syadzili #syekhsyadzili #abulhasan #abulhasanaliasysyadzili #imam #kisahislami"Wahai Rasulullah, saya diberi wirid oleh guru saya, tetapi sampai sekarang sa
Ada banyak amalan dan doa penarik rezeki yang kami tulis di blog penasantri, saking banyaknya sampai- sampai tak terhitung, mulai dari bacaan-bacaan ayat, asmaul husna dan asmak-asmak lain, sampai rajah wifiq dan ini doa penarik rezeki dengan jaljalut kubro bait ke 277, Barang siapa yang membaca bait jaljalut tersebut sebanyak 134 kali setiap selesai sholat ashar secara istiqomah maka tidak akan lewat setahun kecuali ia sudah menjadi orang yang kaya raya dan punya kedudukan kekuasaan yang ini jaljalut kubro yang dibaca๏บ‘๏บช๏ปณ๏ปŒ๏ปฎ๏บ ๏ป“๏ปด๏ปŒ๏ปฎ๏บ ๏ปญ๏ปฃ๏บŽ๏ป‹๏ปฎ๏บ ๏บ‘๏ปŒ๏บช๏ปซ๏บŽ๏ปญ๏บฉ๏ปฃ๏ป ๏ปด๏บฆ ๏บท๏ปคูŠุซุง ๏บ‘๏ปฌ๏บŽ ๏บ๏ปŸ๏บด๏ปŒ๏บช ๏บƒ๏ป—๏บ’๏ป ุชBidai'ujin faya'ujin ba'dahawadamlikhin syamyasya bihas sa'du aqbalatDan jika bait jaljalut tersebut ditulis secara terpisah huruf-hurufnya Pada suatu kertas, lalu ditaruh pada dompet atau tempat penyimpanan uang atau harta benda apapun maka uang dan harta bendanya tidak akan pernah habis.
SyekhAbdul Qadir Isa dalam karyanya Haqaiq Anit Tasawwuf (Juz, 1, Hlm. 233-234) mengutip pernyataan para ulama sufi, terkait hakikat karomah yang dimiliki oleh sebagian ulama sufi. Dalam kutipan tersebut, Syekh Abdul Qadir Isa menjabarkan pernyataan Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili, bahwa hakikat karomah bisa dihasilkan melalui jalan istiqamah. Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili lahir Ghumarah, Maroko, 1197 โ€“ wafat Humaitsara, Mesir, 1258 adalah pendiri Tarekat Syadziliyah yang merupakan salah satu tarekat terkemuka di dunia. Ia dipercayai oleh para pengikutnya sebagai salah seorang keturunan Nabi Muhammad, yang lahir di desa Ghumarah, dekat kota Sabtah, daerah Maghreb sekarang termasuk wilayah Maroko, Afrika Utara pada tahun 593 H/1197 M. Namanya lengkapnya adalah Abul Hasan Asy-Syadzili Al-HasaniSyekh Abul Hasan Asy-Syadzili adalah pendiri tarekat Syadziliah. Nasab Abul Hasan Asy-Syadzili bersambung sampai dengan Nabi Muhammad SAW. Berikut ini nasab Abu Hasan Asy-Syadzili Abul Hasan, bin Abdullah Abdul Jabbar, bin Tamim, bin Hurmuz, bin Hatim, bin Qushay, bin Yusuf, bin Yusyaโ€™, bin Ward, bin Baththal, bin Ahmad, bin Muhammad, bin Isa, bin Muhammad, bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib suami Fatimah binti Rasulullah SAW Sebagian besar sumber yang berbicara tentang sejarah Asy-Syadzili sepakat bahwa dia lahir di negeri Maghrib pada tahun 593 H 1197 M, di sebuah desa yang bernama Ghumarah dekat kota Sabtah sekarang kota Ceuta, di Afrika Utara. Dia tumbuh di desa ini. Dia menghapal Al Quran Al-Karim dan mulai mempelajari ilmu syariat. Kemudian dia pergi ke kota Tunis ketika masih sangat muda. Dia tinggal di sebuah desa yang bernama Syadzilah. Oleh karena itu, dia dinisbatkan kepada desa tersebut meskipun dia tidak berasal dari sana, sebagaimana dikatakan oleh penulis al-Qamus. Ada juga yang mengatakan bahwa dia dinisbatkan kepada desa tersebut karena dia tekun beribadah di sana. Asy-Syadzili berkulit sawo matang, berbadan kurus, perawakannya tinggi, pipinya tipis, jari-jari kedua tangannya panjang, dan lidahnya fasih serta perkataannya baik. Dia tidak terlalu membatasi diri dalam makan dan minum. Dia selalu mengenakan pakaian yang indah setiap kali memasuki masjid. Dia tidak pernah terlihat memakai baju-baju bertambalan sebagaimana yang dipakai oleh sebagian sufi. bahkan selalu mengenakan pakaian bagus. Dia menyukai kuda, memelihara, dan menungganginya. Dia selalu menasihatkan untuk bersikap moderat. Sejak kecil Beliau biasa dipanggil dengan nama ALI, sudah dikenal sebagai orang yang memiliki akhlaq atau budi pekerti yang amat mulia. Tutur katanya sangat fasih, halus, indah dan santun, serta mengandung makna pengertian yang dalam. Di samping memiliki cita-cita yang tinggi dan luhur, Beliau juga tergolong orang yang memiliki kegemaran menuntut ilmu. Di desa tempat kelahirannya ini, Beliau mendapat tempaan pendidikan akhlaq serta cabang ilmu-ilmu agama lainnya langsung di bawah bimbingan ayah-bunda beliau. Beliau tinggal di desa tempat kelahirannya ini sampai usia 6 tahun, yang kemudian pada akhirnya hijrah ke kota Tunis sekarang ibu kota negara Tunisia, Afrika Utara yang semata-mata hanya untuk tujuan tholabul ilmi di samping untuk menggapai cita-cita luhur Beliau menjadi orang yang memiliki kedekatan dan derajat kemuliaan di sisi Allah SWT. Beliau sampai di kota Tunis, sebuah kota pelabuhan yang terletak di tepi pantai Laut Tengah, pada tahun 599 H / 1202 M. Di suatu hari Jumat, Beliau pernah ditemui oleh Nabiyyullah Khidlir alaihissalam, yang mengatakan bahwa kedatangannya pada saat itu adalah diutus untuk menyampaikan keputusan Allah SWT atas diri Beliau yang pada hari itu telah dinyatakan dipilih menjadi kekasih Robbul Alamin dan sekaligus diangkat sebagai Wali Agung dikarenakan Beliau memiliki budi luhur dan akhlaq mulia. Segera setelah pertemuan dengan Nabiyyullah Khidir tersebut, Beliau segera menghadap Syekh Abi Said al Baji, rokhimahullah, salah seorang ulama besar di Tunis pada waktu itu, dengan maksud untuk mengemukakan segala peristiwa yang Beliau alami sepanjang hari itu. Akan tetapi pada saat sudah berada di hadapan Syekh Abi Said, sebelum Beliau mengungkapkan apa yang menjadi maksud dan tujuannya menghadap, ternyata Syekh Abi Said al Baji sudah terlebih dahulu dengan jelas dan runtut menguraikan tentang seluruh perjalanan Beliau sejak keberangkatannya dari rumah sampai diangkat dan ditetapkannya Beliau sebagai Wali Agung pada hari itu. Sejak saat itu Beliau tinggal bersama Syekh Abi Said sampai beberapa tahun guna menimba berbagai cabang ilmu agama. Dari Syekh Abi Said Beliau banyak belajar ilmu-ilmu tentang Al Qurโ€™an, hadits, fiqih, akhlaq, tauhid, beserta ilmu-ilmu alat. Selain itu, karena kedekatan Beliau dengan sang guru, Beliau juga berkesempatan mendampingi Syekh Abi Said menunaikan ibadah haji ke Mekkah al Mukarromah sampai beberapa kali. Namun, setelah sekian tahun menuntut ilmu, Beliau merasa bahwa seluruh ilmu yang dimilikinya, mulai dari ilmu fiqih, tasawwuf, taukhid, sampai ilmu-ilmu tentang al Qurโ€™an dan hadist, semuanya itu Beliau rasakan masih pada tataran syariat atau kulitnya saja. Karena itu Beliau berketetapan hati untuk segera menemukan jalan thoriqot itu sekaligus pembimbing mursyid-nya dari seorang Wali Quthub yang memiliki kewenangan untuk memandu perjalanan ruhaniyah Beliau menuju ke hadirat Allah SWT ? Maka dengan tekad yang kuat Beliau memberanikan diri untuk berpamitan sekaligus memohon doa restu kepada sang guru, syekh Abi Said al Baji, untuk pergi merantau demi mencari seseorang yang berkedudukan sebagai Quthub. Tempat pertama yang dituju oleh Beliau adalah kota Mekkah yang merupakan pusat peradaban Islam dan tempat berhimpunnya para ulama dan sholihin yang berdatangan dari seluruh penjuru dunia untuk memperdalam berbagai cabang ilmu-ilmu agama. Namun setelah berbulan-bulan tinggal di Mekkah, Beliau belum juga berhasil menemukan orang yang dimaksud. Sampai akhirnya pada suatu seat Beliau memperoleh keterangan dari beberapa ulama di Mekkah bahwa Sang Quthub yang Beliau cari itu kemungkinan ada di negeri Iraq yang berjarak ratusan kilo meter dari kota Mekkah. Sesampainya di Iraq, dengan tidak membuang-buang waktu, segeralah Beliau bertanya ke sana-sini tentang seorang Wali Quthub yang Beliau cari kepada setiap ulama dan masyayikh yang berhasil Beliau temui. Akan tetapi, mereka semua rata-rata menyatakan tidak mengetahui keberadaan seorang Wali Quthub di negeri itu. Memang sepeninggal Sulthonil Auliyaโ€™il Quthbir Robbani wal Ghoutsish Shomadani Sayyidisy Syekh Abu Muhammad Abdul Qodir al Jilani, rodliyallahu anh, kedudukan Wali Quthub yang menggantikan Syekh Abdul Qodir Jilani oleh Allah disamarkan atau tidak dinampakkan dengan jelas. Pada waktu kedatangan Syekh Abil Hasan ke Baghdad itu, Syekh Abdul Qodir Jailani 470 โ€“ 561 H./1077 โ€“ 1166 M. sudah wafat sekitar 50 tahun sebelumnya selisih waktu antara wafatnya Syekh Abdul Qodir dan lahirnya Syekh Abil Hasan terpaut sekitar 32 tahun. Di kala hidupnya, asy Syekh. Abdul Qodir diakui oleh para ulama minash Shiddiqin sebagai seorang yang berkedudukan โ€œQuthbul Ghoutsโ€. Akhirnya, Beliau mendengar adanya seorang ulama yang merupakan seorang pemimpin dan khalifah thoriqot Rifaโ€™iyah yaitu asy Syekh ash Sholih Abul Fatah al Wasithi, rodliyAllahu anh. Syekh Abul Fatah adalah, yang memiliki pengaruh dan pengikut cukup besar di Iraq pada waktu itu. Segeralah Beliau sowan kepada Syekh Abul Fatah dan mengemukakan bahwa Beliau sedang mencari seorang Wali Quthub yang akan Beliau minta kesediaannya untuk menjadi pembimbing dan pemandu perjalanan ruhani Beliau menuju ke hadirat Allah SWT. Mendengar penuturan beliau, asy Syekh Abul Fatah sembari tersenyum kemudian mengatakan, โ€œWahai anak muda, engkau mencari Quthub jauh jauh sampai ke sini, padahal orang yang engkau cari sebenarnya berada di negeri asalmu sendiri. Beliau adalah seorang Quthubuz Zaman nan Agung pada saat ini. Sekarang pulanglah engkau ke Maghrib Maroko dari pada bersusah payah berkeliling mencari di negeri ini. Beliau, pada saat ini sedang berada di tempat khalwatnya, di sebuah gua di puncak gunung. Temuilah yang engkau cari di sana!โ€ Beberapa saat setelah mendapat penjelasan dari Syekh Abul Fatah al Wasithi, Beliau segera mohon diri sekaligus minta doa restu agar Beliau bisa segera berhasil menemukan sang Quthub yang sedang dicarinya. Sesampainya di Maroko, Beliau langsung menuju ke desa Ghomaroh, tempat di mana Beliau dilahirkan. Tidak berapa lama kemudian, Beliau segera bertanya-tanya kepada penduduk setempat maupun setiap pendatang di manakah tinggalnya sang Quthub. Hampir setiap orang yang Beliau temui selalu ditanyai tentang keberadaan sang Quthub. Akhirnya setelah cukup lama mencari didapatlah keterangan bahwa orang yang dimaksud oleh Syekh Abul Fatah tiada lain adalah Sayyidisy Syekh ash Sholih al Quthub al Ghouts asy Syarif Abu Muhammad Abdus Salam bin Masyisy al Hasani, yang pada saat itu sedang berada di tempat pertapaannya, di suatu gua yang letaknya di puncak sebuah gunung di padang Barbathoh. Demi mendengar keterangan itu, sama seperti yang dijelaskan oleh Syekh Abul Fatah al Wasithi al Iraqi, segera saja Beliau menuju ke tempat yang ditunjukkan itu. Setelah melakukan perjalanan yang memakan waktu beberapa hari, akhirnya ditemukanlah gunung yang dimaksud. Beliau segera mendaki gunung itu menuju ke puncaknya. Dan, memang benar adanya, di puncak gunung tersebut terdapat sebuah gua. Sebelum Beliau melanjutkan perjalanannya untuk naik ke gua itu, Beliau berhenti di sebuah mata air yang terdapat di bawah gua tersebut. Selanjutnya Beliau lalu mandi di pancuran mata air itu. Hal ini Beliau lakukan semata-mata demi untuk memberikan penghormatan serta untuk mengagungkan sang Quthub, sebagai salah seorang yang memiliki derajat kcmuliaan dan keagungan di sisi Robbul alamin, disamping juga sebagai seorang calon guru Beliau. Begitu setelah selesai mandi, Beliau merasakan betapa seluruh ilmu dan amal Beliau seakan luruh berguguran. Dan seketika itu pula Beliau merasakan kini dirinya telah menjadi seorang yang benar-benar faqir dari ilmu dan amal. Kemudian, setelah itu Beliau lalu berwudlu dan mempersiapkan diri untuk naik menuju ke gua tersebut. Dengan penuh rasa tawadhuโ€™ dan rendah diri, Beliau mulai mengangkat kaki untuk keluar dari mata air itu. Namun, entah datang dari arah mana, tiba-tiba datang seseorang yang tampak sudah lanjut usia. Orang tersebut mengenakan pakaian yang amat sederhana. Bajunya penuh dengan tambalan. Sebagai penutup kepala, orang sepuh itu mengenakan songkok yang terbuat dari anyaman jerami. Dari sinar wajahnya menunjukkan bahwa orang tersebut memiliki derajat kesholihan dan ketaqwaan yang amat luhur. Kendati berpenampilan sederhana, tetapi orang tersebut tampak sangat anggun, arif, dan berwibawa. Kakek tua itu kemudian mendekati Beliau seraya mengucapkan salam, โ€œAssalamuโ€™alaikumโ€. Beliau, dengan agak sedikit terkejut, serta merta menjawab salam orang itu, โ€œWa alaikumus salam wa rokhmatullohi wa barokatuh.โ€ Belum pula habis rasa keterkejutan beliau, orang tersebut terlebih dahulu menyapa dengan mengatakan, โ€œMarhaban! Ya, Ali bin Abdullah bin Abdul Jabbar bin Tamim binโ€ฆ.โ€ dan seterusnya nasab Beliau disebutkan dengan runtut dan jelas sampai akhirnya berujung kepada baginda Rosululloh, shollollohu alaihi wa aalihi wa sallam. Mendengar itu semua, Beliau menyimaknya dengan penuh rasa takjub. Belum sampai Beliau mengeluarkan kata-kata, orang tersebut kemudian melanjutkan, โ€œYa Ali, engkau datang kepadaku sebagai seorang faqir, baik dari ilmu maupun amal perbuatanmu, maka engkau akan mengambil dari aku kekayaan dunia dan akhirat.โ€ Dengan demikian, maka jadi jelas dan yakinlah Beliau kini, bahwa orang yang sedang berada di hadapannya itu adalah benar-benar asy Syekh al Quthub al Ghouts Sayyid Abu Muhammad Abdus Salam bin Masyisy al Hasani, rodhiyAllahu anh, orang yang selama ini dicari-carinya. โ€œWahai anakku, hanya puji syukur alhamdulillah kita haturkan ke hadirat Allah SWT yang telah mempertemukan kita pada hari ini.โ€ Berkata Syekh Abdus Salam lagi, โ€œKetahuilah, wahai anakku, bahwa sesungguhnya sebelum engkau datang ke sini, Rosululloh SAW telah memberitahukan kepadaku segala hal-ihwal tentang dirimu, serta akan kedatanganmu pada hari ini. Selain itu, aku juga mendapat tugas dari Beliau agar memberikan pendidikan dan bimbingan kepada engkau. Oleh karena itu, ketahuilah, bahwa kedatanganku ke sini memang sengaja untuk menyambutmuโ€. Selanjutnya, Beliau tinggal bersama dengan sang guru di situ sampai waktu yang cukup lama. Beliau banyak sekali mereguk ilmu-ilmu tentang hakikat ketuhanan dari Syekh Abdus Salam, yang selama ini belum pernah Beliau dapatkan. Tidak sedikit pula wejangan dan nasihat-nasihat yang asy Syekh berikan kepada beliau. Pada suatu hari dikatakan oleh asy Syekh kepada beliau, โ€œWahai anakku, hendaknya engkau semua senantiasa melanggengkan thoharoh mensucikan diri dari syirik. Maka, setiap engkau berhadats cepat-cepatlah bersuci dari kenajisan cinta duniaโ€™. Dan setiap kali engkau condong kepada syahwat, maka perbaikilah apa yang hampir menodai dan menggelincirkan dirimu.โ€ Berkata asy Syekh Ibn Masyisy kepada beliau, โ€œPertajam pengelihatan imanmu, niscaya engkau akan mendapatkms Allah; Dalam segala sesuatu; Pada sisi segala sesuatu; Bersama segala sesuatu; Atas segala sesuatu; Dekat dari segala sesuatu; Meliputi segala sesuatu; Dengan pendekatan itulah sifatNya; Dengan meliputi itulah bentuk keadaanNya.