimal ahlak, “Sesungguhnya aku diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Kebobrokan akhlak bangsa ini, telah dengan tragis menghancurkan sendi-sendi kehidupan bangsa ini. Kehancuran ahklak pemuda bangsa ini akan melahirkan generasi yang lower quality, generasi yang mampu menjual dirinya sendiri, menjual tanah airnya, bahkan menjual aqidahnya. Marilah kita belajar dari sejarah hitam kaum Ad dan kaum Tsamud, dua bangsa besar yang sangat durhaka kepada Allah dan nabinya, yang kemudian dibinasakan Allah. Semua itu dapat menjadi pembelajaran bagi umat-umat setelahnya. Dewan Hakim dan Hadirin Rahimakumullah, Untuk melahirkan generasi penerus yang berkualitas dan berahlakul karimah, harus dilakukan melalui ikhtiyar lahir dan batin. Ikhtiyar lahir dapat dilakukan dengan cara memberikan makanan, tempat tinggal, fasilitas pendidikan yang memadai pada anak keturunan kita. Berikutnya adalah ikhtiyar batin. Ikhtiyar batin harus dimulai sejak kita memilih jodoh, calon bapak atau ibu anak-anak kita nanti. Dalam memilih jodoh hendaknya kita berpegangan kepada ajaran Nabi Muhammad SAW dengan melihat 4 kriteria, yaitu wajahnya, keturunannya, kekayaannya, dan agama atau ahlaknya. Namun, bila kita tidak dapat menemukan jodoh yang sempurna ke empat-empatnya, maka jadikanlah agama, ahlak sebagai syarat yang utama. Setelah menikah, ikhtiyar batin yang harus dilakukan adalah berdoa. Tidak lagi berdoa untuk diri sendiri seperti pada masa masih lajang, tetapi sudah bertambah untuk istri atau suami, anak-anak, dan calon keturunan kita nantinya. Doa ini secara tersurat difirmankan Allah dalam Al Quran surat Al Furqoon ayat 74 berikut ini. Dan orang-orang yang berkata `Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. Dewan Hakim dan Hadirin Rahimakumullah, Orang-orang yang bermunajat dan memohon kepada Allah agar dikaruniai istri atau suami, anak-anak dan keturunann yang benar-benar menyenangkan hati dan menyejukkan perasaan mereka termasuk dalam golongan orang-orang yang saleh dan bertakwa. Mereka termasuk dalam golongan yang diselamatkan Allah dari neraka jahanam seperti dijelaskan dalam surat Al Furqoon ayat 69. Doa orang tua yang saleh dan bertakwa ini didasarkan oleh keinginan agar penduduk dunia ini dipenuhi oleh orang-orang yang beriman dan bertakwa dan agar anak cucu mereka melanjutkan perjuangannya menegakkan keadilan dan kebenaran. Dari Al Quran kita juga dapat belajar bagaimana menjadi pemuda yang dicintai Allah dari kisah Ashabul Kahfi, yaitu 7 orang pemuda dan seekor anjing yang bersembunyi untuk menyelamatkan aqidah. Mereka bersembunyi dari Raja Daqyanus yang lalim. Daqyanus seorang penyembah berhala yang menangkap, menyiksa, dan membunuh orang-orang yang beriman. Demi menyelamatkan aqidahnya, para pemuda ini bersembunyi di gua. Allah kemudian membuat mereka tertidur selama 309 tahun dan membangunkan mereka kembali ketika pemerintahan sudah berubah aman. Adapun sifat-sifat ashabul kahfi yang layak kita teladani adalah a menegakkan shalat lima waktu. Sebab shalat akan mencegah kita dari perbuatan keji dan munkar. Innasholata tanha anil fahsa’i wal munkar. b selalu menyeru pada al-haq, berani menyuarakan kebenaran, c mencintai Allah dan Rasul-Nya dengan selalu menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah SAW, d saling melindungi sesama muslim, dalam artian menjaga kerukunan, perdamaian, dan persatuan dalam ukhuwah islamiyah, dan e rela mengorbankan diri dan hartanya untuk kepentingan, untuk jihad fi sabilillah. Demikianlah yang dapat saya sampaikan kepada para hadirin, khususnya generasi muda. Marilah bersama-sama kita bertekad menjadi generasi Robbani, generasi islam yang berkualitas dan berahlakul karimah. Generasi yang siap memegang amanah, meneruskan perjuangan para pahlawan yaitu mewujudkan bangsa Indonesia yang adil sejahtera. Baldatun thoyyibatun wa Robbul ghofur. Akhirnya, semoga bermanfaat dan menginspirasi. Usiikum binafsi, bitaqwallah. Wassalamu alaikum Wr Wb. Demikianlah pidato membangun generasi muda islami semoga bermanfaat.