โ€ Di lain waktu guru beliau, rodhiyallahu anh, itu mengatakan, โ€œSemulia-mulia amal adalah empat disusul empat KECINTAAN demi untuk Allah; RIDHO atas ketentuan Allah; ZUHUD terhadap dunia; dan TAWAKKAL atas Allah. Kemudian disusul pula dengan empat lagi, yakni MENEGAKKAN fardhu-fardbu Allah; MENJAUHI larangan-laranganAllah; BERSABAR terhadap apa-apa yang tidak berarti; dan WAROโ€™ menjauhi dosa-dosa kecil berupa segala sesuatu yang melalaikanโ€. Asy Syekh juga pernah berpesan kepada. beliau, โ€œWahai anakku, janganlah engkau melangkahkan kaki kecuali untuk Allah, sesuatu yang dapat mendatangkan kcridhoan Allah, dan jangan pula engkau duduk di suatu majelis kecuali yang aman dari murka Allah. Janganlah engkau bersahabat kecuali dengan orang yang bisa membantu engkau berlaku taat kepada-Nya. Serta jangan memilih sahabat karib kecuali orang yang bisa menambah keyakinanmu terhadap Allahโ€. Asy Syekh Abdus Salam sendiri adalah merupakan pribadi yang amat berpegang teguh kepada Kitab Allah dan as Sunnah. Walaupun pada kenyataannya Syekh Abil Hasan adalah muridnya, namun Syekh Abdus Salam juga amat mengagumi akan ilmu yang dimiliki oleh sang murid, terutama tentang Kitabullah dan Sunnah, disamping derajat kesholihan dan kewaliannya, serta kekeramatan Syekh Abul Hasan. Tetapi, dari semua yang Beliau terima dari asy Syekh, hal yang terpenting dan paling bersejarah dalam kehidupan Beliau di kemudian hari ialah diterimanya ijazah dan baiโ€™at sebuah thoriqot dari asy Syekh Abdus Salam yang rantai silsilah thoriqot tersebut sambung-menyambung tiada putus sampai akhirnya berujung kepada Allah SWT. Silsilah thoriqot ini urut-urutannya adalah sebagai berikut Beliau, asy Syekh al Imam Abil Hasan Ali asy Syadzily menerima baiโ€™at thoriqot dari 1. Asy Syekh al Quthub asy Syarif Abu Muhammad Abdus Salam bin Masyisy, Beliau menerima talgin dan baiโ€™at dari 2. Al Quthub asy Syarif Abdurrahman al Aththor az Zayyat al Hasani al Madani, dari 3. Quthbil auliyaโ€™ Taqiyyuddin al Fuqoyr ash Shufy, dari 4. Sayyidisy Syekh al Quthub Fakhruddin, dari 5. Sayyidisy Syekh al Quthub NuruddinAbil HasanAli, dari 6. Sayyidisy Syekh Muhammad Tajuddin, dari 7. Sayyidisy Syekh Muhammad Syamsuddin, dari 8. Sayyidisy Syekh al Quthub Zainuddin al Qozwiniy, dari 9. Sayyidisy Syekh al Quthub Abi Ishaq Ibrohim al Bashri, dari 10. Sayyidisy Syekh al Quthub Abil Qosim Ahmad al Marwani, dari 11. Sayyidisy Syekh Abu Muhammad Said, dari 12. Sayyidisy Syekh Saโ€™ad, dari 13. Sayyidisy Syekh al Quthub Abi Muhammad Fatkhus Suโ€™udi, dari 14. Sayyidisy Syekh al Quthub Muhammad Said al Ghozwaniy, dari 15. Sayyidisy Syekh al Quthub Abi Muhammad Jabir, dari 16. Sayyidinasy Syarif al Hasan bin Ali, dari 17. Sayyidinaโ€™Ali bin Abi Tholib, karromallahu wajhah, dari 18. Sayyidina wa Habibina wa Syafiโ€™ina wa Maulana Muhammadin, shollollohu alaihi wa aalihi wasallam, dari 19. Sayyidina Jibril, alaihis salam, dari 20. Robbul izzati robbul alamin. Setelah menerima ajaran dan baiat thoriqot ini, dari hari ke hari Beliau merasakan semakin terbukanya mata hati beliau. Beliau banyak menemukan rahasia-rahasia Ilahiyah yang selama ini belum pernah dialaminya. Sejak saat itu pula Beliau semakin merasakan dirinya kian dalam menyelam ke dasar samudera hakekat dan maโ€™rifatulloh. Hal ini, selain berkat dari keagungan ajaran thoriqot itu sendiri, juga tentunya karena kemuliaan barokah yang terpancar dari ketaqwaan sang guru, asy Syekh Abdus Salam bin Masyisy, rodhiyAllahu anh. Thoriqot ini pula, di kemudian hari, yaitu pada waktu Beliau kelak bermukim di negeri Tunisia dan Mesir, Beliau kembangkan dan sebar luaskan ke seluruh penjuru dunia melalui murid-murid beliau. Oleh karena Beliau adalah orang yang pertama kali mendakwahkan dan mengembangkan ajaran thoriqot ini secara luas kepada masyarakat umum, sehingga akhirnya masyhur di mana-mana, maka Beliau pun kemudian dianggap sebagai pendiri thoriqot ini yang pada akhirnya menisbatkan nama thoriqot ini dengan nama besar beliau, dengan sebutan โ€œTHORIQOT SYADZILIYAHโ€. Banyak para ulama dan pembesar-pembesar agama di seluruh dunia, dari saat itu sampai sekarang, yang mengambil berkah dari mengamalkan thoriqot ini. Sebuah thoriqot yang amat sederhana, tidak terlalu membebani bagi khalifah dan para guru mursyidnya serta para pengamalnya. Setelah cukup lama Beliau tinggal bersama asy Syekh, maka tibalah saat perpisahan antara guru dan murid. Pada saat perpisahan itu Syekh Abdus Salam membuat pemetaan kehidupan murid tercinta Beliau tentang hari-hari yang akan dilalui oleh Syekh Abil Hasan dengan mengatakan, โ€œWahai anakku, setelah usai masa berguru, maka tibalah saatnya kini engkau untuk beriqomah. Sekarang pergilah dari sini, lalu carilah sebuah daerah yang bernama SYADZILAH. Untuk beberapa waktu tinggallah engkau di sana. Kemudian perlu kau ketahui, di sana pula Allah Azza wa Jalla akan menganugerahi engkau dengan sebuah nama yang indah, asy Syadzily.โ€ โ€œSetelah itu,โ€ lanjut asy Syekh, โ€œKemudian engkau akan pindah ke negeri Tunisia. Di sana engkau akan mengalami suatu musibah dan ujian yang datangnya dari penguasa negeri itu. Sesudah itu, wahai anakku, engkau akan pindah ke arah timur. Di sana pulalah kelak engkau akan menerima warisan al Quthubah dan menjadikan engkau seorang Quthub.โ€ Pada waktu akan berpisah, Beliau mengajukan satu permohonan kepada asy Syekh agar memberikan wasiat untuk yang terakhir kalinya, dengan mengatakan, โ€œWahai Tuan Guru yang mulia, berwasiatlah untukku.โ€ Asy Syekh pun kemudian berkata, โ€œWahai Ali, takutlah kepada Allah dan berhati-hatilah terhadap manusia. Sucikanlah lisanmu daripada menyebut akan keburukan mereka, serta sucikanlah hatimu dari kecondongan terhadap mereka. Peliharalah anggota badanmu dari segala yang maksiat, pen. dan tunaikanlah setiap yang difardhukan dengan sempurna. Dengan begitu, maka sempurnalah Allah mengasihani dirimu.โ€ Lanjut asy Syekh lagi, โ€œJangan engkau memperingatkan kepada mereka, tetapi utamakanlah kewajiban yang menjadi hak Allah atas dirimu, maka dengan cara yang demikian akan sempurnalah waroโ€™mu.โ€ โ€œDan berdoalah wahai anakku, Ya Allah, rahmatilahlah diriku dari ingatan kepada mereka dan dari segala masalah yang datang dari mereka, dan selamatkanlah daku dari kejahatan mereka, dan cukupkanlah daku dengan kebaikan-kebaikanMu dan bukan dari kebaikan mereka, dan kasihilah diriku dengan beberapa kelebihan dari antara mereka. Ya Allah, sesungguhnya Engkaulah atas segala sesuatu Dzat Yang Maha Berkuasa.โ€ Selanjutnya, setelah perpisahan itu, asy Syekh Abdus Salam bin Masyisy yang dilahirkan di kota Fes, Maroko, tetap tinggal di negeri kelahirannya itu sampai akhir hayat beliau. Sang Quthub nan agung ini meninggal dunia pada tahun 622 H./1225 M. Makam Beliau sampai saat ini ramai diziarahi kaum muslimin yang datang dari seluruh penjuru dunia. Seusai berpisah dengan asy Syekh Abdus Salam bin Masyisy, Beliau mulai menapaki perjalanan yang pertama sebagai apa yang telah dipetakan oleh sang guru, yaitu mencari sebuah desa bernama Syadzilah. Setelah dicari-cari, akhirnya sampailah Beliau di sebuah desa bernama Syadzilah yang terletak di wilayah negeri Tunisia. Pada saat Beliau tiba di desa itu, yang mengherankan, Beliau sudah disambut dan dielu-elukan oleh segenap penduduk Syadzilah, sedang Beliau sendiri tidak tahu siapa sebenarnya yang memberitakan akan kedatangan beliau. Tapi, itu sebuah kenyataan bahwa mereka dalam memberikan sambutan kepada Beliau tampak sekali terlihat dari raut wajah mereka suatu kegembiraan yang amat dalam, seakan mereka bisa bertemu dengan orang yang sudah lama dinanti-nantikan. Beliau tinggal di tengah-tengah desa Syadzilah hanya beberapa hari saja. Karena, sejak tiba di kota itu, Beliau telah memutuskan untuk tidak berlama-lama berada di tengah keramaian masyarakat. Beliau ingin bermukim di tempat yang tenang dan jauh dari hiruk-pikuknya orang-orang. Memang, tujuan Beliau datang ke kota itu, sesuai dengan petunjuk sang guru, semata-mata hanyalah untuk lebih meningkatkan dan menyempurnakan ibadah Beliau dengan cara menjauh dari masyarakat. Akhirnya, Beliau memilih tempat di luar kota Syadzilah, yaitu di sebuah bukit yang bernama Zaghwan. Maka, berangkatlah Beliau ke bukit itu dengan diiringi oleh sahabat Beliau bernama Abu Muhammad Abdullah bin Salamah al Habibie. Dia adalah seorang pemuda penduduk asli Syadzilah yang memiliki ketaqwaan dan telah terbuka mata hatinya mukasyafah. Di bukit itu, Beliau melakukan laiihan-latihan ruhani dengan menerapkan disiplin diri yang tinggi. Setiap jengkal waktu, Beliau gunakan untuk menempa ruhani dengan melakukan riyadhoh, mujahadah dan menjalankan wirid-wirid sebagaimana yang telah diajarkan oleh guru beliau, asy Syekh Abdus Salam. Di bukit itu, Beliau melakukan uzlah dan suluk dengan cara menggladi nafsu sehingga benar-benar menjadi pribadi yang cemerlang dan istiqomah yang diliputi dengan rasa khidmah dan mahabbah kepada Allah dan Rasul-Nya. Untuk kehidupannya, Beliau bersama sahabat setianya, al Habibie, hanya mengambil tumbuhan yang ada di sekitar bukit Zaghwan itu saja. Tetapi, sejak Beliau bermukim di bukit itu, Allah SWT telah mengaruniakan sebuah mata air untuk memenuhi keperluan beliau. Pernah, pada suatu hari, Beliau menyaksikan gusi al Habibie terluka hingga mengeluarkan darah lantaran terkena ranting dari dedaunan yang dimakannya. Melihat hal itu, Leliau menjadi terharu karena sahabat yang setia mengiringinya harus mengalami kesakitan. Segera saja, setelah itu, Beliau mengajak al Habibie turun ke desa Syadzilah untuk mencari makanan yang lunak. Dan sekiranya telah tercukupi, maka Beliau berdua segera naik kembali ke bukit Zaghwan untuk meneruskan โ€œperjalananโ€. Memang, semenjak beruzlah di bukit itu, kadang-kadang Beliau berdua turun ke desa Syadzilah untuk berbagai keperluan. Berkaitan dengan pengalaman keruhanian, diceritakan oleh al Habibie, bahwa pada suatu ketika dia pernah melihat dalam pandangan mata batinnya, nampak segerombolan malaikat, alaihimus sholatu was salam, mengerumuni asy Syekh. Bahkan, lanjut al Habibie, โ€œSebagian dari malaikat itu ada yang berjalan beriringan bersamaku dan ada pula yang bercakap-cakap dengan aku.โ€ Tidak jarang pula dilihat oleh al Habibie arwah para waliyulloh yang secara berkelompok maupun sendiri-sendiri, mendatangi dan mengerubuti asy Syekh. Para wali-wali itu, rohimahumulloh, dikatakan oleh al Habibie, merasakan memperoleh berkah lantaran kedekatan dan kebersamaan mereka dengan asy Syekh. Sehubungan dengan nama desa Syadzilah, yang akhirnya bertautan dengan nama beliau, diceritakan oleh beliau, bahwa Beliau pada suatu ketika dalam fanaโ€™nya, pernah mengemukakan sebuah pertanyaan kepada Allah SWT, โ€œYa Robb, mengapa nama Syadzilah Engkau kaitkan dengan namaku ?โ€ Maka, dikatakan kepadaku, โ€œYa Ali, Aku tidak menamakan engkau dengan nama asy Syadzily, tetapi asy Syaadz-ly penekanan kata pada โ€œdzโ€ yang artinya jarang langka, yaitu karena keistimewaanmu dalam menyatu untuk berkhidmat demi untukKu dan demi cinta kepada-Ku.โ€ Beliau tinggal di bukit Zaghwan itu sampai bertahun-tahun, sampai pada suatu hari, Beliau mendapatkan perintah dari Allah SWT agar turun dari bukit dan keluar dari tempat khalwatnya untuk segera mendatangi masyarakat. Diceritakan oleh beliau, begini, โ€œPada waktu itu telah dikatakan kepadaku, Hai Ali, turun dan datangilah manusia-manusia, agar mereka memperoleh manfaat dari padamu !โ€™ Lalu, akupun mengatakan, Ya Allah, selamatkanlah diriku dari manusia banyak, karena aku tidak berkemampuan untuk bergaul dengan merekaโ€™. Lalu dikatakan kepadaku, Turunlah, wahai Ali ! Aku akan mendampingimu dengan keselamatan dan akan Aku singkirkan engkau dari marabahayaโ€™. Aku katakan pula, Ya Allah, Engkau serahkan diriku kepada manusia-manusia, termasuk apa yang aku makan dan harta yang aku pakai ?โ€™ Maka, dikatakan kepadaku, Hendaklah engkau menafkahkan dan Aku-lah yang mengisi, pilihlah dari jurusan tunai ataukah jurusan ghaib.โ€ Setelah selesai menjalani seperti apa yang telah dipetakan oleh asy Syekh Abdus Salam dan setelah mendapat perintah untuk keluar dari tempat uzlahnya guna mendatangi masyarakat, maka Beliau segera melanjutkan perjalanannya sesuai dengan pemetaan berikutnya, yaitu menuju ke kota Tunis. Kalau dirunut nasab maupun tempat kelahiran syekh agung ini, tidak didapati sebuah nama yang memungkinkan ia dinamakan Syadzili. Dan memang, nama tersebut adalah nama yang dia peroleh dalam perjalanan ruhaniah. Dalam hal ini Abul Hasan sendiri bercerita โ€œKetika saya duduk di hadapan Syekh, di dalam ruang kecil, di sampingku ada anak kecil. Di dalam hatiku terbersit ingin tanya kepada Syekh tentang nama Allah. Akan tetapi, anak kecil tadi mendatangiku dan tangannya memegang kerah bajuku, lalu berkata, โ€œWahai, Abu alโ€“Hasan, kamu ingin bertanya kepada Syekh tentang nama Allah, padahal sesungguhnya kamu adalah nama yang kamu cari, maksudnya nama Allah telah berada dalam hatimu. Akhirnya Syekh tersenyum dan berkata, โ€œDia telah menjawab pertanyaanmuโ€. Selanjutnya Syekh Abdussalam memerintahkan Abu al-Hasan untuk pergi ke daerah Afriqiyyah tepatnya di daerah bernama Syadzilah, karena Allah akan menyebutnya dengan nama Syadzili โ€“padahal pada waktu itu Abu al-Hasan belum di kenal dengan nama tersebut-. Sebelum berangkat Abu al-Hasan meminta wasiat kepada Syekh, kemudian dia berkata, โ€œIngatlah Allah, bersihkan lidah dan hatimu dari segala yang mengotori nama Allah, jagalah anggota badanmu dari maksiat, kerjakanlah amal wajib, maka kamu akan memperoleh derajat kewalian. Ingatlah akan kewajibanmu terhadap Allah, maka kamu akan memperoleh derajat orang yang waraโ€™. Kemudian berdoalah kepada Allah dengan doa, โ€œAllahumma arihnii min dzikrihim wa minal awaaridhi min qibalihim wanajjinii min syarrihim wa aghninii bi khairika an khairihim wa tawallanii bil khushuushiyyati min bainihim innaka alaa kulli syaiโ€™in qadiirโ€. Selanjutnya sesuai petunjuk tersebut, Syekh Abu al-Hasan berangkat ke daerah tersebut untuk mengetahui rahasia yang telah dikatakan kepadanya. Dalam perjalanan ruhaniah kali ini dia banyak mendapat cobaan sebagaimana cobaan yang telah dialami oleh para wali-wali pilihan. Akan tetapi dengan cobaan tersebut justru semakin menambah tingkat keimanannya dan hatinya semakin jernih. Sesampainya di Syadzilah, yaitu daerah dekat Tunis, dia bersama kawan-kawan dan muridnya menuju gua yang berada di Gunung Zaโ€™faran untuk munajat dan beribadah kepada Allah SWT. Selama beribadah di tempat tersebut salah satu muridnya mengetahui bahwa Syekh Abu al-Hasan banyak memiliki keramat dan tingkat ibadahnya sudah mencapai tingkatan yang tinggi. Pada akhir munajat-nya ada bisikan suara , โ€œWahai Abu al-Hasan turunlah dan bergaul-lah bersama orang-orang, maka mereka akan dapat mengambil manfaat darimu, kemudian beliau berkata โ€œYa Allah, mengapa Engkau perintahkan aku untuk bergaul bersama mereka, saya tidak mampuโ€ kemudian dijawab โ€œSudahlah, turun Insya Allah kamu akan selamat dan kamu tidak akan mendapat celaan dari merekaโ€ kemudian beliau berkata lagi โ€œKalau aku bersama mereka, apakah aku nanti makan dari dirham mereka? Suara itu kembali menjawab โ€œBekerjalah, Aku Maha Kaya, kamu akan memperoleh rizik dari usahamu juga dari rizki yang Aku berikan secara gaib. Dalam dialog ilahiyah ini, dia bertanya kepada Allah, kenapa dia dinamakan syadzili padahal dia bukan berasal dari syadzilah, kemudian Allah menjawab โ€œAku tidak menyebutmu dengan syadzili akan tetapi kamu adalah syadzdzuli, artinya orang yang mengasingkan untuk ber-khidmat dan mencintaikuโ€. Dialog ilahiyah yang sarat makna dan misi ini membuatnya semakin mantap menapaki dunia tasawuf. Tugas selanjutnya adalah bergaul bersama masyarakat, berbaur dengan kehidupan mereka, membimbing dan menyebarkan ajaran-ajaran Islam dan ketenangan hidup. Dan Tunis adalah tempat yang dituju wali agung ini. Di Tunis Abul Hasan tinggal di Masjid al-Bilath. Di sekitar tempat tersebut banyak para ulama dan para sufi. Di antara mereka adalah karibnya yang bernama al-Jalil Sayyidi Abu al-Azaim, Syekh Abu al-Hasan al-Shaqli dan Abu Abdillah al-Shabuni. Popularitas Syekh Abu al-Hasan semerbak harum di mana-mana. Aromanya sampai terdengar di telinga Qadhi al-Jamaโ€™ah Abu al-Qasim bin Barraโ€™. Namun aroma ini perlahan membuatnya sesak dan gerah. Rasa iri dan hasud muncul di dalam hatinya. Dia berusaha memadamkan popularitas sufi agung ini. Dia melaporkan kepada Sultan Abi Zakaria, dengan tuduhan bahwa dia berasal dari golongan Fathimi. Sultan meresponnya dengan mengadakan pertemuan dan menghadirkan Syekh Abu al-Hasan dan Qadhi Abul Qosim. Hadir di situ juga para pakar fiqh. Pertemuan tersebut untuk menguji seberapa kemampuan Syekh Abu al-Hasan. Banyak pertanyaan yang dilontarkan demi menjatuhkan dan mempermalukan Abul Hasan di depan umum. Namun, sebagaimana kata-kata mutiara Imam Syafiโ€™i, dalam ujian, orang akan terhina atau bertambah mulia. Dan nyatanya bukan kehinaan yang menimpa wali besar. Kemuliaan, keharuman nama justru semakin semerbak memenuhi berbagai lapisan masyarakat. Qadhi Abul Qosim menjadi tersentak dan tertunduk malu. Bukan hanya karena jawaban-jawaban as-Syadzili yang tepat dan bisa menepis semua tuduhan, tapi pengakuan Sultan bahwa Syekh Abu al-Hasan adalah termasuk pemuka para wali. Rasa iri dan dengki si Qadhi terhadap Syekh Abu al-Hasan semakin bertambah, kemudian dia berusaha membujuk Sultan dan berkata โ€œJika tuan membiarkan dia, maka penduduk Tunis akan menurunkanmu dari singgasanaโ€. Ada pengakuan kebenaran dalam hati, ada juga kekhawatiran akan lengser dari singgasana. Sultan demi mementingkan urusan pribadi, menyuruh para ulamaโ€™ fikih untuk keluar dari balairung dan menahan Syekh Abu al-Hasan untuk dipenjara dalam istana. Kabar penahanan Syekh Abul Hasan mendorong salah seorang sahabatnya untuk menjenguknya. Dengan penuh rasa prihatin si karib berkata, โ€œOrang-orang membicarakanmu bahwa kamu telah melakukan ini dan ituโ€. Sahabat tadi menangis di depan Syekh Abu al-Hasan lalu dengan percaya diri dan kemantapan yang tinggi, Syekh tersenyum manis dan berkata, โ€œDemi Allah, andaikata aku tidak menggunakan adab syaraโ€™ maka aku akan keluar dari sini โ€“seraya mengisyaratkan dengan jarinya-. Setiap jarinya mengisyaratkan ke dinding maka dinding tersebut langsung terbelah, kemudian Syekh berkata kepadaku โ€œAmbilkan aku satu teko air, sajadah dan sampaikan salamku kepada kawan-kawan. Katakan kepada mereka bahwa hanya sehari saja kita tidak bertemu dan ketika shalat maghrib nanti kita akan bertemu lagiโ€. Tunis, kendatipun bisa dikatakan cikal bakal as-Syadzili menancapkan thariqah Syadziliyah namun itu bukan persinggahan terakhirnya. Dari Tunis, Syekh Abu al-Hasan menuju negara kawasan timur yaitu Iskandariah. Di sana dia bertemu dengan Syekh Abi al-Abbas al-Mursi. Pertemuan dua Syekh tadi memang benar-benar mencerminkan antara seorang mursyid dan murid. Adapun sebab mengapa Syekh pindah ke Mesir, beliau sendiri mengatakan, โ€œAku bermimpi bertemu baginda Nabi, beliau bersabda padaku โ€œHai Aliโ€ฆ pergilah ke Mesir untuk mendidik 40 orang yang benar-benar takut kepadakuโ€. Di Iskandariah beliau menikah lalu dikarunia lima anak, tiga laki-laki, dan dua perempuan. Semasa di Mesir beliau sangat membawa banyak berkah. Di sana banyak ulama yang mengambil ilmu dari Syekh agung ini. Di antara mereka adalah hakim tenar Izzuddin bin Abdus-Salam, Ibnu Daqiq al-Iid , Al-hafidz al-Mundziri, Ibnu al-Hajib, Ibnu Sholah, Ibnu Usfur, dan yang lain-lain di Madrasah al-Kamiliyyah yang terletak di jalan Al-muiz li Dinillah. Selama berada di Tunisia, beliau bersahabat dan banyak berdiskusi dengan para Ulama dan kaum Sufi besar disana. Di antara mereka terdapat โ€ข Syekh Abul Hasan Ali bin Makhluf As Syazili โ€ข Abu Abdullah Al Shabuni โ€ข Abu Muhammad Abdul Aziz Al-Paituni โ€ข Abu Abdillah Al Binai Al Hayah โ€ข Abu Abdillah Al-Jarihi Sedangkan diantara murud-murid beliau di Tunisia, dimana sebagian mereka adalah para Ulama kenamaanโ€™ yaitu โ€ข Izzudin bin Abdul Salam โ€ข Taqiyudin bin Daqiqiโ€™id โ€ข Abul Adhim Al-Munziri โ€ข Ibnu Shaleh โ€ข Ibnu Hajib โ€ข Jamaluddin Usfur โ€ข Nabiuddin bin Auf โ€ข Muhyiddin bin Suraqah โ€ข Ibnu Yasin Diantara kemuliaan beliau, sebagaimana kesaksian sahabat seperjalanannya, bahwa diutusnya Syekh Abul Hasan Ali As Syazili oleh gurunya agar berangkat menuju Iskandaria, karena di kota itu telah menunggu 40 Waliyullah untuk meneruskan pelajaran kepada beliau. Dasar-dasar Pemikiran Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili โ€ข Seseorang yang ingin mendalami ajaran tasawuf, maka terlebih dahulu harus mendalami dan memahami ajaran Syariโ€™ah. โ€ข Beliau mengajarkan ajaran Tasawuf kepada murid-muridnya dengan menggunakan 7 kitab; yaitu 1. Khatam Al Auliyah karya Al Hakim At Tirmidzi menguraikan tentang masalah kewalian dan Kenabian 2. Al Mawaqif wa Al Mukhatabah karya Syekh Muhammad bin Abdul Jabbar An Nifari menguraikan tentang kerinduan Tokoh sufi kepada Allah swt 3. Qutub Qulub karya Abu Tholib Al Makki menguraikan pandangan tokoh sufi yang menjelaskan Syariโ€™at dan hakikat bersatu 4. Ihya Ulumuddin karya Imam Abu Hamid Muhammad Al Ghazali Paduan antara Syariโ€™at dan Tasawuf 5. Al Syifaโ€™ karya Qadhi Iyadh dipergunakan untuk mengambil sumber Syarah-syarah dengan melihat tasawuf dari sudut pandang Ahli Fiqih 6. Ar Risalah Qusyairiyah karya Imam Qusyairi dipergunakan beliau untuk permulaan dalam pengajaran Tasawuf 7. Ar Muhararul Wajiz dan Al Hikam karya Ibnu Aththaโ€™illah melengkapi pengetahuan dalam pengajian Syekh Abu al-Abbas al-Mursy, murid kesayangan dan penerus thariqah Syadziliyah mengatakan bahwa gurunya setiap tahun menunaikan ibadah haji, kemudian tinggal di kota suci mulai bulan Rajab sampai masa haji habis. Seusai ibadah haji beliau pergi berziarah ke makam Nabi SAW di Madinah. Pada musim haji yang terakhir yaitu tahun 656H, sepulang dari haji beliau memerintahkan muridnya untuk membawa minyak wangi dan perangkat merawat jenazah lainnnya. Ketika muridnya bertanya untuk apa kesemuanya ini, beliau menjawab, โ€œDi Jurang Humaistara di propinsi Bahr al-Ahmar akan terjadi kejadian yang pasti. maka di sanalah beliau meninggal. Beliau wafat pada tahun 656 H / 1258 M di Homaithira, Mesir. Hingga kini makamnya masih selalu diziarahi, baik oleh pengikut tarekat Syaziliyah atau bukan; yang menganggapnya sebagai waliyullah. Karya Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili โ€ข Majmuโ€™atul Ahzab Kumpulan Hizib-wirid โ€ข Mafakhirul Aliyah โ€ข Al Amin โ€ข As Sirrul Jalil fi Khawashi Hasbunallah Wa Niโ€™mal Wakil โ€ข Hizbus Syadzili partai terkenal di Afrika Karomah Sayyidi Syekh Imam Abul Hasan Ali Asy Syadzili Sulthonul Auliyaโ€™ Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili ra adalah seorang yang dianugerahi karomah yang sangat banyak, tidak ada yang bisa menghitung karomahnya kecuali Allah SWT. Dan sebagian dari karomah beliau antara lain adalah Allah SWt menganugerahkan kepada beliau kunci seluruh Asma-Asma, sehingga seandainya seluruh manusia dan jin menjadi penulis beliau untuk menulis ilmu-ilmu beliau mereka akan lelah dan letih, sedangkan ilmu beliau belum habis. Beliau adalah sangat terpuji akhlaqnya, sifat mudah menolong dan kedermawanannya dari sejak usia anak-anak sampai ketika umur enam tahun telah mengenyangkan orang-orang yang kelaparan pada penduduk Negara Tunisia dengan uang yang berasal dari alam ghoib uang pemberian Allah secara langsung kepada beliau. Beliau didatangi Nabiyulloh Khidir as untuk menetapkan โ€œwilayatul adzimahโ€ kepada beliau menjadi seorang wali yang mempunyai kedudukan tinggi ketika beliau baru berusia enam tahun. Beliau bisa mengetahui batin isi hati manusia Beliau pernah berbicara dengan malaikat dihadapan murid-muridnya Beliau menjaga murid-muridnya meskipun di tempat yang jauh Beliau mampu memperlihatkan/menampakkan kaโ€™bah dari negara Mesir Beliau tidak pernah putus melihat/menjumpai Lailatul Qodar semenjak usia baligh hingga wafatnya beliau. Sehingga beliau berkata Apabila Awal Puasa ramadhan jatuh pada hari Ahad maka Lailatul Qodarnya jatuh pada malam 29, Awal Puasa pada hari Senin Lailatul Qodarnya malam 21, Awal puasa pada hari Selasa Lailatul Qodarnya malam 27, Awal puasa pada hari Rabu Lailatul Qodarnya malam 19, awal puasa pada hari Kamis Lailatul Qodarnya malam 25, awal puasa pada hari jumโ€™at maka Lailatul Qodarnya pada malam 17, sedangkan bila awal puasa pada hari Sabtu maka Lailatul Qodarnya jatuh pada malam 23. Barang siapa yang meninggal dan dikubur sama dengan hari meninggal dan dikuburkannya beliau, maka Allah akan mengampuni seluruh dosanya Doa Beliau Mustajabah dikabulkan oleh Allah SWT Beliau tidak pernah terhalang sekejap mata pandangannya dari Rasulullah saw selama 40 tahun artinya beliau selalu berjumpa dengan Rasulullah selama 40 tahun Beliau dibukakan oleh Allah bisa melihat lembaran buku murid-murid yang masuk kedalam thoriqohnya, padahal lebar bukunya tersebut berukuran sejauh mata memandang. Hal ini berlaku bagi orang yang langsung baiat kepada beliau dan juga bagi orang sesudah masa beliau sampai dengan akhir zaman. Dan seluruh murid-muridnya pengikut thoriqohnya diberi karunia bebas dari neraka. Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili ra sungguh telah digembirakan diberi karunia, barang siapa yang melihat beliau dengan rasa cinta dan rasa hormat tidak akan mendapatkan celaka. Beliau menjadi sebab keselamatan murid-muridnya/pengikutnya akan memberikan syafaat di akhirat Beliau berdoโ€™a kepada Allah SWT, agar menjadikan tiap-tiap wali Qutub sesudah beliau sampai akhir zaman diambil dari golongan thoriqohnya. Dan Allah telah mengabulkan Doโ€™a beliau tersebut. Maka dari itu wali Qutub sesudah masa beliau sampai akhir zaman diambil dari golongan pengikut beliau. Syaikh Abul Abbas Al Mursi ra berkata โ€œApabila Allah SWT menurunkan bala/bencana yang bersifat umum maka pengikut thoriqoh syadziliyah akan selamat dari bencana tersebut sebab karomah syaikh Abul Hasan Asy Syadzili raโ€. Syaikh Syamsudin Al-Hanafi ra mengatakan bahwa pengikut thoriqoh syadziliyah dikaruniai kemulyaan tiga macam yang tidak diberikan pada golongan thoriqoh yang lainnya a. Pengikut thoriqoh Syadziliyah telah dipilih di lauhil mahfudz b. Pengikut thgoriqoh syadziliyah apabila jadzab/majdub akan cepat kembali seperti sedia kala. c. Seluruh Wali Qutub yang diangkat sesudah masa syaikh Abul Hasan Asy Syadzili ra akan diambil dari golongan ahli thoriqoh Sadziliyah. Apabila beliau mengasuh/mengajar murid-muridnya sebentar saja, sudah akan terbuka hijab. Pada suatu ketika, Sultan Abi Zakaria dikejutkan dengan berita bahwa budak perempuan yang paling disenangi dan paling dibanggakan terserang penyakit langsung meninggal. Ketika mereka sedang sibuk memandikan budak itu untuk kemudian dishalati, mereka lupa bara api yang masih menyala di dalam gedung. Tanpa ampun bara api tadi melalap pakaian, perhiasan, harta kekayaan, karpet dan kekayaan lainnya yang tidak bisa terhitung nilainya. Sembari merenung dan mengevaluasi kesalahan masa lalu, Sultan yang pernah menahan Syekh Syadzili karena hasudan qadhi Abul Qosim tersadar bahwa kejadian-kejadian ini karena sikap dia terhadap Syekh Abu al-Hasan. Dan demi melepaskan kutukanโ€™ ini saudara Sultan yang termasuk pengikut Syekh Abu al-Hasan meminta maaf kepada Syekh, atas perlakuan Sultan kepadanya. Cerita yang sama juga dialami Ibnu al-Barra. Ketika mati ia juga banyak mengalami cobaan baik harta maupun agamanya. Di antara karomahnya adalah, Abul Hasan berkata, โ€œKetika dalam suatu perjalanan aku berkata, โ€œWahai Tuhanku, kapankah aku bisa menjadi hamba yang banyak bersyukur kepada-Mu?, kemudian beliau mendengar suara , โ€œYaitu apabila kamu berpendapat tidak ada orang yang diberi nikmat oleh Allah kecuali hanya dirimu. Karena belum tahu maksud ungkapan itu aku bertanya, โ€œWahai Tuhanku, bagaimana saya bisa berpendapat seperti itu, padahal Engkau telah memberikan nikmat-Mu kepada para Nabi, ulamaโ€™ dan para penguasa. Suara itu berkata kepadaku, โ€œAndaikata tidak ada para Nabi, maka kamu tidak akan mendapat petunjuk, andaikata tidak ada para ulamaโ€™, maka kamu tidak akan menjadi orang yang taat dan andaikata tidak ada para penguasa, maka kamu tidak akan memperoleh keamanan. Ketahuilah, semua itu nikmat yang Aku berikan untukmuโ€. Di antara karomah sudi agung ini adalah, ketika sebagian para pakar fiqh menentang Hizib Bahr, Syekh Syadzili berkata, โ€œDemi Allah, saya mengambil hizib tersebut langsung dari Rasulullah saw harfan bi harfin setiap hurufโ€. Di antara karomah Syekh Syadzili adalah, pada suatu ketika dalam satu majlis beliau menerangkan bab zuhud. Beliau waktu itu memakai pakaian yang bagus. Ketika itu ada seorang miskin ikut dalam majlis tersebut dengan memakai pakaian yang jelek. Dalam hati si miskin berkata, โ€œBagaimana seorang Syekh menerangkan bab zuhud sedangkan dia memakai pakaian seperti ini?, sebenarnya sayalah orang yang zuhud di duniaโ€. Tiba-tiba Syekh berpaling ke arah si miskin dan berkata, โ€œPakaian kamu ini adalah pakaian untuk menarik simpatik orang lain. Dengan pakaianmu itu orang akan memanggilmu dengan panggilan orang miskin dan menaruh iba padamu. Sebaliknya pakaianku ini akan disebut orang lain dengan pakaian orang kaya dan terjaga dari meminta-mintaโ€. Sadar akan kekhilafannya, si miskin tadi beranjak berlari menuju Syekh Syadzili seraya berkata, โ€œDemi Allah, saya mengatakan tadi hanya dalam hatiku saja dan saya bertaubat kepada Allah, ampuni saya Syekhโ€. Rupanya hati Syekh terharu dan memberikan pakaian yang bagus kepada si miskin itu dan menunjukkannya ke seorang guru yang bernama Ibnu ad Dahan. Kemudian syekh berkata, โ€œSemoga Allah memberikan kasih sayang-Nya kepadamu melalui hati orang-orang pilihan. Dan semoga hidupmu berkah dan mendapatkan khusnul khatimahโ€. Rasulullah saw memberikan izin bagi orang yang berdoโ€™a Kepada Allah SWT dengan bertawasul kepada Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili. Pendapat Ulama tentang Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili โ€ข Al-Manawi berkata ketika ditanya orang siapa Syekh nya; Syekh Abu Hasan Ali menjawab โ€œAdapun pada masa lalu, Syekh Abdus Salam Masyisy, sekarang aku minum dari sepuluh lautan, lima diantaranya di langit dan lima di bumi.โ€ โ€ข Al-Mursi berkata โ€œAllah swt pernah membukakan tabir pemandanganku, maka Ku lihat Syekh Abu Madyan bergantung di tiang Arasy. Aku mengajukan pertanyaan โ€Berapa banyak ilmu anda?โ€ Dia menjawab โ€71โ€ Aku bertanya lagi โ€œApa Jabatanmu?โ€ Dia menjawab โ€Khalifah keempat dan pemimpin 7 wali Abdal Kutanya lagi โ€Bagaimana pendapatmu tentang Abu Hasan Asy-Syazili?โ€ Dia menjawab โ€Dia lebih dari padaku dengan 40 Ulama, dia Adalah samudera tidak bertepi.โ€ โ€ข Abu Abdullah As-Syatibi berkata โ€œ Aku setiap malam mengadakan hubungan dengan Syekh Abu Hasan beberap kali. Aku mohon berbagai hajat kepada Allah swt, dengan perantaraannya. Ternyata hajatku dikabulkan Allah swt. Pada suatu malam, aku bermimpi bertemu Rasulullah saw. Aku bertanya kepada beliau โ€Wahai Rasulullah saw, relakah rasul kepada Abu Hasan. Aku selalu bermohon kepada Allah swt dengan perantaraan beliau, ternyata doaโ€™ ku makbul. Bagaimana pendapat Rasulullah tentang dirinya? Beliau bersabda โ€œAbu Hasan itu adalah putraku, secara rohaniah. Anak adalah bagian dari Ayah. Siapa yang berpegang kepada sebagian, berarti sesungguhnya berpegang pada semua. Apabila kamu meminta kepada Allah swt dengan perantaraan Syekh Abu Hasan, maka sesungguhnya kamu telah memohon kepada Allah swt dengan perantaraanku.โ€ Wasiat dan Nasihat Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili โ€ข Jika Kasyaf bertentangan dengan Al Qurโ€™an dan Sunah, tinggalkanlah Kasyaf dan berpeganglah pada Al Qurโ€™an dan Sunah. Katakana pada dirimu Sesungguhnya Allah swt menjamin keselamatan saya dalam kitabnya dan sunah Rasulnya dari kesalahan, bukan dari Kasyaf, Ilham, maupun Musyahadah sebelum mencari kebenarannya dalam Al Qurโ€™an dan Sunah terlebih dahulu. โ€ข Kembalilah dari menentang Allah swt, maka engkau menjadi Ahli Tauhid. Berbuatlah sesuai dengan rukun-rukun Syaraโ€™, maka engkau menjadi Ahli Sunah. Gabungkanlah keduanya, maka engkau menuju kesejatian. โ€ข Jika engkau menginginkan bagian dari anugerah para wali, berpalinglah dari manusia kecuali dia menunjukkanmu kepada Allah swt dengan cara yang benar dan tidak bertentangan dengan Al Qurโ€™an dan Sunah. โ€ข Seandainya kalian mengajukan permohonan kepada Allah swt, sampaikan lewat Imam Abu Hamid Muhammad Al Ghazali. Kitab Ihya Ulumuddin Al Ghazali mewariskan Ilmu; sedangkan Qutub Qulub Al Makki mewariskan cahaya kepada kalian. โ€ข Ketuklah pintu zikir dengan hasrat dan sikap sangat membutuhkan kepada Allah swt melalui kontemplasi, menjauhkan diri segala hal selain Allah swt. Lakukanlah dengan menjaga rahasia batin, agar jauh dari bisikan nafsu dalam seluruh nafas dan jiwa, sehingga kalian memilki kekayaan rohani. Tuntaskan lisanmu dengan berzikir, hatimu untuk tafakur dan tubuhmu untuk menuruti perintah-Nya. Dengan demikian kalian bisa tergolong orang-orang saleh. โ€ข Manakala zikir terasa berat di lisanmu, sementara pintu kontemplasi tertutup, ketahuilah bahwa hal itu semata-mata karena dosa-dosamu atau kemunafikan dalam hatimu. Tak ada jalan bagimu kecuali bertobat, memperbaiki diri, hanya menggantungkan diri kepada Allah swt dan ikhlas beragama Dasar-dasar ajaran Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili bahwa seseorang yang ingin mendalami ajaran tasawuf, maka terlebih dahulu harus mendalami dan memahami ajaran Syariโ€™ah. Beliau mengajarkan ajaran Tasawuf kepada murid-muridnya dengan menggunakan 7 kitab; yaitu 1. Khatam Al Auliyah karya Al Hakim At Tirmidzi menguraikan tentang masalah kewalian dan Kenabian 2. Al Mawaqif wa Al Mukhatabah karya Syekh Muhammad bin Abdul Jabbar An Nifari menguraikan tentang kerinduan Tokoh sufi kepada Allah SWT 3. Qutub Qulub karya Abu Tholib Al Makki menguraikan pandangan tokoh sufi yang menjelaskan Syariโ€™at dan hakikat bersatu 4. Ihya Ulumuddin karya Imam Abu Hamid Muhammad Al Ghazali Paduan antara Syariโ€™at dan Tasawuf 5. Al Syifaโ€™ karya Qadhi Iyadh dipergunakan untuk mengambil sumber Syarah-syarah dengan melihat tasawuf dari sudut pandang Ahli Fiqih 6. Ar Risalah Qusyairiyah karya Imam Qusyairi dipergunakan beliau untuk permulaan dalam pengajaran Tasawuf 7. Ar Muhararul Wajiz dan Al Hikam karya Ibnu Aththaโ€™illah melengkapi pengetahuan dalam pengajian . Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili wafat pada tahun 656 H / 1258 M di Homaithira, Mesir. Hingga kini makamnya masih selalu diziarahi, baik oleh pengikut tarekat Syaziliyah atau bukan; yang menganggapnya sebagai waliyullah. Karya Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili โ€ข Majmuโ€™atul Ahzab Kumpulan Hizib-wirid โ€ข Mafakhirul Aliyah โ€ข Al Amin โ€ข As Sirrul Jalil fi Khawashi Hasbunallah Wa Niโ€™mal Wakil โ€ข Hizbus Syadzili partai terkenal di Afrika Pendapat Ulama tentang Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili โ€ข Al-Manawi berkata ketika ditanya orang siapa Syekh nya; Syekh Abu Hasan Ali menjawab โ€œAdapun pada masa lalu, Syekh Abdus Salam Masyisy, sekarang aku minum dari sepuluh lautan, lima diantaranya di langit dan lima di bumi.โ€ โ€ขAl-Mursi berkata โ€œAllah SWT pernah membukakan tabir pemandanganku, maka Ku lihat Syekh Abu Madyan bergantung di tiang Arasy. Aku mengajukan pertanyaan โ€Berapa banyak ilmu anda?โ€ Dia menjawab โ€71โ€ Aku bertanya lagi โ€œApa Jabatanmu?โ€ Dia menjawab โ€Khalifah keempat dan pemimpin 7 wali Abdal Kutanya lagi โ€Bagaimana pendapatmu tentang Abu Hasan Asy-Syazili?โ€ Dia menjawab โ€Dia lebih dari padaku dengan 40 Ulama, dia adalah samudera tidak bertepi.โ€ โ€ข Abu Abdullah As-Syatibi berkata โ€œ Aku setiap malam mengadakan hubungan dengan Syekh Abu Hasan beberap kali. Aku mohon berbagai hajat kepada Allah SWT, dengan perantaraannya. Ternyata hajatku dikabulkan Allah SWT. Pada suatu malam, aku bermimpi bertemu Rasulullah saw. Aku bertanya kepada beliau โ€Wahai Rasulullah saw, relakah rasul kepada Abu Hasan. Aku selalu bermohon kepada Allah SWT dengan perantaraan beliau, ternyata doaโ€™ ku makbul. Bagaimana pendapat Rasulullah tentang dirinya? Beliau bersabda โ€œAbu Hasan itu adalah putraku, secara rohaniah. Anak adalah bagian dari Ayah. Siapa yang berpegang kepada sebagian, berarti sesungguhnya berpegang pada semua. Apabila kamu meminta kepada Allah SWT dengan perantaraan Syekh Abu Hasan, maka sesungguhnya kamu telah memohon kepada Allah SWT dengan perantaraanku.โ€ Wasiat dan Nasihat Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili โ€ข Jika Kasyaf bertentangan dengan Al Qurโ€™an dan Sunah, tinggalkanlah Kasyaf dan berpeganglah pada Al Qurโ€™an dan Sunah. Katakan pada dirimu Sesungguhnya Allah SWT menjamin keselamatan saya dalam kitabnya dan sunah Rasulnya dari kesalahan, bukan dari Kasyaf, Ilham, maupun Musyahadah sebelum mencari kebenarannya dalam Al Qurโ€™an dan Sunah terlebih dahulu. โ€ข Kembalilah dari menentang Allah SWT, maka engkau menjadi Ahli Tauhid. Berbuatlah sesuai dengan rukun-rukun Syaraโ€™, maka engkau menjadi Ahli Sunah. Gabungkanlah keduanya, maka engkau menuju kesejatian. โ€ข Jika engkau menginginkan bagian dari anugerah para wali, berpalinglah dari manusia kecuali dia menunjukkanmu kepada Allah SWT dengan cara yang benar dan tidak bertentangan dengan Al Qurโ€™an dan Sunah. โ€ข Seandainya kalian mengajukan permohonan kepada Allah SWT, sampaikan lewat Imam Abu Hamid Muhammad Al Ghazali. Kitab Ihya Ulumuddin Al Ghazali mewariskan Ilmu; sedangkan Qutub Qulub Al Makki mewariskan cahaya kepada kalian. โ€ข Ketuklah pintu zikir dengan hasrat dan sikap sangat membutuhkan kepada Allah SWT melalui kontemplasi, menjauhkan diri segala hal selain Allah SWT. Lakukanlah dengan menjaga rahasia batin, agar jauh dari bisikan nafsu dalam seluruh nafas dan jiwa, sehingga kalian memilki kekayaan rohani. Tuntaskan lisanmu dengan berzikir, hatimu untuk tafakur dan tubuhmu untuk menuruti perintah-Nya. Dengan demikian kalian bisa tergolong orang-orang saleh. โ€ข Manakala zikir terasa berat di lisanmu, sementara pintu kontemplasi tertutup, ketahuilah bahwa hal itu semata-mata karena dosa-dosamu atau kemunafikan dalam hatimu. Tak ada jalan bagimu kecuali bertobat, memperbaiki diri, hanya menggantungkan diri kepada Allah SWT dan ikhlas beragama. Sulthonul Auliyaโ€™ Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili ra adalah seorang yang dianugerahi karomah yang sangat banyak, tidak ada yang bisa menghitung karomahnya kecuali Allah SWT. Dan sebagian dari karomah beliau antara lain Allah SWT menganugerahkan kepada beliau kunci seluruh Asma-Asma, sehingga seandainya seluruh manusia dan jin menjadi penulis beliau untuk menulis ilmu-ilmu beliau mereka akan lelah dan letih, sedangkan ilmu beliau belum habis. Beliau adalah sangat terpuji akhlaqnya, sifat mudah menolong dan kedermawanannya dari sejak usia anak-anak sampai ketika umur enam tahun telah mengenyangkan orang-orang yang kelaparan pada penduduk Negara Tunisia dengan uang yang berasal dari alam ghoib uang pemberian Allah secara langsung kepada beliau. Beliau didatangi Nabiyulloh Khidir as untuk menetapkan โ€œwilayatul adzimahโ€ kepada beliau menjadi seorang wali yang mempunyai kedudukan tinggi ketika beliau baru berusia enam tahun. Beliau bisa mengetahui batin isi hati manusia, Beliau pernah berbicara dengan malaikat dihadapan murid-muridnya, Beliau menjaga murid-muridnya meskipun di tempat yang jauh, Beliau mampu memperlihatkan/menampakkan kaโ€™bah dari negara Mesir, Beliau tidak pernah putus melihat/menjumpai Lailatul Qodar semenjak usia baligh hingga wafatnya beliau. Sehingga beliau berkata Apabila Awal Puasa ramadhan jatuh pada hari Ahad maka Lailatul Qodarnya jatuh pada malam 29, Awal Puasa pada hari Senin Lailatul Qodarnya malam 21, Awal puasa pada hari Selasa Lailatul Qodarnya malam 27, Awal puasa pada hari Rabu Lailatul Qodarnya malam 19, awal puasa pada hari Kamis Lailatul Qodarnya malam 25, awal puasa pada hari jumโ€™at maka Lailatul Qodarnya pada malam 17, sedangkan bila awal puasa pada hari Sabtu maka Lailatul Qodarnya jatuh pada malam 23. Barang siapa yang meninggal dan dikubur sama dengan hari meninggal dan dikuburkannya beliau, maka Allah akan mengampuni seluruh dosanya, Doa Beliau Mustajabah dikabulkan oleh Allah SWT, Beliau tidak pernah terhalang sekejap mata pandangannya dari Rasulullah saw selama 40 tahun artinya beliau selalu berjumpa dengan Rasulullah selama 40 tahun, Beliau dibukakan oleh Allah bisa melihat lembaran buku murid-murid yang masuk kedalam thoriqohnya, padahal lebar bukunya tersebut berukuran sejauh mata memandang. Hal ini berlaku bagi orang yang langsung baiat kepada beliau dan juga bagi orang sesudah masa beliau sampai dengan akhir zaman. Dan seluruh murid-muridnya pengikut thoriqohnya diberi karunia bebas dari neraka. Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili ra sungguh telah digembirakan diberi karunia, barang siapa yang melihat beliau dengan rasa cinta dan rasa hormat tidak akan mendapatkan celaka. Beliau menjadi sebab keselamatan murid-muridnya/pengikutnya akan memberikan syafaat di akhirat. Beliau berdoโ€™a kepada Allah SWT, agar menjadikan tiap-tiap wali Qutub sesudah beliau sampai akhir zaman diambil dari golongan thoriqohnya. Dan Allah telah mengabulkan Doโ€™a beliau tersebut. Maka dari itu wali Qutub sesudah masa beliau sampai akhir zaman diambil dari golongan pengikut beliau. Syaikh Abul Abbas Al Mursi ra berkata โ€œApabila Allah SWT menurunkan bala/bencana yang bersifat umum maka pengikut thoriqoh syadziliyah akan selamat dari bencana tersebut sebab karomah syaikh Abul Hasan Asy Syadzili raโ€. Apabila beliau mengasuh/mengajar murid-muridnya sebentar saja, sudah akan terbuka hijab. Rasulullah saw memberikan izin bagi orang yang berdoโ€™a Kepada Allah SWT dengan bertawasul kepada Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili. Nah demikian sekilas gambaran sosok sang syaikh. Semoga kita bisa mengambil hikmah dan pembelajaran bagi kehidupan kita sekarang. Terakhir mari kita berefleksi โ€œJika engkau telah berusia empat puluh tahun, maka segeralah untuk memperbanyak amal shaleh siang maupun malam. Sebab, waktu pertemuanmu dengan Allah Azza wa Jalla semakin dekat. Ibadah yang kau kerjakan saat ini tidak mampu menyamai ibadah seorang pemuda yang tidak menyia-nyiakan masa mudanya. Bukankah selama ini kau sia-siakan masa muda dan kekuatanmu. Andaikata saat ini kau ingin beramal sekuat-kuatnya, tenagamu sudah tidak mendukung lagi. Oleh karena itu beramallah sesuai kekuatanmu. Perbaikilah masa lalumu dengan banyak berdzikir, sebab tidak ada amal yang lebih mudah dari dzikir. Dzikir dapat kamu lakukan ketika berdiri, duduk, berbaring maupun sakit. Dzikir adalah ibadah yang paling mudah. Rasulullah saw bersabda Dan hendaklah lisanmu basah dengan berdzikir kepada Allah SWT. Bacalah secara berkesinambungan doaโ€™ dan dzikir apapun yang mudah bagimu. Pada hakikatnya engkau dapat berdzikir kepada Allah SWT adalah karena kebaikannya. Ia akan mengaruniamu. Ibnu Atha illah Askandari โ€Ketahuilah, sebuah umur yang awalnya disia-siakan, seyogyanya sisanya dimanfaatkan. Jika seorang ibu memiliki sepuluh anak dan sembilan diantaranya meninggal dunia. Tentu ia akan lebih mencintai satu-satunya anak yang masih hidup itu. Kamu telah menyia-nyiakan sebagian besar umurmu, oleh karena itu jagalah sisa umurmu yang sangat sedikit itu. Demi Allah, sesungguhnya umurmu bukanlah umur yang dihitung sejak engkau lahir, tetapi umurmu adalah umur yang dihitung sejak hari pertama engkau mengenal Allah SWT. Ibnu Atha illah Askandari โ€Seseorang yang telah mendekati ajalnya berusia lanjut dan ingin memperbaiki segala kekurangannya di masa lalu, hendaknya dia banyak membaca dzikir yang ringkas tetapi berpahala besar. Dzikir semacam itu akan membuat sisa umur yang pendek menjadi panjang, seperti dzikir yang berbunyi Maha suci Allah yang Maha Agung dan segala puji bagi-Nya, kalimat ini kuucapkan sebanyak jumlah ciptaan-Nya, sesuai dengan yang ia sukai, seberat timbangan Arsy-Nya dan setara dengan jumlah kata-kata-Nya. Jika sebelumnya kau sedikit melakukan shalat dan puasa sunah, maka perbaikilah kekuranganmu dengan banyak bershalawat kepada Rasulullah saw. Andaikata sepanjang hidupmu engkau melakukan segala jenis ketaatan dan kemudian Allah SWT bershalawat kepadamu sekali saja, maka satu shalawat Allah ini akan mengalahkan semua amalmu itu. Sebab, engkau bershalawat kepada Rasulullah sesuai dengan kekuatanmu, sedangkan Allah SWT bershalawat kepadamu sesuai dengan kebesaran-Nya. Ini jika Allah SWT bershalawat kepadamu sekali, lalu bagaimana jika Allah SWT membalas setiap shalawatmu dengan sepuluh shalawat sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah Hadits Shahih? Betapa indah hidup ini jika kau isi dengan ketaatan kepada Allah SWT, dengan berdzikir kepada-Nya dan bershalawat kepada Rasulullah SAW.โ€ Ibnu Atha illah Askandari 01. Syeikh Abul Hasan Asy-Syadzily: "Barangsiapa memutuskan diri utk tidak mengurus dirinya dan melimpah kan urusannya pada Allah; memutus DOA PENARIK REZEKI Kiriman Ki Jatiraga Ini doa untuk memperlancar rezeki datang kepada kita. Dibaca setelah membaca Surat Waqiโ€™ah. Doanya sebagai berikut โ€œBISMILLAHIRROHMANIRROHIM, ALLAAHUMMA INNII AS ALUKA BIHAQQI SUU RATIL WAAQIATI WA ASRAARIHAAN TU YASSIRA LIL RIZQII KAMAAYASSARTAHU LIKATSIIRIM MIN KHALQIKA YA ALLAAHU YA RABBALALAMIN. BISMILLAHIRROHMANIRROHIM ALLAHUMA MARZUQNAA RIZQAN MINASSAMAAI WAL ARDLI WARZUQNAA WA ANTA KHAIRURRAZIQIINA. ALLAHUMMA IN KANA RIZQUNAA FISS MAAโ€™I FA ANZIHU WA IN KAANA RIZQUNAA FI L ARDLI FA AKHRIJHU WAIN KAANA RIZQUNAA MAโ€™DUUMAN FAJIDHU WA INKAANA RIZQUNAAโ€™ASHIIRAN FAYASSIRHU LANAA WALATAN QULNA HAITSU MAA KAANA BIFADLIKA WA JUUDIKA WAKARAMIKA BIRAHMATIKA YAA ARHAMARRAAHIMIINAโ€ Wongalus,2010

SyeikhAbul Hasan Asy-Syadzili sendiri telah meninggalkan banyak sekali karya berupa wirid, dzikir dan doa doa yang mustajab serta memiliki fadhilah besar bagi pembacanya. dua karyanya yang terkenal dan telah dibaca dan diamalkan oleh umat islam sejak dulu adalah hizib nashor dan hizibul bahri atau hizib bahr yang akan kita bahas pada kesempatan kali ini. hizib bahr sendiri dianjurkan untuk

Wongalus โ€œSIAPA YANG INGIN BERSAHABAT DENGAN ALLAH, MAKA SEHARUSNYA IA MEMULAI DENGAN MENINGGALKAN SEGALA SYAHWAT DIRI. SANG HAMBA TIDAK AKAN SAMPAI KEPADA ALLAH, JIKA MASIH ADA PADA DIRINYA SEGALA KESENANGAN DIRINYA. DAN TIDAK JUGA SAMPAI, JIKA DALAM DIRINYA ADA SEGALA KEINGINAN.โ€ Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili lahir Ghumarah, Maroko, 1197 โ€“ wafat Humaitsara, Mesir, 1258 adalah pendiri Tarekat Syadziliyah yang merupakan salah satu tarekat terkemuka di dunia. Ia dipercayai oleh para pengikutnya sebagai salah seorang keturunan Nabi Muhammad, yang lahir di desa Ghumarah, dekat kota Sabtah, daerah Maghreb sekarang termasuk wilayah Maroko, Afrika Utara pada tahun 593 H/1197 M. Namanya lengkapnya adalah Abul Hasan Asy-Syadzili Al-HasaniSyekh Abul Hasan Asy-Syadzili adalah pendiri tarekat Syadziliah. Nasab Abul Hasan Asy-Syadzili bersambung sampai dengan Nabi Muhammad SAW. Berikut ini nasab Abu Hasan Asy-Syadzili Abul Hasan, bin Abdullah Abdul Jabbar, bin Tamim, bin Hurmuz, bin Hatim, bin Qushay, bin Yusuf, bin Yusyaโ€™, bin Ward, bin Baththal, bin Ahmad, bin Muhammad, bin Isa, bin Muhammad, bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib suami Fatimah binti Rasulullah SAW Sebagian besar sumber yang berbicara tentang sejarah Asy-Syadzili sepakat bahwa dia lahir di negeri Maghrib pada tahun 593 H 1197 M, di sebuah desa yang bernama Ghumarah dekat kota Sabtah sekarang kota Ceuta, di Afrika Utara. Dia tumbuh di desa ini. Dia menghapal Al Quran Al-Karim dan mulai mempelajari ilmu syariat. Kemudian dia pergi ke kota Tunis ketika masih sangat muda. Dia tinggal di sebuah desa yang bernama Syadzilah. Oleh karena itu, dia dinisbatkan kepada desa tersebut meskipun dia tidak berasal dari sana, sebagaimana dikatakan oleh penulis al-Qamus. Ada juga yang mengatakan bahwa dia dinisbatkan kepada desa tersebut karena dia tekun beribadah di sana. Asy-Syadzili berkulit sawo matang, berbadan kurus, perawakannya tinggi, pipinya tipis, jari-jari kedua tangannya panjang, dan lidahnya fasih serta perkataannya baik. Dia tidak terlalu membatasi diri dalam makan dan minum. Dia selalu mengenakan pakaian yang indah setiap kali memasuki masjid. Dia tidak pernah terlihat memakai baju-baju bertambalan sebagaimana yang dipakai oleh sebagian sufi. bahkan selalu mengenakan pakaian bagus. Dia menyukai kuda, memelihara, dan menungganginya. Dia selalu menasihatkan untuk bersikap moderat. Sejak kecil Beliau biasa dipanggil dengan nama ALI, sudah dikenal sebagai orang yang memiliki akhlaq atau budi pekerti yang amat mulia. Tutur katanya sangat fasih, halus, indah dan santun, serta mengandung makna pengertian yang dalam. Di samping memiliki cita-cita yang tinggi dan luhur, Beliau juga tergolong orang yang memiliki kegemaran menuntut ilmu. Di desa tempat kelahirannya ini, Beliau mendapat tempaan pendidikan akhlaq serta cabang ilmu-ilmu agama lainnya langsung di bawah bimbingan ayah-bunda beliau. Beliau tinggal di desa tempat kelahirannya ini sampai usia 6 tahun, yang kemudian pada akhirnya hijrah ke kota Tunis sekarang ibu kota negara Tunisia, Afrika Utara yang semata-mata hanya untuk tujuan tholabul ilmi di samping untuk menggapai cita-cita luhur Beliau menjadi orang yang memiliki kedekatan dan derajat kemuliaan di sisi Allah