Anakmuda gaul, apakah harus dengan aksesoris anting, kalung, tato untuk merasa bebas (free)? Apakah masa muda hanya untuk mendapatkan kebebasan? Seharusnya
Khutbah Jumat pertamaاَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَكْرَمَ مَنْ اِتَّقَى بِمَحَبَّتِهِ وَأَوْعَدَ مَنْ خَالَفَهُ بِغَضَبِهِ وَعَذَابِهِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَرْسَلَهُ بِالْهُدَى وَالدِّيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَحَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا وَقُرَّةِ أَعْيُنِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ الله وَخَيْرِ خَلْقِهِ، وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْ سَبِيْلِهِ، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا اَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَاتَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ jama’ah shalat Jumat yang dimuliakan oleh Allah ta’ syukur marilah kita haturkan kepada Allah swt, Dzat yang telah melimpahkan nikmat karunia-Nya. Shalawat dan salam semoga tersanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW, utusan yang membawa rahmat bagi alam mimbar yang mulia ini, khatib berwasiat kepada diri kami pribadi, dan umumnya kepada jama’ah kesemuanya untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah ta’ala. Dengan cara menjalankan perintah-Nya, serta menjahui sidang Jumat yang dimuliakan oleh Allah ta’ ini banyak orang memperbincangkan generasi milenial. Generasi milenal adalah generasi yang lahir di era kemajuan teknologi komunikasi yang semakin pesat. Mulai dari ia tumbuh, kemajuan teknologi media sudah menjadi bagian hidupnya. Tak pelak jika, media komunikasi memengaruhi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik generasi milenial ini. Oleh karena itu, generasi ini memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap satu sisi, generasi milenial adalah generasi yang memiliki keunikan tersendiri, khususnya dalam menerima dan mentransfer informasi. Hal ini berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya. Rentang usianya generasi milenial itu, kini di kisaran antara 15–34 tahun. Umumnya mereka saat ini menginjak remaja dan intinya, generasi milenial adalah generasi yang dilahirkan dalam konteks masyarakat yang sudah terkepung oleh kemajuan teknologi media. Karena karakterisitik generasi ini memang tidak bisa dipisahkan oleh media, tentu media sosial yang kini tengah booming menjadi hal yang sangat berpengaruh dalam sikap dan perilakunya, namun perlu memperoleh perhatian. media sosial pun rentan terhadap ajaran radikalisme, intoleransi, dan fanatisme. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa generasi milenial merupakan sebuah kelompok yang rentan terhadap pengaruh ajaran radikalisme dan satu sisi, gerakan radikalisme dan intoleransi di atas kerap kali berlindung di balik agama, bahkan mereka menggunakan sosial media untuk menebarkan ajaran-ajarannya. Kelompok radikal sangat paham bahwa generasi milenial adalah generasi yang masih memungkinkan bisa dipengaruhi dengan ajaran radikalisme. Akibatnya, radikalisme dan intoleransi ini pun menjamur di media media sosial digunakan sebagai alat untuk melakukan ujaran kebencian. Kita miris jika mengamati berbagai komentar netizen warga pengguna internet yang beberapa kali tidak menjunjung nilai etika komunikasi yang baik. Malah media sosial dijadikan sarana untuk melakukan ruang ujaran kebencian dan provokasi sana sini. Perilaku di atas, salah satunya terjadi karena pemahaman agama yang kurang utuh dan mendalam. Tren ini sering ditemukan pada generasi yang belajar agama secara instan dan literalis, sehingga menimbulkan pemahaman yang dangkal dan kelompok-kelompok agama yang berkarakter demikian menandakan semakin tidak sedikit orang-orang yang mudah dikader dan direkrut menjadi bagian dari gerakan radikalisme. Radikalisme, ekstrimisme, serta ujaran kebencian tentu saja bertentangan dengan nilai-nilai kasih sayang yang diajarkan agama. Dalam konteks agama Islam, diajarkan bahwa keberagaman bukanlah menjadi dalih sebagai pengabsah konflik dan kekerasan. Akan tetapi, justeru perbedaan harus disikapi secara bijaksana dan sebagai sarana untuk saling mengenal. Terkait hal ini, Allah ta’ala berfirmanيَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ الحجرات 31“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.” Al- Hujurat 13Ayat di atas memberikan penekanan pada perlunya saling mengenal. Karena semakin kuat pengenalan satu pihak kepada selainnya, maka akan semakin terbuka peluang untuk saling memberi manfaat. Perkenalan ini dimaksudkan untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah dengan cara saling menarik pelajaran dan pengalaman dari pihak era global yang serba maju ini, tantangan generasi milenial kian kompleks. Jika mereka tidak membekali diri dengan pemahaman agama yang benar, mereka akan mudah dipengaruhi oleh ajakan yang menyesatkan. Oleh karena itu, generasi milenial perlu membekali diri dengan pemahaman agama yang baik dan komprehensif agar tidak mudah dipengaruhi dan direkrut oleh kelompok