SWT. Beliau sampai di kota Tunis, sebuah kota pelabuhan yang terletak di tepi pantai Laut Tengah, pada tahun 599 H / 1202 M. Di suatu hari Jumat, Beliau pernah ditemui oleh Nabiyyullah Khidlir alaihissalam, yang mengatakan bahwa kedatangannya pada saat itu adalah diutus untuk menyampaikan keputusan Allah SWT atas diri Beliau yang pada hari itu telah dinyatakan dipilih menjadi kekasih Robbul Alamin dan sekaligus diangkat sebagai Wali Agung dikarenakan Beliau memiliki budi luhur dan akhlaq mulia. Segera setelah pertemuan dengan Nabiyyullah Khidir tersebut, Beliau segera menghadap Syekh Abi Said al Baji, rokhimahullah, salah seorang ulama besar di Tunis pada waktu itu, dengan maksud untuk mengemukakan segala peristiwa yang Beliau alami sepanjang hari itu. Akan tetapi pada saat sudah berada di hadapan Syekh Abi Said, sebelum Beliau mengungkapkan apa yang menjadi maksud dan tujuannya menghadap, ternyata Syekh Abi Said al Baji sudah terlebih dahulu dengan jelas dan runtut menguraikan tentang seluruh perjalanan Beliau sejak keberangkatannya dari rumah sampai diangkat dan ditetapkannya Beliau sebagai Wali Agung pada hari itu. Sejak saat itu Beliau tinggal bersama Syekh Abi Said sampai beberapa tahun guna menimba berbagai cabang ilmu agama. Dari Syekh Abi Said Beliau banyak belajar ilmu-ilmu tentang Al Qurโ€™an, hadits, fiqih, akhlaq, tauhid, beserta ilmu-ilmu alat. Selain itu, karena kedekatan Beliau dengan sang guru, Beliau juga berkesempatan mendampingi Syekh Abi Said menunaikan ibadah haji ke Mekkah al Mukarromah sampai beberapa kali. Namun, setelah sekian tahun menuntut ilmu, Beliau merasa bahwa seluruh ilmu yang dimilikinya, mulai dari ilmu fiqih, tasawwuf, taukhid, sampai ilmu-ilmu tentang al Qurโ€™an dan hadist, semuanya itu Beliau rasakan masih pada tataran syariat atau kulitnya saja. Karena itu Beliau berketetapan hati untuk segera menemukan jalan thoriqot itu sekaligus pembimbing mursyid-nya dari seorang Wali Quthub yang memiliki kewenangan untuk memandu perjalanan ruhaniyah Beliau menuju ke hadirat Allah SWT ? Maka dengan tekad yang kuat Beliau memberanikan diri untuk berpamitan sekaligus memohon doa restu kepada sang guru, syekh Abi Said al Baji, untuk pergi merantau demi mencari seseorang yang berkedudukan sebagai Quthub. Tempat pertama yang dituju oleh Beliau adalah kota Mekkah yang merupakan pusat peradaban Islam dan tempat berhimpunnya para ulama dan sholihin yang berdatangan dari seluruh penjuru dunia untuk memperdalam berbagai cabang ilmu-ilmu agama. Namun setelah berbulan-bulan tinggal di Mekkah, Beliau belum juga berhasil menemukan orang yang dimaksud. Sampai akhirnya pada suatu seat Beliau memperoleh keterangan dari beberapa ulama di Mekkah bahwa Sang Quthub yang Beliau cari itu kemungkinan ada di negeri Iraq yang berjarak ratusan kilo meter dari kota Mekkah. Sesampainya di Iraq, dengan tidak membuang-buang waktu, segeralah Beliau bertanya ke sana-sini tentang seorang Wali Quthub yang Beliau cari kepada setiap ulama dan masyayikh yang berhasil Beliau temui. Akan tetapi, mereka semua rata-rata menyatakan tidak mengetahui keberadaan seorang Wali Quthub di negeri itu. Memang sepeninggal Sulthonil Auliyaโ€™il Quthbir Robbani wal Ghoutsish Shomadani Sayyidisy Syekh Abu Muhammad Abdul Qodir al Jilani, rodliyallahu anh, kedudukan Wali Quthub yang menggantikan Syekh Abdul Qodir Jilani oleh Allah disamarkan atau tidak dinampakkan dengan jelas. Pada waktu kedatangan Syekh Abil Hasan ke Baghdad itu, Syekh Abdul Qodir Jailani 470 โ€“ 561 H./1077 โ€“ 1166 M. sudah wafat sekitar 50 tahun sebelumnya selisih waktu antara wafatnya Syekh Abdul Qodir dan lahirnya Syekh Abil Hasan terpaut sekitar 32 tahun. Di kala hidupnya, asy Syekh. Abdul Qodir diakui oleh para ulama minash Shiddiqin sebagai seorang yang berkedudukan โ€œQuthbul Ghoutsโ€. Akhirnya, Beliau mendengar adanya seorang ulama yang merupakan seorang pemimpin dan khalifah thoriqot Rifaโ€™iyah yaitu asy Syekh ash Sholih Abul Fatah al Wasithi, rodliyAllahu anh. Syekh Abul Fatah adalah, yang memiliki pengaruh dan pengikut cukup besar di Iraq pada waktu itu. Segeralah Beliau sowan kepada Syekh Abul Fatah dan mengemukakan bahwa Beliau sedang mencari seorang Wali Quthub yang akan Beliau minta kesediaannya untuk menjadi pembimbing dan pemandu perjalanan ruhani Beliau menuju ke hadirat Allah SWT. Mendengar penuturan beliau, asy Syekh Abul Fatah sembari tersenyum kemudian mengatakan, โ€œWahai anak muda, engkau mencari Quthub jauh jauh sampai ke sini, padahal orang yang engkau cari sebenarnya berada di negeri asalmu sendiri. Beliau adalah seorang Quthubuz Zaman nan Agung pada saat ini. Sekarang pulanglah engkau ke Maghrib Maroko dari pada bersusah payah berkeliling mencari di negeri ini. Beliau, pada saat ini sedang berada di tempat khalwatnya, di sebuah gua di puncak gunung. Temuilah yang engkau cari di sana!โ€ Beberapa saat setelah mendapat penjelasan dari Syekh Abul Fatah al Wasithi, Beliau segera mohon diri sekaligus minta doa restu agar Beliau bisa segera berhasil menemukan sang Quthub yang sedang dicarinya. Sesampainya di Maroko, Beliau langsung menuju ke desa Ghomaroh, tempat di mana Beliau dilahirkan. Tidak berapa lama kemudian, Beliau segera bertanya-tanya kepada penduduk setempat maupun setiap pendatang di manakah tinggalnya sang Quthub. Hampir setiap orang yang Beliau temui selalu ditanyai tentang keberadaan sang Quthub. Akhirnya setelah cukup lama mencari didapatlah keterangan bahwa orang yang dimaksud oleh Syekh Abul Fatah tiada lain adalah Sayyidisy Syekh ash Sholih al Quthub al Ghouts asy Syarif Abu Muhammad Abdus Salam bin Masyisy al Hasani, yang pada saat itu sedang berada di tempat pertapaannya, di suatu gua yang letaknya di puncak sebuah gunung di padang Barbathoh. Demi mendengar keterangan itu, sama seperti yang dijelaskan oleh Syekh Abul Fatah al Wasithi al Iraqi, segera saja Beliau menuju ke tempat yang ditunjukkan itu. Setelah melakukan perjalanan yang memakan waktu beberapa hari, akhirnya ditemukanlah gunung yang dimaksud. Beliau segera mendaki gunung itu menuju ke puncaknya. Dan, memang benar adanya, di puncak gunung tersebut terdapat sebuah gua. Sebelum Beliau melanjutkan perjalanannya untuk naik ke gua itu, Beliau berhenti di sebuah mata air yang terdapat di bawah gua tersebut. Selanjutnya Beliau lalu mandi di pancuran mata air itu. Hal ini Beliau lakukan semata-mata demi untuk memberikan penghormatan serta untuk mengagungkan sang Quthub, sebagai salah seorang yang memiliki derajat kcmuliaan dan keagungan di sisi Robbul alamin, disamping juga sebagai seorang calon guru Beliau. Begitu setelah selesai mandi, Beliau merasakan betapa seluruh ilmu dan amal Beliau seakan luruh berguguran. Dan seketika itu pula Beliau merasakan kini dirinya telah menjadi seorang yang benar-benar faqir dari ilmu dan amal. Kemudian, setelah itu Beliau lalu berwudlu dan mempersiapkan diri untuk naik menuju ke gua tersebut. Dengan penuh rasa tawadhuโ€™ dan rendah diri, Beliau mulai mengangkat kaki untuk keluar dari mata air itu. Namun, entah datang dari arah mana, tiba-tiba datang seseorang yang tampak sudah lanjut usia. Orang tersebut mengenakan pakaian yang amat sederhana. Bajunya penuh dengan tambalan. Sebagai penutup kepala, orang sepuh itu mengenakan songkok yang terbuat dari anyaman jerami. Dari sinar wajahnya menunjukkan bahwa orang tersebut memiliki derajat kesholihan dan ketaqwaan yang amat luhur. Kendati berpenampilan sederhana, tetapi orang tersebut tampak sangat anggun, arif, dan berwibawa. Kakek tua itu kemudian mendekati Beliau seraya mengucapkan salam, โ€œAssalamuโ€™alaikumโ€. Beliau, dengan agak sedikit terkejut, serta merta menjawab salam orang itu, โ€œWa alaikumus salam wa rokhmatullohi wa barokatuh.โ€ Belum pula habis rasa keterkejutan beliau, orang tersebut terlebih dahulu menyapa dengan mengatakan, โ€œMarhaban! Ya, Ali bin Abdullah bin Abdul Jabbar bin Tamim binโ€ฆ.โ€ dan seterusnya nasab Beliau disebutkan dengan runtut dan jelas sampai akhirnya berujung kepada baginda Rosululloh, shollollohu alaihi wa aalihi wa sallam. Mendengar itu semua, Beliau menyimaknya dengan penuh rasa takjub. Belum sampai Beliau mengeluarkan kata-kata, orang tersebut kemudian melanjutkan, โ€œYa Ali, engkau datang kepadaku sebagai seorang faqir, baik dari ilmu maupun amal perbuatanmu, maka engkau akan mengambil dari aku kekayaan dunia dan akhirat.โ€ Dengan demikian, maka jadi jelas dan yakinlah Beliau kini, bahwa orang yang sedang berada di hadapannya itu adalah benar-benar asy Syekh al Quthub al Ghouts Sayyid Abu Muhammad Abdus Salam bin Masyisy al Hasani, rodhiyAllahu anh, orang yang selama ini dicari-carinya. โ€œWahai anakku, hanya puji syukur alhamdulillah kita haturkan ke hadirat Allah SWT yang telah mempertemukan kita pada hari ini.โ€ Berkata Syekh Abdus Salam lagi, โ€œKetahuilah, wahai anakku, bahwa sesungguhnya sebelum engkau datang ke sini, Rosululloh SAW telah memberitahukan kepadaku segala hal-ihwal tentang dirimu, serta akan kedatanganmu pada hari ini. Selain itu, aku juga mendapat tugas dari Beliau agar memberikan pendidikan dan bimbingan kepada engkau. Oleh karena itu, ketahuilah, bahwa kedatanganku ke sini memang sengaja untuk menyambutmuโ€. Selanjutnya, Beliau tinggal bersama dengan sang guru di situ sampai waktu yang cukup lama. Beliau banyak sekali mereguk ilmu-ilmu tentang hakikat ketuhanan dari Syekh Abdus Salam, yang selama ini belum pernah Beliau dapatkan. Tidak sedikit pula wejangan dan nasihat-nasihat yang asy Syekh berikan kepada beliau. Pada suatu hari dikatakan oleh asy Syekh kepada beliau, โ€œWahai anakku, hendaknya engkau semua senantiasa melanggengkan thoharoh mensucikan diri dari syirik. Maka, setiap engkau berhadats cepat-cepatlah bersuci dari kenajisan cinta duniaโ€™. Dan setiap kali engkau condong kepada syahwat, maka perbaikilah apa yang hampir menodai dan menggelincirkan dirimu.โ€ Berkata asy Syekh Ibn Masyisy kepada beliau, โ€œPertajam pengelihatan imanmu, niscaya engkau akan mendapatkms Allah; Dalam segala sesuatu; Pada sisi segala sesuatu; Bersama segala sesuatu; Atas segala sesuatu; Dekat dari segala sesuatu; Meliputi segala sesuatu; Dengan pendekatan itulah sifatNya; Dengan meliputi itulah bentuk keadaanNya.โ€ Di lain waktu guru beliau, rodhiyallahu anh, itu mengatakan, โ€œSemulia-mulia amal adalah empat disusul empat KECINTAAN demi untuk Allah; RIDHO atas ketentuan Allah; ZUHUD terhadap dunia; dan TAWAKKAL atas Allah. Kemudian disusul pula dengan empat lagi, yakni MENEGAKKAN fardhu-fardbu Allah; MENJAUHI larangan-laranganAllah; BERSABAR terhadap apa-apa yang tidak berarti; dan WAROโ€™ menjauhi dosa-dosa kecil berupa segala sesuatu yang melalaikanโ€. Asy Syekh juga pernah berpesan kepada. beliau, โ€œWahai anakku, janganlah engkau melangkahkan kaki kecuali untuk Allah, sesuatu yang dapat mendatangkan kcridhoan Allah, dan jangan pula engkau duduk di suatu majelis kecuali yang aman dari murka Allah. Janganlah engkau bersahabat kecuali dengan orang yang bisa membantu engkau berlaku taat kepada-Nya. Serta jangan memilih sahabat karib kecuali orang yang bisa menambah keyakinanmu terhadap Allahโ€. Asy Syekh Abdus Salam sendiri adalah merupakan pribadi yang amat berpegang teguh kepada Kitab Allah dan as Sunnah. Walaupun pada kenyataannya Syekh Abil Hasan adalah muridnya, namun Syekh Abdus Salam juga amat mengagumi akan ilmu yang dimiliki oleh sang murid, terutama tentang Kitabullah dan Sunnah, disamping derajat kesholihan dan kewaliannya, serta kekeramatan Syekh Abul Hasan. Tetapi, dari semua yang Beliau terima dari asy Syekh, hal yang terpenting dan paling bersejarah dalam kehidupan Beliau di kemudian hari ialah diterimanya ijazah dan baiโ€™at sebuah thoriqot dari asy Syekh Abdus Salam yang rantai silsilah thoriqot tersebut sambung-menyambung tiada putus sampai akhirnya berujung kepada Allah SWT. Silsilah thoriqot ini urut-urutannya adalah sebagai berikut Beliau, asy Syekh al Imam Abil Hasan Ali asy Syadzily menerima baiโ€™at thoriqot dari 1. Asy Syekh al Quthub asy Syarif Abu Muhammad Abdus Salam bin Masyisy, Beliau menerima talgin dan baiโ€™at dari 2. Al Quthub asy Syarif Abdurrahman al Aththor az Zayyat al Hasani al Madani, dari 3. Quthbil auliyaโ€™ Taqiyyuddin al Fuqoyr ash Shufy, dari 4. Sayyidisy Syekh al Quthub Fakhruddin, dari 5. Sayyidisy Syekh al Quthub NuruddinAbil HasanAli, dari 6. Sayyidisy Syekh Muhammad Tajuddin, dari 7. Sayyidisy Syekh Muhammad Syamsuddin, dari 8. Sayyidisy Syekh al Quthub Zainuddin al Qozwiniy, dari 9. Sayyidisy Syekh al Quthub Abi Ishaq Ibrohim al Bashri, dari 10. Sayyidisy Syekh al Quthub Abil Qosim Ahmad al Marwani, dari 11. Sayyidisy Syekh Abu Muhammad Said, dari 12. Sayyidisy Syekh Saโ€™ad, dari 13. Sayyidisy Syekh al Quthub Abi Muhammad Fatkhus Suโ€™udi, dari 14. Sayyidisy Syekh al Quthub Muhammad Said al Ghozwaniy, dari 15. Sayyidisy Syekh al Quthub Abi Muhammad Jabir, dari 16. Sayyidinasy Syarif al Hasan bin Ali, dari 17. Sayyidinaโ€™Ali bin Abi Tholib, karromallahu wajhah, dari 18. Sayyidina wa Habibina wa Syafiโ€™ina wa Maulana Muhammadin, shollollohu alaihi wa aalihi wasallam, dari 19. Sayyidina Jibril, alaihis salam, dari 20. Robbul izzati robbul alamin. Setelah menerima ajaran dan baiat thoriqot ini, dari hari ke hari Beliau merasakan semakin terbukanya mata hati beliau. Beliau banyak menemukan rahasia-rahasia Ilahiyah yang selama ini belum pernah dialaminya. Sejak saat itu pula Beliau semakin merasakan dirinya kian dalam menyelam ke dasar samudera hakekat dan maโ€™rifatulloh. Hal ini, selain berkat dari keagungan ajaran thoriqot itu sendiri, juga tentunya karena kemuliaan barokah yang terpancar dari ketaqwaan sang guru, asy Syekh Abdus Salam bin Masyisy, rodhiyAllahu anh. Thoriqot ini pula, di kemudian hari, yaitu pada waktu Beliau kelak bermukim di negeri Tunisia dan Mesir, Beliau kembangkan dan sebar luaskan ke seluruh penjuru dunia melalui murid-murid beliau. Oleh karena Beliau adalah orang yang pertama kali mendakwahkan dan mengembangkan ajaran thoriqot ini secara luas kepada masyarakat umum, sehingga akhirnya masyhur di mana-mana, maka Beliau pun kemudian dianggap sebagai pendiri thoriqot ini yang pada akhirnya menisbatkan nama thoriqot ini dengan nama besar beliau, dengan sebutan โ€œTHORIQOT SYADZILIYAHโ€. Banyak para ulama dan pembesar-pembesar agama di seluruh dunia, dari saat itu sampai sekarang, yang mengambil berkah dari mengamalkan thoriqot ini. Sebuah thoriqot yang amat sederhana, tidak terlalu membebani bagi khalifah dan para guru mursyidnya serta para pengamalnya. Setelah cukup lama Beliau tinggal bersama asy Syekh, maka tibalah saat perpisahan antara guru dan murid. Pada saat perpisahan itu Syekh Abdus Salam membuat pemetaan kehidupan murid tercinta Beliau tentang hari-hari yang akan dilalui oleh Syekh Abil Hasan dengan mengatakan, โ€œWahai anakku, setelah usai masa berguru, maka tibalah saatnya kini engkau untuk beriqomah. Sekarang pergilah dari sini, lalu carilah sebuah daerah yang bernama SYADZILAH. Untuk beberapa waktu tinggallah engkau di sana. Kemudian perlu kau ketahui, di sana pula Allah Azza wa Jalla akan menganugerahi engkau dengan sebuah nama yang indah, asy Syadzily.โ€ โ€œSetelah itu,โ€ lanjut asy Syekh, โ€œKemudian engkau akan pindah ke negeri Tunisia. Di sana engkau akan mengalami suatu musibah dan ujian yang datangnya dari penguasa negeri itu. Sesudah itu, wahai anakku, engkau akan pindah ke arah timur. Di sana pulalah kelak engkau akan menerima warisan al Quthubah dan menjadikan engkau seorang Quthub.โ€ Pada waktu akan berpisah, Beliau mengajukan satu permohonan kepada asy Syekh agar memberikan wasiat untuk yang terakhir kalinya, dengan mengatakan, โ€œWahai Tuan Guru yang mulia, berwasiatlah untukku.โ€ Asy Syekh pun kemudian berkata, โ€œWahai Ali, takutlah kepada Allah dan berhati-hatilah terhadap manusia. Sucikanlah lisanmu daripada menyebut akan keburukan mereka, serta sucikanlah hatimu dari kecondongan terhadap mereka. Peliharalah anggota badanmu dari segala yang maksiat, pen. dan tunaikanlah setiap yang difardhukan dengan sempurna. Dengan begitu, maka sempurnalah Allah mengasihani dirimu.โ€ Lanjut asy Syekh lagi, โ€œJangan engkau memperingatkan kepada mereka, tetapi utamakanlah kewajiban yang menjadi hak Allah atas dirimu, maka dengan cara yang demikian akan sempurnalah waroโ€™mu.โ€ โ€œDan berdoalah wahai anakku, Ya Allah, rahmatilahlah diriku dari ingatan kepada mereka dan dari segala masalah yang datang dari mereka, dan selamatkanlah daku dari kejahatan mereka, dan cukupkanlah daku dengan kebaikan-kebaikanMu dan bukan dari kebaikan mereka, dan kasihilah diriku dengan beberapa kelebihan dari antara mereka. Ya Allah, sesungguhnya Engkaulah atas segala sesuatu Dzat Yang Maha Berkuasa.โ€ Selanjutnya, setelah perpisahan itu, asy Syekh Abdus Salam bin Masyisy yang dilahirkan di kota Fes, Maroko, tetap tinggal di negeri kelahirannya itu sampai akhir hayat beliau. Sang Quthub nan agung ini meninggal dunia pada tahun 622 H./1225 M. Makam Beliau sampai saat ini ramai diziarahi kaum muslimin yang datang dari seluruh penjuru dunia. Seusai berpisah dengan asy Syekh Abdus Salam bin Masyisy, Beliau mulai menapaki perjalanan yang pertama sebagai apa yang telah dipetakan oleh sang guru, yaitu mencari sebuah desa bernama Syadzilah. Setelah dicari-cari, akhirnya sampailah Beliau di sebuah desa bernama Syadzilah yang terletak di wilayah negeri Tunisia. Pada saat Beliau tiba di desa itu, yang mengherankan, Beliau sudah disambut dan dielu-elukan oleh segenap penduduk Syadzilah, sedang Beliau sendiri tidak tahu siapa sebenarnya yang memberitakan akan kedatangan beliau. Tapi, itu sebuah kenyataan bahwa mereka dalam memberikan sambutan kepada Beliau tampak sekali terlihat dari raut wajah mereka suatu kegembiraan yang amat dalam, seakan mereka bisa bertemu dengan orang yang sudah lama dinanti-nantikan. Beliau tinggal di tengah-tengah desa Syadzilah hanya beberapa hari saja. Karena, sejak tiba di kota itu, Beliau telah memutuskan untuk tidak berlama-lama berada di tengah keramaian masyarakat. Beliau ingin bermukim di tempat yang tenang dan jauh dari hiruk-pikuknya orang-orang. Memang, tujuan Beliau datang ke kota itu, sesuai dengan petunjuk sang guru, semata-mata hanyalah untuk lebih meningkatkan dan menyempurnakan ibadah Beliau dengan cara menjauh dari masyarakat. Akhirnya, Beliau memilih tempat di luar kota Syadzilah, yaitu di sebuah bukit yang bernama Zaghwan. Maka, berangkatlah Beliau ke bukit itu dengan diiringi oleh sahabat Beliau bernama Abu Muhammad Abdullah bin Salamah al Habibie. Dia adalah seorang pemuda penduduk asli Syadzilah yang memiliki ketaqwaan dan telah terbuka mata hatinya mukasyafah. Di bukit itu, Beliau melakukan laiihan-latihan ruhani dengan menerapkan disiplin diri yang tinggi. Setiap jengkal waktu, Beliau gunakan untuk menempa ruhani dengan melakukan riyadhoh, mujahadah dan menjalankan wirid-wirid sebagaimana yang telah diajarkan oleh guru beliau, asy Syekh Abdus Salam. Di bukit itu, Beliau melakukan uzlah dan suluk dengan cara menggladi nafsu sehingga benar-benar menjadi pribadi yang cemerlang dan istiqomah yang diliputi dengan rasa khidmah dan mahabbah kepada Allah dan Rasul-Nya. Untuk kehidupannya, Beliau bersama sahabat setianya, al Habibie, hanya mengambil tumbuhan yang ada di sekitar bukit Zaghwan itu saja. Tetapi, sejak Beliau bermukim di bukit itu, Allah SWT telah mengaruniakan sebuah mata air untuk memenuhi keperluan beliau. Pernah, pada suatu hari, Beliau menyaksikan gusi al Habibie terluka hingga mengeluarkan darah lantaran terkena ranting dari dedaunan yang dimakannya. Melihat hal itu, Leliau menjadi terharu karena sahabat yang setia mengiringinya harus mengalami kesakitan. Segera saja, setelah itu, Beliau mengajak al Habibie turun ke desa Syadzilah untuk mencari makanan yang lunak. Dan sekiranya telah tercukupi, maka Beliau berdua segera naik kembali ke bukit Zaghwan untuk meneruskan โ€œperjalananโ€. Memang, semenjak beruzlah di bukit itu, kadang-kadang Beliau berdua turun ke desa Syadzilah untuk berbagai keperluan. Berkaitan dengan pengalaman keruhanian, diceritakan oleh al Habibie, bahwa pada suatu ketika dia pernah melihat dalam pandangan mata batinnya, nampak segerombolan malaikat, alaihimus sholatu was salam, mengerumuni asy Syekh. Bahkan, lanjut al Habibie, โ€œSebagian dari malaikat itu ada yang berjalan beriringan bersamaku dan ada pula yang bercakap-cakap dengan aku.โ€ Tidak jarang pula dilihat oleh al Habibie arwah para waliyulloh yang secara berkelompok maupun sendiri-sendiri, mendatangi dan mengerubuti asy Syekh. Para wali-wali itu, rohimahumulloh, dikatakan oleh al Habibie, merasakan memperoleh berkah lantaran kedekatan dan kebersamaan mereka dengan asy Syekh. Sehubungan dengan nama desa Syadzilah, yang akhirnya bertautan dengan nama beliau, diceritakan oleh beliau, bahwa Beliau pada suatu ketika dalam fanaโ€™nya, pernah mengemukakan sebuah pertanyaan kepada Allah SWT, โ€œYa Robb, mengapa nama Syadzilah Engkau kaitkan dengan namaku ?โ€ Maka, dikatakan kepadaku, โ€œYa Ali, Aku tidak menamakan engkau dengan nama asy Syadzily, tetapi asy Syaadz-ly penekanan kata pada โ€œdzโ€ yang artinya jarang langka, yaitu karena keistimewaanmu dalam menyatu untuk berkhidmat demi untukKu dan demi cinta kepada-Ku.โ€ Beliau tinggal di bukit Zaghwan itu sampai bertahun-tahun, sampai pada suatu hari, Beliau mendapatkan perintah dari Allah SWT agar turun dari bukit dan keluar dari tempat khalwatnya untuk segera mendatangi masyarakat. Diceritakan oleh beliau, begini, โ€œPada waktu itu telah dikatakan kepadaku, Hai Ali, turun dan datangilah manusia-manusia, agar mereka memperoleh manfaat dari padamu !โ€™ Lalu, akupun mengatakan, Ya Allah, selamatkanlah diriku dari manusia banyak, karena aku tidak berkemampuan untuk bergaul dengan merekaโ€™. Lalu dikatakan kepadaku, Turunlah, wahai Ali ! Aku akan mendampingimu dengan keselamatan dan akan Aku singkirkan engkau dari marabahayaโ€™. Aku katakan pula, Ya Allah, Engkau serahkan diriku kepada manusia-manusia, termasuk apa yang aku makan dan harta yang aku pakai ?โ€™ Maka, dikatakan kepadaku, Hendaklah engkau menafkahkan dan Aku-lah yang mengisi, pilihlah dari jurusan tunai ataukah jurusan ghaib.โ€ Setelah selesai menjalani seperti apa yang telah dipetakan oleh asy Syekh Abdus Salam dan setelah mendapat perintah untuk keluar dari tempat uzlahnya guna mendatangi masyarakat, maka Beliau segera melanjutkan perjalanannya sesuai dengan pemetaan berikutnya, yaitu menuju ke kota Tunis. Kalau dirunut nasab maupun tempat kelahiran syekh agung ini, tidak didapati sebuah nama yang memungkinkan ia dinamakan Syadzili. Dan memang, nama tersebut adalah nama yang dia peroleh dalam perjalanan ruhaniah. Dalam hal ini Abul Hasan sendiri bercerita โ€œKetika saya duduk di hadapan Syekh, di dalam ruang kecil, di sampingku ada anak kecil. Di dalam hatiku terbersit ingin tanya kepada Syekh tentang nama Allah. Akan tetapi, anak kecil tadi mendatangiku dan tangannya memegang kerah bajuku, lalu berkata, โ€œWahai, Abu alโ€“Hasan, kamu ingin bertanya kepada Syekh tentang nama Allah, padahal sesungguhnya kamu adalah nama yang kamu cari, maksudnya nama Allah telah berada dalam hatimu. Akhirnya Syekh tersenyum dan berkata, โ€œDia telah menjawab pertanyaanmuโ€. Selanjutnya Syekh Abdussalam memerintahkan Abu al-Hasan untuk pergi ke daerah Afriqiyyah tepatnya di daerah bernama Syadzilah, karena Allah akan menyebutnya dengan nama Syadzili โ€“padahal pada waktu itu Abu al-Hasan belum di kenal dengan nama tersebut-. Sebelum berangkat Abu al-Hasan meminta wasiat kepada Syekh, kemudian dia berkata, โ€œIngatlah Allah, bersihkan lidah dan hatimu dari segala yang mengotori nama Allah, jagalah anggota badanmu dari maksiat, kerjakanlah amal wajib, maka kamu akan memperoleh derajat kewalian. Ingatlah akan kewajibanmu terhadap Allah, maka kamu akan memperoleh derajat orang yang waraโ€™. Kemudian berdoalah kepada Allah dengan doa, โ€œAllahumma arihnii min dzikrihim wa minal awaaridhi min qibalihim wanajjinii min syarrihim wa aghninii bi khairika an khairihim wa tawallanii bil khushuushiyyati min bainihim innaka alaa kulli syaiโ€™in qadiirโ€. Selanjutnya sesuai petunjuk tersebut, Syekh Abu al-Hasan berangkat ke daerah tersebut untuk mengetahui rahasia yang telah dikatakan kepadanya. Dalam perjalanan ruhaniah kali ini dia banyak mendapat cobaan sebagaimana cobaan yang telah dialami oleh para wali-wali pilihan. Akan tetapi dengan cobaan tersebut justru semakin menambah tingkat keimanannya dan hatinya semakin jernih. Sesampainya di Syadzilah, yaitu daerah dekat Tunis, dia bersama kawan-kawan dan muridnya menuju gua yang berada di Gunung Zaโ€™faran untuk munajat dan beribadah kepada Allah SWT. Selama beribadah di tempat tersebut salah satu muridnya mengetahui bahwa Syekh Abu al-Hasan banyak memiliki keramat dan tingkat ibadahnya sudah mencapai tingkatan yang tinggi. Pada akhir munajat-nya ada bisikan suara , โ€œWahai Abu al-Hasan turunlah dan bergaul-lah bersama orang-orang, maka mereka akan dapat mengambil manfaat darimu, kemudian beliau berkata โ€œYa Allah, mengapa Engkau perintahkan aku untuk bergaul bersama mereka, saya tidak mampuโ€ kemudian dijawab โ€œSudahlah, turun Insya Allah kamu akan selamat dan kamu tidak akan mendapat celaan dari merekaโ€ kemudian beliau berkata lagi โ€œKalau aku bersama mereka, apakah aku nanti makan dari dirham mereka? Suara itu kembali menjawab โ€œBekerjalah, Aku Maha Kaya, kamu akan memperoleh rizik dari usahamu juga dari rizki yang Aku berikan secara gaib. Dalam dialog ilahiyah ini, dia bertanya kepada Allah, kenapa dia dinamakan syadzili padahal dia bukan berasal dari syadzilah, kemudian Allah menjawab โ€œAku tidak menyebutmu dengan syadzili akan tetapi kamu adalah syadzdzuli, artinya orang yang mengasingkan untuk ber-khidmat dan mencintaikuโ€. Dialog ilahiyah yang sarat makna dan misi ini membuatnya semakin mantap menapaki dunia tasawuf. Tugas selanjutnya adalah bergaul bersama masyarakat, berbaur dengan kehidupan mereka, membimbing dan menyebarkan ajaran-ajaran Islam dan ketenangan hidup. Dan Tunis adalah tempat yang dituju wali agung ini. Di Tunis Abul Hasan tinggal di Masjid al-Bilath. Di sekitar tempat tersebut banyak para ulama dan para sufi. Di antara mereka adalah karibnya yang bernama al-Jalil Sayyidi Abu al-Azaim, Syekh Abu al-Hasan al-Shaqli dan Abu Abdillah al-Shabuni. Popularitas Syekh Abu al-Hasan semerbak harum di mana-mana. Aromanya sampai terdengar di telinga Qadhi al-Jamaโ€™ah Abu al-Qasim bin Barraโ€™. Namun aroma ini perlahan membuatnya sesak dan gerah. Rasa iri dan hasud muncul di dalam hatinya. Dia berusaha memadamkan popularitas sufi agung ini. Dia melaporkan kepada Sultan Abi Zakaria, dengan tuduhan bahwa dia berasal dari golongan Fathimi. Sultan meresponnya dengan mengadakan pertemuan dan menghadirkan Syekh Abu al-Hasan dan Qadhi Abul Qosim. Hadir di situ juga para pakar fiqh. Pertemuan tersebut untuk menguji seberapa kemampuan Syekh Abu al-Hasan. Banyak pertanyaan yang dilontarkan demi menjatuhkan dan mempermalukan Abul Hasan di depan umum. Namun, sebagaimana kata-kata mutiara Imam Syafiโ€™i, dalam ujian, orang akan terhina atau bertambah mulia. Dan nyatanya bukan kehinaan yang menimpa wali besar. Kemuliaan, keharuman nama justru semakin semerbak memenuhi berbagai lapisan masyarakat. Qadhi Abul Qosim menjadi tersentak dan tertunduk malu. Bukan hanya karena jawaban-jawaban as-Syadzili yang tepat dan bisa menepis semua tuduhan, tapi pengakuan Sultan bahwa Syekh Abu al-Hasan adalah termasuk pemuka para wali. Rasa iri dan dengki si Qadhi terhadap Syekh Abu al-Hasan semakin bertambah, kemudian dia berusaha membujuk Sultan dan berkata โ€œJika tuan membiarkan dia, maka penduduk Tunis akan menurunkanmu dari singgasanaโ€. Ada pengakuan kebenaran dalam hati, ada juga kekhawatiran akan lengser dari singgasana. Sultan demi mementingkan urusan pribadi, menyuruh para ulamaโ€™ fikih untuk keluar dari balairung dan menahan Syekh Abu al-Hasan untuk dipenjara dalam istana. Kabar penahanan Syekh Abul Hasan mendorong salah seorang sahabatnya untuk menjenguknya. Dengan penuh rasa prihatin si karib berkata, โ€œOrang-orang membicarakanmu bahwa kamu telah melakukan ini dan ituโ€. Sahabat tadi menangis di depan Syekh Abu al-Hasan lalu dengan percaya diri dan kemantapan yang tinggi, Syekh tersenyum manis dan berkata, โ€œDemi Allah, andaikata aku tidak menggunakan adab syaraโ€™ maka aku akan keluar dari sini โ€“seraya mengisyaratkan dengan jarinya-. Setiap jarinya mengisyaratkan ke dinding maka dinding tersebut langsung terbelah, kemudian Syekh berkata kepadaku โ€œAmbilkan aku satu teko air, sajadah dan sampaikan salamku kepada kawan-kawan. Katakan kepada mereka bahwa hanya sehari saja kita tidak bertemu dan ketika shalat maghrib nanti kita akan bertemu lagiโ€. Tunis, kendatipun bisa dikatakan cikal bakal as-Syadzili menancapkan thariqah Syadziliyah namun itu bukan persinggahan terakhirnya. Dari Tunis, Syekh Abu al-Hasan menuju negara kawasan timur yaitu Iskandariah. Di sana dia bertemu dengan Syekh Abi al-Abbas al-Mursi. Pertemuan dua Syekh tadi memang benar-benar mencerminkan antara seorang mursyid dan murid. Adapun sebab mengapa Syekh pindah ke Mesir, beliau sendiri mengatakan, โ€œAku bermimpi bertemu baginda Nabi, beliau bersabda padaku โ€œHai Aliโ€ฆ pergilah ke Mesir untuk mendidik 40 orang yang benar-benar takut kepadakuโ€. Di Iskandariah beliau menikah lalu dikarunia lima anak, tiga laki-laki, dan dua perempuan. Semasa di Mesir beliau sangat membawa banyak berkah. Di sana banyak ulama yang mengambil ilmu dari Syekh agung ini. Di antara mereka adalah hakim tenar Izzuddin bin Abdus-Salam, Ibnu Daqiq al-Iid , Al-hafidz al-Mundziri, Ibnu al-Hajib, Ibnu Sholah, Ibnu Usfur, dan yang lain-lain di Madrasah al-Kamiliyyah yang terletak di jalan Al-muiz li Dinillah. Selama berada di Tunisia, beliau bersahabat dan banyak berdiskusi dengan para Ulama dan kaum Sufi besar disana. Di antara mereka terdapat โ€ข Syekh Abul Hasan Ali bin Makhluf As Syazili โ€ข Abu Abdullah Al Shabuni โ€ข Abu Muhammad Abdul Aziz Al-Paituni โ€ข Abu Abdillah Al Binai Al Hayah โ€ข Abu Abdillah Al-Jarihi Sedangkan diantara murud-murid beliau di Tunisia, dimana sebagian mereka adalah para Ulama kenamaanโ€™ yaitu โ€ข Izzudin bin Abdul Salam โ€ข Taqiyudin bin Daqiqiโ€™id โ€ข Abul Adhim Al-Munziri โ€ข Ibnu Shaleh โ€ข Ibnu Hajib โ€ข Jamaluddin Usfur โ€ข Nabiuddin bin Auf โ€ข Muhyiddin bin Suraqah โ€ข Ibnu Yasin Diantara kemuliaan beliau, sebagaimana kesaksian sahabat seperjalanannya, bahwa diutusnya Syekh Abul Hasan Ali As Syazili oleh gurunya agar berangkat menuju Iskandaria, karena di kota itu telah menunggu 40 Waliyullah untuk meneruskan pelajaran kepada beliau. Dasar-dasar Pemikiran Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili โ€ข Seseorang yang ingin mendalami ajaran tasawuf, maka terlebih dahulu harus mendalami dan memahami ajaran Syariโ€™ah. โ€ข Beliau mengajarkan ajaran Tasawuf kepada murid-muridnya dengan menggunakan 7 kitab; yaitu 1. Khatam Al Auliyah karya Al Hakim At Tirmidzi menguraikan tentang masalah kewalian dan Kenabian 2. Al Mawaqif wa Al Mukhatabah karya Syekh Muhammad bin Abdul Jabbar An Nifari menguraikan tentang kerinduan Tokoh sufi kepada Allah swt 3. Qutub Qulub karya Abu Tholib Al Makki menguraikan pandangan tokoh sufi yang menjelaskan Syariโ€™at dan hakikat bersatu 4. Ihya Ulumuddin karya Imam Abu Hamid Muhammad Al Ghazali Paduan antara Syariโ€™at dan Tasawuf 5. Al Syifaโ€™ karya Qadhi Iyadh dipergunakan untuk mengambil sumber Syarah-syarah dengan melihat tasawuf dari sudut pandang Ahli Fiqih 6. Ar Risalah Qusyairiyah karya Imam Qusyairi dipergunakan beliau untuk permulaan dalam pengajaran Tasawuf 7. Ar Muhararul Wajiz dan Al Hikam karya Ibnu Aththaโ€™illah melengkapi pengetahuan dalam pengajian Syekh Abu al-Abbas al-Mursy, murid kesayangan dan penerus thariqah Syadziliyah mengatakan bahwa gurunya setiap tahun menunaikan ibadah haji, kemudian tinggal di kota suci mulai bulan Rajab sampai masa haji habis. Seusai ibadah haji beliau pergi berziarah ke makam Nabi SAW di Madinah. Pada musim haji yang terakhir yaitu tahun 656H, sepulang dari haji beliau memerintahkan muridnya untuk