karena itu, jadilah generasi yang inklusif dan aktif memberikan bibit kebaikan dan kedamaian. Jangan menjadi generasi yang aktif memberikan bibit kebencian, yang berpotensi memicu terjadinya konflik. Untuk itulah, bijak bermedia sosial perlu diimpelementasikan dalam keseharian. Santun dalam bertutur kata juga harus diterapkan. Jangan merasa benar sendiri, karena manusia itu pada dasarnya makhluk yang berproses, yang bisa melakukan Muslimin, jama’ah Jumat yang dimuliakan Allah ta’ negara ini, suatu hal yang tidak dapat kita pungkiri bersama adalah bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural dan multikultural. Baik dari segi suku, ras, agama, adat-istiadat, dan budaya. Dalam satu suku pun, masih ada perbedaan dialek bahasa, tata nilai, norma, dan sebagainya. Demikian halnya dalam beragama, sesama Muslim pun berbeda-beda pula dalam praktik keagamaan, penafsiran, dan metode karena itu, sikap inklusif sangat perlu untuk diejawantahkan. Sikap ini memperoleh dalihnya karena realitas bangsa ini yang heterogen. Sikap inklusif ini akan mendorong perbuatan yang terbuka terhadap berbagai perbedaan di sekitar kita. Tidak mudah menjustifikasi, menuduh, dan menyesatkan terhadap mereka yang berasal dari kelompok yang Muhammad dalam kehidupannya telah mencontohkan bagaimana hidup rukun dengan umat lain. Misalnya melalui kesepakatan piagam Madinah. Piagam ini diwujudkan guna menjamin dan melindungi masing-masing agama dan kepercayaan yang ada di Madinah pada masa itu. Nabi Muhammad saw sama sekali tidak menggunakan pemaksaan dan kekerasan kepada umat lain. Lebih dari itu, Nabi Muhammad mencontohkan akhlak dan etika yang luhur dan ini sebagaimana termaktub dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi 384-458 H dalam karyanya yang berjudul al-Sunan al-Kubraعَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاَقِ رواه البيهقيArtinya Diriwayatkan dari Abi Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda “Sungguh, aku diutus tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak mulia.” al-BaihaqiOleh karena itu, sudah saatnya generasi milenial memiliki pemahaman yang komprehensif terhadap ajaran agamanya. Menjadi kelompok masyarakat yang berperhatian terhadap literasi media dan berkontribusi terhadap tumbuhnya budaya yang saling menghormati dan terbuka terhadap berbagai keberagaman. Tidak lain karena, masa depan bangsa ini akan ditentukan oleh generasi milenial yang kini tengah mereka cakap bermedia serta memiliki pemahaman keagamaan yang baik, maka ruang-ruang publik dan media sosial akan bertebaran pesan kedamaian dan persatuan. Sebaliknya jika, kedua sikap tersebut tidak dimiliki oleh generasi muda, maka keragaman Indonesia serta NKRI akan karena itu, kemajuan teknologi dan informasi harus disambut dengan positif, aktif, dan inklusif. Gejala merebaknya ujaran kebencian dan radikalisme yang mengatasnamakan agama harus disadari dan ditanggapi oleh generasi milenial itu harapan, kita dan anak cucu bangsa Indonesia kelak dapat menikmati dan menatap Indonesia yang adil, bermartabat, dan harmonis. Semoga Allah ta’ala senantiasa membimbing langkah kita. Amiin ya rabbal’ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْأَنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْأَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمِ، وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.***Khutbah Jumat keduaاَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ لله وَحْدَه لاَشَرِيْكَ لَهُ، اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ، وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ اْلاِنْسِ وَالْبَشَرِ، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، اَمَّا أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوْا الله تَعَالىَ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ وَمَا بَطَنَ وَحَافِظُوْا عَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ أيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلىَ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ في ِالْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ سَيِّدِنَا أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنْ سَائِرِ أَصْحَابِ نَبِيِّكَ أَجْمَعِيْنَ وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِى التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا وَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ، اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالزِّنَا وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِبَلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ الله إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمِ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُاللهِ ini disarikan dari buku “Khutbah Jumat Kontemporer” yang diterbitkan secara bersama oleh The Political Literacy Institute, Convey Indonesia, PPIM UIN Jakarta, dan UNDP.
. e7py43ne28.pages.dev/94e7py43ne28.pages.dev/288e7py43ne28.pages.dev/123e7py43ne28.pages.dev/102e7py43ne28.pages.dev/105e7py43ne28.pages.dev/307e7py43ne28.pages.dev/370e7py43ne28.pages.dev/317e7py43ne28.pages.dev/299
ceramah tentang generasi muda