membawa minyak wangi dan perangkat merawat jenazah lainnnya. Ketika muridnya bertanya untuk apa kesemuanya ini, beliau menjawab, โ€œDi Jurang Humaistara di propinsi Bahr al-Ahmar akan terjadi kejadian yang pasti. maka di sanalah beliau meninggal. Beliau wafat pada tahun 656 H / 1258 M di Homaithira, Mesir. Hingga kini makamnya masih selalu diziarahi, baik oleh pengikut tarekat Syaziliyah atau bukan; yang menganggapnya sebagai waliyullah. Karya Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili โ€ข Majmuโ€™atul Ahzab Kumpulan Hizib-wirid โ€ข Mafakhirul Aliyah โ€ข Al Amin โ€ข As Sirrul Jalil fi Khawashi Hasbunallah Wa Niโ€™mal Wakil โ€ข Hizbus Syadzili partai terkenal di Afrika Karomah Sayyidi Syekh Imam Abul Hasan Ali Asy Syadzili Sulthonul Auliyaโ€™ Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili ra adalah seorang yang dianugerahi karomah yang sangat banyak, tidak ada yang bisa menghitung karomahnya kecuali Allah SWT. Dan sebagian dari karomah beliau antara lain adalah Allah SWt menganugerahkan kepada beliau kunci seluruh Asma-Asma, sehingga seandainya seluruh manusia dan jin menjadi penulis beliau untuk menulis ilmu-ilmu beliau mereka akan lelah dan letih, sedangkan ilmu beliau belum habis. Beliau adalah sangat terpuji akhlaqnya, sifat mudah menolong dan kedermawanannya dari sejak usia anak-anak sampai ketika umur enam tahun telah mengenyangkan orang-orang yang kelaparan pada penduduk Negara Tunisia dengan uang yang berasal dari alam ghoib uang pemberian Allah secara langsung kepada beliau. Beliau didatangi Nabiyulloh Khidir as untuk menetapkan โ€œwilayatul adzimahโ€ kepada beliau menjadi seorang wali yang mempunyai kedudukan tinggi ketika beliau baru berusia enam tahun. Beliau bisa mengetahui batin isi hati manusia Beliau pernah berbicara dengan malaikat dihadapan murid-muridnya Beliau menjaga murid-muridnya meskipun di tempat yang jauh Beliau mampu memperlihatkan/menampakkan kaโ€™bah dari negara Mesir Beliau tidak pernah putus melihat/menjumpai Lailatul Qodar semenjak usia baligh hingga wafatnya beliau. Sehingga beliau berkata Apabila Awal Puasa ramadhan jatuh pada hari Ahad maka Lailatul Qodarnya jatuh pada malam 29, Awal Puasa pada hari Senin Lailatul Qodarnya malam 21, Awal puasa pada hari Selasa Lailatul Qodarnya malam 27, Awal puasa pada hari Rabu Lailatul Qodarnya malam 19, awal puasa pada hari Kamis Lailatul Qodarnya malam 25, awal puasa pada hari jumโ€™at maka Lailatul Qodarnya pada malam 17, sedangkan bila awal puasa pada hari Sabtu maka Lailatul Qodarnya jatuh pada malam 23. Barang siapa yang meninggal dan dikubur sama dengan hari meninggal dan dikuburkannya beliau, maka Allah akan mengampuni seluruh dosanya Doa Beliau Mustajabah dikabulkan oleh Allah SWT Beliau tidak pernah terhalang sekejap mata pandangannya dari Rasulullah saw selama 40 tahun artinya beliau selalu berjumpa dengan Rasulullah selama 40 tahun Beliau dibukakan oleh Allah bisa melihat lembaran buku murid-murid yang masuk kedalam thoriqohnya, padahal lebar bukunya tersebut berukuran sejauh mata memandang. Hal ini berlaku bagi orang yang langsung baiat kepada beliau dan juga bagi orang sesudah masa beliau sampai dengan akhir zaman. Dan seluruh murid-muridnya pengikut thoriqohnya diberi karunia bebas dari neraka. Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili ra sungguh telah digembirakan diberi karunia, barang siapa yang melihat beliau dengan rasa cinta dan rasa hormat tidak akan mendapatkan celaka. Beliau menjadi sebab keselamatan murid-muridnya/pengikutnya akan memberikan syafaat di akhirat Beliau berdoโ€™a kepada Allah SWT, agar menjadikan tiap-tiap wali Qutub sesudah beliau sampai akhir zaman diambil dari golongan thoriqohnya. Dan Allah telah mengabulkan Doโ€™a beliau tersebut. Maka dari itu wali Qutub sesudah masa beliau sampai akhir zaman diambil dari golongan pengikut beliau. Syaikh Abul Abbas Al Mursi ra berkata โ€œApabila Allah SWT menurunkan bala/bencana yang bersifat umum maka pengikut thoriqoh syadziliyah akan selamat dari bencana tersebut sebab karomah syaikh Abul Hasan Asy Syadzili raโ€. Syaikh Syamsudin Al-Hanafi ra mengatakan bahwa pengikut thoriqoh syadziliyah dikaruniai kemulyaan tiga macam yang tidak diberikan pada golongan thoriqoh yang lainnya a. Pengikut thoriqoh Syadziliyah telah dipilih di lauhil mahfudz b. Pengikut thgoriqoh syadziliyah apabila jadzab/majdub akan cepat kembali seperti sedia kala. c. Seluruh Wali Qutub yang diangkat sesudah masa syaikh Abul Hasan Asy Syadzili ra akan diambil dari golongan ahli thoriqoh Sadziliyah. Apabila beliau mengasuh/mengajar murid-muridnya sebentar saja, sudah akan terbuka hijab. Pada suatu ketika, Sultan Abi Zakaria dikejutkan dengan berita bahwa budak perempuan yang paling disenangi dan paling dibanggakan terserang penyakit langsung meninggal. Ketika mereka sedang sibuk memandikan budak itu untuk kemudian dishalati, mereka lupa bara api yang masih menyala di dalam gedung. Tanpa ampun bara api tadi melalap pakaian, perhiasan, harta kekayaan, karpet dan kekayaan lainnya yang tidak bisa terhitung nilainya. Sembari merenung dan mengevaluasi kesalahan masa lalu, Sultan yang pernah menahan Syekh Syadzili karena hasudan qadhi Abul Qosim tersadar bahwa kejadian-kejadian ini karena sikap dia terhadap Syekh Abu al-Hasan. Dan demi melepaskan kutukanโ€™ ini saudara Sultan yang termasuk pengikut Syekh Abu al-Hasan meminta maaf kepada Syekh, atas perlakuan Sultan kepadanya. Cerita yang sama juga dialami Ibnu al-Barra. Ketika mati ia juga banyak mengalami cobaan baik harta maupun agamanya. Di antara karomahnya adalah, Abul Hasan berkata, โ€œKetika dalam suatu perjalanan aku berkata, โ€œWahai Tuhanku, kapankah aku bisa menjadi hamba yang banyak bersyukur kepada-Mu?, kemudian beliau mendengar suara , โ€œYaitu apabila kamu berpendapat tidak ada orang yang diberi nikmat oleh Allah kecuali hanya dirimu. Karena belum tahu maksud ungkapan itu aku bertanya, โ€œWahai Tuhanku, bagaimana saya bisa berpendapat seperti itu, padahal Engkau telah memberikan nikmat-Mu kepada para Nabi, ulamaโ€™ dan para penguasa. Suara itu berkata kepadaku, โ€œAndaikata tidak ada para Nabi, maka kamu tidak akan mendapat petunjuk, andaikata tidak ada para ulamaโ€™, maka kamu tidak akan menjadi orang yang taat dan andaikata tidak ada para penguasa, maka kamu tidak akan memperoleh keamanan. Ketahuilah, semua itu nikmat yang Aku berikan untukmuโ€. Di antara karomah sudi agung ini adalah, ketika sebagian para pakar fiqh menentang Hizib Bahr, Syekh Syadzili berkata, โ€œDemi Allah, saya mengambil hizib tersebut langsung dari Rasulullah saw harfan bi harfin setiap hurufโ€. Di antara karomah Syekh Syadzili adalah, pada suatu ketika dalam satu majlis beliau menerangkan bab zuhud. Beliau waktu itu memakai pakaian yang bagus. Ketika itu ada seorang miskin ikut dalam majlis tersebut dengan memakai pakaian yang jelek. Dalam hati si miskin berkata, โ€œBagaimana seorang Syekh menerangkan bab zuhud sedangkan dia memakai pakaian seperti ini?, sebenarnya sayalah orang yang zuhud di duniaโ€. Tiba-tiba Syekh berpaling ke arah si miskin dan berkata, โ€œPakaian kamu ini adalah pakaian untuk menarik simpatik orang lain. Dengan pakaianmu itu orang akan memanggilmu dengan panggilan orang miskin dan menaruh iba padamu. Sebaliknya pakaianku ini akan disebut orang lain dengan pakaian orang kaya dan terjaga dari meminta-mintaโ€. Sadar akan kekhilafannya, si miskin tadi beranjak berlari menuju Syekh Syadzili seraya berkata, โ€œDemi Allah, saya mengatakan tadi hanya dalam hatiku saja dan saya bertaubat kepada Allah, ampuni saya Syekhโ€. Rupanya hati Syekh terharu dan memberikan pakaian yang bagus kepada si miskin itu dan menunjukkannya ke seorang guru yang bernama Ibnu ad Dahan. Kemudian syekh berkata, โ€œSemoga Allah memberikan kasih sayang-Nya kepadamu melalui hati orang-orang pilihan. Dan semoga hidupmu berkah dan mendapatkan khusnul khatimahโ€. Rasulullah saw memberikan izin bagi orang yang berdoโ€™a Kepada Allah SWT dengan bertawasul kepada Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili. Pendapat Ulama tentang Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili โ€ข Al-Manawi berkata ketika ditanya orang siapa Syekh nya; Syekh Abu Hasan Ali menjawab โ€œAdapun pada masa lalu, Syekh Abdus Salam Masyisy, sekarang aku minum dari sepuluh lautan, lima diantaranya di langit dan lima di bumi.โ€ โ€ข Al-Mursi berkata โ€œAllah swt pernah membukakan tabir pemandanganku, maka Ku lihat Syekh Abu Madyan bergantung di tiang Arasy. Aku mengajukan pertanyaan โ€Berapa banyak ilmu anda?โ€ Dia menjawab โ€71โ€ Aku bertanya lagi โ€œApa Jabatanmu?โ€ Dia menjawab โ€Khalifah keempat dan pemimpin 7 wali Abdal Kutanya lagi โ€Bagaimana pendapatmu tentang Abu Hasan Asy-Syazili?โ€ Dia menjawab โ€Dia lebih dari padaku dengan 40 Ulama, dia Adalah samudera tidak bertepi.โ€ โ€ข Abu Abdullah As-Syatibi berkata โ€œ Aku setiap malam mengadakan hubungan dengan Syekh Abu Hasan beberap kali. Aku mohon berbagai hajat kepada Allah swt, dengan perantaraannya. Ternyata hajatku dikabulkan Allah swt. Pada suatu malam, aku bermimpi bertemu Rasulullah saw. Aku bertanya kepada beliau โ€Wahai Rasulullah saw, relakah rasul kepada Abu Hasan. Aku selalu bermohon kepada Allah swt dengan perantaraan beliau, ternyata doaโ€™ ku makbul. Bagaimana pendapat Rasulullah tentang dirinya? Beliau bersabda โ€œAbu Hasan itu adalah putraku, secara rohaniah. Anak adalah bagian dari Ayah. Siapa yang berpegang kepada sebagian, berarti sesungguhnya berpegang pada semua. Apabila kamu meminta kepada Allah swt dengan perantaraan Syekh Abu Hasan, maka sesungguhnya kamu telah memohon kepada Allah swt dengan perantaraanku.โ€ Wasiat dan Nasihat Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili โ€ข Jika Kasyaf bertentangan dengan Al Qurโ€™an dan Sunah, tinggalkanlah Kasyaf dan berpeganglah pada Al Qurโ€™an dan Sunah. Katakana pada dirimu Sesungguhnya Allah swt menjamin keselamatan saya dalam kitabnya dan sunah Rasulnya dari kesalahan, bukan dari Kasyaf, Ilham, maupun Musyahadah sebelum mencari kebenarannya dalam Al Qurโ€™an dan Sunah terlebih dahulu. โ€ข Kembalilah dari menentang Allah swt, maka engkau menjadi Ahli Tauhid. Berbuatlah sesuai dengan rukun-rukun Syaraโ€™, maka engkau menjadi Ahli Sunah. Gabungkanlah keduanya, maka engkau menuju kesejatian. โ€ข Jika engkau menginginkan bagian dari anugerah para wali, berpalinglah dari manusia kecuali dia menunjukkanmu kepada Allah swt dengan cara yang benar dan tidak bertentangan dengan Al Qurโ€™an dan Sunah. โ€ข Seandainya kalian mengajukan permohonan kepada Allah swt, sampaikan lewat Imam Abu Hamid Muhammad Al Ghazali. Kitab Ihya Ulumuddin Al Ghazali mewariskan Ilmu; sedangkan Qutub Qulub Al Makki mewariskan cahaya kepada kalian. โ€ข Ketuklah pintu zikir dengan hasrat dan sikap sangat membutuhkan kepada Allah swt melalui kontemplasi, menjauhkan diri segala hal selain Allah swt. Lakukanlah dengan menjaga rahasia batin, agar jauh dari bisikan nafsu dalam seluruh nafas dan jiwa, sehingga kalian memilki kekayaan rohani. Tuntaskan lisanmu dengan berzikir, hatimu untuk tafakur dan tubuhmu untuk menuruti perintah-Nya. Dengan demikian kalian bisa tergolong orang-orang saleh. โ€ข Manakala zikir terasa berat di lisanmu, sementara pintu kontemplasi tertutup, ketahuilah bahwa hal itu semata-mata karena dosa-dosamu atau kemunafikan dalam hatimu. Tak ada jalan bagimu kecuali bertobat, memperbaiki diri, hanya menggantungkan diri kepada Allah swt dan ikhlas beragama Dasar-dasar ajaran Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili bahwa seseorang yang ingin mendalami ajaran tasawuf, maka terlebih dahulu harus mendalami dan memahami ajaran Syariโ€™ah. Beliau mengajarkan ajaran Tasawuf kepada murid-muridnya dengan menggunakan 7 kitab; yaitu 1. Khatam Al Auliyah karya Al Hakim At Tirmidzi menguraikan tentang masalah kewalian dan Kenabian 2. Al Mawaqif wa Al Mukhatabah karya Syekh Muhammad bin Abdul Jabbar An Nifari menguraikan tentang kerinduan Tokoh sufi kepada Allah SWT 3. Qutub Qulub karya Abu Tholib Al Makki menguraikan pandangan tokoh sufi yang menjelaskan Syariโ€™at dan hakikat bersatu 4. Ihya Ulumuddin karya Imam Abu Hamid Muhammad Al Ghazali Paduan antara Syariโ€™at dan Tasawuf 5. Al Syifaโ€™ karya Qadhi Iyadh dipergunakan untuk mengambil sumber Syarah-syarah dengan melihat tasawuf dari sudut pandang Ahli Fiqih 6. Ar Risalah Qusyairiyah karya Imam Qusyairi dipergunakan beliau untuk permulaan dalam pengajaran Tasawuf 7. Ar Muhararul Wajiz dan Al Hikam karya Ibnu Aththaโ€™illah melengkapi pengetahuan dalam pengajian . Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili wafat pada tahun 656 H / 1258 M di Homaithira, Mesir. Hingga kini makamnya masih selalu diziarahi, baik oleh pengikut tarekat Syaziliyah atau bukan; yang menganggapnya sebagai waliyullah. Karya Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili โ€ข Majmuโ€™atul Ahzab Kumpulan Hizib-wirid โ€ข Mafakhirul Aliyah โ€ข Al Amin โ€ข As Sirrul Jalil fi Khawashi Hasbunallah Wa Niโ€™mal Wakil โ€ข Hizbus Syadzili partai terkenal di Afrika Pendapat Ulama tentang Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili โ€ข Al-Manawi berkata ketika ditanya orang siapa Syekh nya; Syekh Abu Hasan Ali menjawab โ€œAdapun pada masa lalu, Syekh Abdus Salam Masyisy, sekarang aku minum dari sepuluh lautan, lima diantaranya di langit dan lima di bumi.โ€ โ€ขAl-Mursi berkata โ€œAllah SWT pernah membukakan tabir pemandanganku, maka Ku lihat Syekh Abu Madyan bergantung di tiang Arasy. Aku mengajukan pertanyaan โ€Berapa banyak ilmu anda?โ€ Dia menjawab โ€71โ€ Aku bertanya lagi โ€œApa Jabatanmu?โ€ Dia menjawab โ€Khalifah keempat dan pemimpin 7 wali Abdal Kutanya lagi โ€Bagaimana pendapatmu tentang Abu Hasan Asy-Syazili?โ€ Dia menjawab โ€Dia lebih dari padaku dengan 40 Ulama, dia adalah samudera tidak bertepi.โ€ โ€ข Abu Abdullah As-Syatibi berkata โ€œ Aku setiap malam mengadakan hubungan dengan Syekh Abu Hasan beberap kali. Aku mohon berbagai hajat kepada Allah SWT, dengan perantaraannya. Ternyata hajatku dikabulkan Allah SWT. Pada suatu malam, aku bermimpi bertemu Rasulullah saw. Aku bertanya kepada beliau โ€Wahai Rasulullah saw, relakah rasul kepada Abu Hasan. Aku selalu bermohon kepada Allah SWT dengan perantaraan beliau, ternyata doaโ€™ ku makbul. Bagaimana pendapat Rasulullah tentang dirinya? Beliau bersabda โ€œAbu Hasan itu adalah putraku, secara rohaniah. Anak adalah bagian dari Ayah. Siapa yang berpegang kepada sebagian, berarti sesungguhnya berpegang pada semua. Apabila kamu meminta kepada Allah SWT dengan perantaraan Syekh Abu Hasan, maka sesungguhnya kamu telah memohon kepada Allah SWT dengan perantaraanku.โ€ Wasiat dan Nasihat Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili โ€ข Jika Kasyaf bertentangan dengan Al Qurโ€™an dan Sunah, tinggalkanlah Kasyaf dan berpeganglah pada Al Qurโ€™an dan Sunah. Katakan pada dirimu Sesungguhnya Allah SWT menjamin keselamatan saya dalam kitabnya dan sunah Rasulnya dari kesalahan, bukan dari Kasyaf, Ilham, maupun Musyahadah sebelum mencari kebenarannya dalam Al Qurโ€™an dan Sunah terlebih dahulu. โ€ข Kembalilah dari menentang Allah SWT, maka engkau menjadi Ahli Tauhid. Berbuatlah sesuai dengan rukun-rukun Syaraโ€™, maka engkau menjadi Ahli Sunah. Gabungkanlah keduanya, maka engkau menuju kesejatian. โ€ข Jika engkau menginginkan bagian dari anugerah para wali, berpalinglah dari manusia kecuali dia menunjukkanmu kepada Allah SWT dengan cara yang benar dan tidak bertentangan dengan Al Qurโ€™an dan Sunah. โ€ข Seandainya kalian mengajukan permohonan kepada Allah SWT, sampaikan lewat Imam Abu Hamid Muhammad Al Ghazali. Kitab Ihya Ulumuddin Al Ghazali mewariskan Ilmu; sedangkan Qutub Qulub Al Makki mewariskan cahaya kepada kalian. โ€ข Ketuklah pintu zikir dengan hasrat dan sikap sangat membutuhkan kepada Allah SWT melalui kontemplasi, menjauhkan diri segala hal selain Allah SWT. Lakukanlah dengan menjaga rahasia batin, agar jauh dari bisikan nafsu dalam seluruh nafas dan jiwa, sehingga kalian memilki kekayaan rohani. Tuntaskan lisanmu dengan berzikir, hatimu untuk tafakur dan tubuhmu untuk menuruti perintah-Nya. Dengan demikian kalian bisa tergolong orang-orang saleh. โ€ข Manakala zikir terasa berat di lisanmu, sementara pintu kontemplasi tertutup, ketahuilah bahwa hal itu semata-mata karena dosa-dosamu atau kemunafikan dalam hatimu. Tak ada jalan bagimu kecuali bertobat, memperbaiki diri, hanya menggantungkan diri kepada Allah SWT dan ikhlas beragama. Sulthonul Auliyaโ€™ Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili ra adalah seorang yang dianugerahi karomah yang sangat banyak, tidak ada yang bisa menghitung karomahnya kecuali Allah SWT. Dan sebagian dari karomah beliau antara lain Allah SWT menganugerahkan kepada beliau kunci seluruh Asma-Asma, sehingga seandainya seluruh manusia dan jin menjadi penulis beliau untuk menulis ilmu-ilmu beliau mereka akan lelah dan letih, sedangkan ilmu beliau belum habis. Beliau adalah sangat terpuji akhlaqnya, sifat mudah menolong dan kedermawanannya dari sejak usia anak-anak sampai ketika umur enam tahun telah mengenyangkan orang-orang yang kelaparan pada penduduk Negara Tunisia dengan uang yang berasal dari alam ghoib uang pemberian Allah secara langsung kepada beliau. Beliau didatangi Nabiyulloh Khidir as untuk menetapkan โ€œwilayatul adzimahโ€ kepada beliau menjadi seorang wali yang mempunyai kedudukan tinggi ketika beliau baru berusia enam tahun. Beliau bisa mengetahui batin isi hati manusia, Beliau pernah berbicara dengan malaikat dihadapan murid-muridnya, Beliau menjaga murid-muridnya meskipun di tempat yang jauh, Beliau mampu memperlihatkan/menampakkan kaโ€™bah dari negara Mesir, Beliau tidak pernah putus melihat/menjumpai Lailatul Qodar semenjak usia baligh hingga wafatnya beliau. Sehingga beliau berkata Apabila Awal Puasa ramadhan jatuh pada hari Ahad maka Lailatul Qodarnya jatuh pada malam 29, Awal Puasa pada hari Senin Lailatul Qodarnya malam 21, Awal puasa pada hari Selasa Lailatul Qodarnya malam 27, Awal puasa pada hari Rabu Lailatul Qodarnya malam 19, awal puasa pada hari Kamis Lailatul Qodarnya malam 25, awal puasa pada hari jumโ€™at maka Lailatul Qodarnya pada malam 17, sedangkan bila awal puasa pada hari Sabtu maka Lailatul Qodarnya jatuh pada malam 23. Barang siapa yang meninggal dan dikubur sama dengan hari meninggal dan dikuburkannya beliau, maka Allah akan mengampuni seluruh dosanya, Doa Beliau Mustajabah dikabulkan oleh Allah SWT, Beliau tidak pernah terhalang sekejap mata pandangannya dari Rasulullah saw selama 40 tahun artinya beliau selalu berjumpa dengan Rasulullah selama 40 tahun, Beliau dibukakan oleh Allah bisa melihat lembaran buku murid-murid yang masuk kedalam thoriqohnya, padahal lebar bukunya tersebut berukuran sejauh mata memandang. Hal ini berlaku bagi orang yang langsung baiat kepada beliau dan juga bagi orang sesudah masa beliau sampai dengan akhir zaman. Dan seluruh murid-muridnya pengikut thoriqohnya diberi karunia bebas dari neraka. Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili ra sungguh telah digembirakan diberi karunia, barang siapa yang melihat beliau dengan rasa cinta dan rasa hormat tidak akan mendapatkan celaka. Beliau menjadi sebab keselamatan murid-muridnya/pengikutnya akan memberikan syafaat di akhirat. Beliau berdoโ€™a kepada Allah SWT, agar menjadikan tiap-tiap wali Qutub sesudah beliau sampai akhir zaman diambil dari golongan thoriqohnya. Dan Allah telah mengabulkan Doโ€™a beliau tersebut. Maka dari itu wali Qutub sesudah masa beliau sampai akhir zaman diambil dari golongan pengikut beliau. Syaikh Abul Abbas Al Mursi ra berkata โ€œApabila Allah SWT menurunkan bala/bencana yang bersifat umum maka pengikut thoriqoh syadziliyah akan selamat dari bencana tersebut sebab karomah syaikh Abul Hasan Asy Syadzili raโ€. Apabila beliau mengasuh/mengajar murid-muridnya sebentar saja, sudah akan terbuka hijab. Rasulullah saw memberikan izin bagi orang yang berdoโ€™a Kepada Allah SWT dengan bertawasul kepada Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili. Nah demikian sekilas gambaran sosok sang syaikh. Semoga kita bisa mengambil hikmah dan pembelajaran bagi kehidupan kita sekarang. Terakhir mari kita berefleksi โ€œJika engkau telah berusia empat puluh tahun, maka segeralah untuk memperbanyak amal shaleh siang maupun malam. Sebab, waktu pertemuanmu dengan Allah Azza wa Jalla semakin dekat. Ibadah yang kau kerjakan saat ini tidak mampu menyamai ibadah seorang pemuda yang tidak menyia-nyiakan masa mudanya. Bukankah selama ini kau sia-siakan masa muda dan kekuatanmu. Andaikata saat ini kau ingin beramal sekuat-kuatnya, tenagamu sudah tidak mendukung lagi. Oleh karena itu beramallah sesuai kekuatanmu. Perbaikilah masa lalumu dengan banyak berdzikir, sebab tidak ada amal yang lebih mudah dari dzikir. Dzikir dapat kamu lakukan ketika berdiri, duduk, berbaring maupun sakit. Dzikir adalah ibadah yang paling mudah. Rasulullah saw bersabda Dan hendaklah lisanmu basah dengan berdzikir kepada Allah SWT. Bacalah secara berkesinambungan doaโ€™ dan dzikir apapun yang mudah bagimu. Pada hakikatnya engkau dapat berdzikir kepada Allah SWT adalah karena kebaikannya. Ia akan mengaruniamu. Ibnu Atha illah Askandari โ€œKetahuilah, sebuah umur yang awalnya disia-siakan, seyogyanya sisanya dimanfaatkan. Jika seorang ibu memiliki sepuluh anak dan sembilan diantaranya meninggal dunia. Tentu ia akan lebih mencintai satu-satunya anak yang masih hidup itu. Kamu telah menyia-nyiakan sebagian besar umurmu, oleh karena itu jagalah sisa umurmu yang sangat sedikit itu. Demi Allah, sesungguhnya umurmu bukanlah umur yang dihitung sejak engkau lahir, tetapi umurmu adalah umur yang dihitung sejak hari pertama engkau mengenal Allah SWT. Ibnu Atha illah Askandari โ€œSeseorang yang telah mendekati ajalnya berusia lanjut dan ingin memperbaiki segala kekurangannya di masa lalu, hendaknya dia banyak membaca dzikir yang ringkas tetapi berpahala besar. Dzikir semacam itu akan membuat sisa umur yang pendek menjadi panjang, seperti dzikir yang berbunyi Maha suci Allah yang Maha Agung dan segala puji bagi-Nya, kalimat ini kuucapkan sebanyak jumlah ciptaan-Nya, sesuai dengan yang ia sukai, seberat timbangan Arsy-Nya dan setara dengan jumlah kata-kata-Nya. Jika sebelumnya kau sedikit melakukan shalat dan puasa sunah, maka perbaikilah kekuranganmu dengan banyak bershalawat kepada Rasulullah saw. Andaikata sepanjang hidupmu engkau melakukan segala jenis ketaatan dan kemudian Allah SWT bershalawat kepadamu sekali saja, maka satu shalawat Allah ini akan mengalahkan semua amalmu itu. Sebab, engkau bershalawat kepada Rasulullah sesuai dengan kekuatanmu, sedangkan Allah SWT bershalawat kepadamu sesuai dengan kebesaran-Nya. Ini jika Allah SWT bershalawat kepadamu sekali, lalu bagaimana jika Allah SWT membalas setiap shalawatmu dengan sepuluh shalawat sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah Hadits Shahih? Betapa indah hidup ini jika kau isi dengan ketaatan kepada Allah SWT, dengan berdzikir kepada-Nya dan bershalawat kepada Rasulullah SAW.โ€ Ibnu Atha illah Askandari .
Daribukti di atas tersebut sudah bisa di pastikan bahwa wali songo benar nyata dan merupakan salah satu tokoh ulama yang menyebarkan ajaran Islam di Jawa, ini bisa di perkuat dengan buku karya sejarah fenomenalnya, Abu Abdillah Muhamma Ibnu Bathutah, "Kanzu al-Hum".Dan masih banyak lagi bukti-bukti otentek-ilmiyah yang bisa kita jadikan argumentasi atas keberadaan wali songo sebagai
HIZIB BAHR Doa Dzikir Amalan Imam Abu Hasan Asy-Syadzili As Syaikh Abul Hasan Asy Syadzily terkenal sebagai seorang yang memiliki banyak rangkaian doa yang halus dan indah, disamping kekayaan berupa khazanah hizib-hizibnya. Salah satu hizib beliau yang terkenal sejak dulu hingga sekarang adalah hizib Bahr dan hizib Nashor. Kedua hizib tersebut banyak diamalkan oleh kaum muslimin diseluruh dunia, terlebih ulama-ulama besar, kendati sebagian dari mereka tidak mengikuti thoriqot asy syaikh. Hizib Bahr adalah hizib yang di terima Syaikh Abu Hasan asy Syadzili langsung dari Rasulullah SAW berkaitan dengan lautan yang tidak ada anginnya. Sejarah diterima hizib bahri adalah sebagai berikut Pada waktu itu asy syaikh Abul Hasan Asy Syadzili tengah melakukan perjalan ibadah haji ke tanah suci. Perjalanan itu diantaranya harus menyeberangi laut merah. Untuk menyeberangi lautan itu sedianya beliau akan menumpang perahu milik seseorang yang beragama nasrani. Orang itu juga akan berlayar walaupun berbeda tujuan dengan asy syaikh. Akan tetapi keadaan laut pada waku itu sedang tidak ada angin yang cukup untuk menjalankan kapal. Keadaan seperti itu terjadi sampai berhari-hari, sehingga perjalanan pun menjadi tertunda. Sampai akhirnya pada suatu hari, asy syaikh bertemu dengan baginda Rasulullah SAW. Dalam perjumpaan itu, Rasulullah SAW secara langsung mengajarkan hizib Bahri secara imlaโ€™ dikte kepada syaikh. Setelah hizib Bahri yang baru beliau terima dari Rasulululah SAW itu beliau baca, kemudian beliau menyuruh si pemilik perahu itu supaya berangkat dan menjalankan perahunya. Mengetahui keadaan yang tidak memungkinkan, karena angin yang diperlukan untuk menjalankan perahu tetap tidak ada, orang itupun tidak mau menuruti perintah asy syaikh. Namun asy syaikh tetap menyuruh agar perahu diberangkatkan. โ€œAyo, berangkat dan jalankan perahumu ! sekarang angin sudah waktunya datang โ€œ, ucap asy syaikh kepada orang itu. Dan memang benar kenyataannya, angin secara perlahan-lahan mulai berhembus, dan perahupun akhirnya bisa berjalan. Singkat cerita alkisah kemudian si nasrani itupun lalu menyatakan masuk islam. Berkata syaikh Abdurrahman al Busthomi, โ€œHizbul Bahri ini sudah digelar di permukaan bumi. Bendera hizbul bahri berkibar dan tersebar di masjid-masjid. Para ulama sudah mengatakan bahwa hizbul bahri mengandung Ismullohil adhom dan beberapa rahasia yang sangat agung. Dalam kitab Kasyf al-Zhunun `an Asami al-Kutub wa al-Funun, Haji Khalifah seorang pustakawan terkenal asal Konstantinopel Istanbul Turki menulis berbagai jaminan yang diberikan asy Syaikh Abul Hasan Syadzili dengan Hizib Bahrinya ini. Di antaranya, menurut Haji Khalifah, Asy Syaikh Syadzili pernah berkata Seandainya hizibku Hizib Bahri, Red. ini dibaca di Baghdad, niscaya daerah itu tidak akan jatuh. Mungkin yang dimaksud Asy Syaikh Syadzili dengan kejatuhan di situ adalah kejatuhan Baghdad ke tangan Tartar, Wallahu aโ€™lam. Bila Hizib Bahri dibaca di sebuah tempat, maka termpat itu akan terhindar dari malapetaka, ujar Syaikh Abul al-Hasan, seperti ditulis Haji Khalifah dalam Kasyf al-Zhunun. Haji Khalifah juga mengutip komentar ulama-ulama lain tentang Hizib Bahri ini. Ada yang mengatakan, bahwa orang yang istiqamah membaca Hizib Bahar, ia tidak mati terbakar atau tenggelam. Bila Hizib Bahri ditulis di pintu gerbang atau tembok rumah, maka akan terjaga dari maksud jelek orang dan seterusnya. Konon, orang yang mengamalkan Hizib Bahri dengan kontinu, akan mendapat perlindungan dari segala balaโ€™. Bahkan, bila ada orang yang bermaksud jahat mau menyatroni rumahnya, ia akan melihat lautan air yang sangat luas. Si penyatron akan melakukan gerak renang layaknya orang yang akan menyelamatkan diri dari daya telan samudera. Bila di waktu malam, ia akan terus melakukan gerak renang sampai pagi tiba dan pemilik rumah menegurnya. Banyak komentar-komentar, baik dari Asy Syaikh Syadzili maupun ulama lain tentang keampuhan Hizib Bahri yang ditulis Haji Khalifah dalam Kasyf al-Zhunun jilid 1 pada entri kata Hizb. Selain itu, Haji Khalifah juga menyatakan bahwa Hizib Bahri telah disyarahi oleh banyak ulama, diantaranya Syaikh Abu Sulayman al-Syadzili, Syaikh Zarruq, dan Ibnu Sulthan al-Harawi. Seperti yang telah disampaikan dalam manaqib Asy Syaikh Syadzili, bahwa menjelang akhir hayat beliau, asy syaikh telah berwasiat kepada murid-murid beliau agar anak-anak mereka, maksudnya para murid thariqah syadziliyah, supaya mengamalkan hizib Bahri. ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุงู„ุฑู‘ูŽุญู’ู…ูŽู†ู ุงู„ุฑู‘ูŽุญููŠู…ู. ุงู„ู„ู‘ู‡ูู…ู‘ูŽ ูŠูŽุงุฃูŽู„ู„ู‡ู ูŠูŽุงุนูŽุธููŠู’ู…ู ูŠูŽุงุญูŽู„ููŠู’ู…ู ูŠูŽุงุนูŽู„ููŠู’ู…ู ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุฑูŽุจู‘ูู‰, ูˆูŽุนูู„ู’ู…ููƒูŽ ุญูŽุณู’ุจูู‰, ููŽู†ูุนู’ู…ูŽ ุงู„ุฑู‘ูŽุจู‘ู ุฑูŽุจู‘ูู‰, ูˆูŽู†ูุนู’ู…ูŽ ุงู„ุญูŽุณู’ุจู ุญูŽุณู’ุจูู‰, ุชูŽู†ู’ุตูุฑู ู…ูŽู†ู’ ุชูŽุดูŽุงุกู ูˆูŽ ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุงู„ู’ุนูŽุฒููŠู’ุฒู ุงู„ุฑู‘ูŽุญูŠู’ู…ู, ู†ูŽุณู’ุฆูŽู„ููƒูŽ ุงู„ู’ุนูุตู’ู…ูŽุฉูŽ ููู‰ ุงู„ู’ุญูŽุฑูŽูƒูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ุณู‘ูŽูƒูŽู†ูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ู’ูƒูŽู„ูู…ูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ุฅูุฑูŽุงุฏูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ู’ุฎูŽุทูŽุฑูŽุงุชู, ู…ูู†ูŽ ุงู„ุดู‘ููƒููˆูƒู ูˆูŽุงู„ุธู‘ูู†ููˆู†ู ูˆูŽุงู’ู„ุฃูŽูˆู’ู‡ูŽุงู…ู ุงู„ุณู‘ูŽุงุชูุฑูŽุฉู ู„ูู„ู’ู‚ูู„ููˆุจู ุนูŽู†ู’ ู…ูุทูŽุงู„ูŽุนูŽุฉู ุงู„ู’ุบููŠููˆุจู. โ€œDengan menyebut asmaโ€™ Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Ya Allah, Wahai Yang Maha Luhur, wahai Yang Maha Agung, wahai Yang Maha Penyantun, wahai Yang Maha Mengetahui. Engkau Tuhanku, Ilmu-Mu cukup bagiku. Engkau sebaik-baik Tuhanku. Sebaik-baik pencukupan adalah pencuku-panku. Engkau menolong orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau Dzat Yang Maha Perkasa lagi Maha memohon kepada-Mu penjagaan terhadap segala gerak-gerik, diam, kata-kata, kehendak, pikiran unek-unek, persangkaan, keraguan dan angan-angan yang menutup hati untuk dapat melihat yang ghaib. ููŽู‚ูŽุฏูุงุจู’ุชูู„ููŠูŽ ุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ููˆู†ูŽ ูˆูŽุฒูู„ู’ุฒูู„ููˆุง ุฒูู„ู’ุฒูŽุงู„ุงู‹ ุดูŽุฏููŠุฏู‹ุง. ูˆูŽุฅูุฐู’ ูŠูŽู‚ููˆู„ู ุงู„ู’ู…ูู†ูŽุงููู‚ููˆู†ูŽ ูˆูŽุงู„ู‘ูŽุฐููŠู†ูŽ ูููŠ ู‚ูู„ููˆุจูู‡ูู…ู’ ู…ูŽุฑูŽุถูŒ ู…ูŽุง ูˆูŽุนูŽุฏูŽู†ูŽุง ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ูˆูŽุฑูŽุณููˆู„ูู‡ู ุฅูู„ุงู‘ูŽ ุบูุฑููˆุฑู‹ุง. Allah benar-benar menguji orang-orang mukmin dan digoncangkan hatinya dengan goncangan yang ingatlah ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata โ€œAllah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu dayaโ€. QS al-Ahzab 12. ููŽุซูŽุจู‘ูุชู’ู†ูŽุง ูˆูŽุงู†ู’ุตูุฑู’ู†ูŽุง ูˆูŽุณูŽุฎู‘ูุฑู’ู„ูŽู†ูŽุง ู‡ูŽุฐูŽุง ุงู„ู’ุจูŽุญู’ุฑูŽ ูƒูŽู…ูŽุง ุณูŽุฎู‘ูŽุฑู’ุชูŽ ุงู„ู’ุจูŽุญู’ุฑูŽ ู„ูู…ููˆุณูŽู‰ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุงู„ุณู‘ูŽู„ุงูŽู…ู, ูˆุณูŽุฎู‘ูŽุฑู’ุชูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุงุฑูŽ ูู„ุฅูุจู’ุฑูŽุงู‡ููŠู’ู…ูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุงู„ุณู‘ูŽู„ุงูŽู…ู, ูˆูŽุณูŽุฎู‘ูŽุฑู’ุชูŽ ุงู’ู„ุฌูุจูŽุงู„ูŽ ูˆูŽุงู„ู’ุญูŽุฏููŠู’ุฏูŽ ู„ูุฏูŽุงูˆูุฏูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุงู„ุณู‘ูŽู„ุงูŽู…ู, ูˆุณูŽุฎู‘ูŽุฑู’ุชูŽ ุงู„ุฑู‘ููŠู’ุญูŽ ูˆูŽุงู„ุดู‘ูŽูŠูŽุงุทููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงู„ู’ุฌูู†ู‘ูŽ ู„ูุณูู„ูŽูŠู’ู…ูŽุงู†ูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุงู„ุณู‘ูŽู„ุงูŽู…ู, ูˆูŽุณูŽุฎู‘ูุฑู’ู„ูŽู†ูŽุง ูƒูู„ู‘ูŽ ุจูŽุญู’ุฑู ู‡ููˆูŽ ู„ูƒูŽ ููู‰ ุงู„ุฃูŽุฑู’ุถู ูˆูŽุงู„ุณู‘ูŽู…ูŽุงุกู, ูˆูŽุงู„ู’ู…ูู„ู’ูƒู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูŽู„ูŽูƒููˆุชู, ูˆูŽุจูŽุญู’ุฑู ุงู„ุฏู‘ูู†ู’ูŠูŽุง, ูˆูŽุจูŽุญู’ุฑู ุงู’ู„ุขุฎูุฑูŽุฉู, ูˆูŽุณูŽุฎู‘ูุฑู’ู„ูŽู†ูŽุง ูƒูู„ู‘ูŽ ุดูŽูŠู’ุฆู, ูŠูŽุงู…ูŽู†ู’ ุจููŠูŽุฏูู‡ู ู…ูŽู„ูŽูƒููˆุชู ูƒูู„ู‘ู ุดูŽูŠู’ุฆู, Karenanya, kuatkanlah kami, tolonglah kami, dan tundukkanlah lautan ini kepada kami, sebagaimana Engkau telah menundukkan lautan kepada Nabi Musa as; Engkau tundukkan api kepada Nabi Ibrahim as; Engkau tundukkan gunung dan besi kepada Nabi Dawud as; dan Engkau tundukkan angin, syetan dan jin kepada Nabi Sulaiman as. Tundukkanlah kepada kami setiap laut milik-Mu di bumi dan di langit, setiap kerajaan dan kekuasaan, dan tundukkan kepada kami lautan dunia dan akhirat. Serta tundukkan kepada kami segala sesuatu, Wahai Tuhan yang di tangan-Nya kekuasaan segala sesuatu. ูƒู‡ูŠุนุต ูƒู‡ูŠุนุต ูƒู‡ูŠุนุต ุงูู†ู’ุตูุฑู’ู†ูŽุง ููŽุฅูู†ู‘ูŽูƒูŽ ุฎูŽูŠู’ุฑู ุงู„ู†ู‘ูŽุงุตูุฑููŠู’ู†ูŽ, ูˆูŽุงูู’ุชูŽุญู’ ู„ูŽู†ูŽุง ููŽุฅูู†ู‘ูŽูƒูŽ ุฎูŽูŠู’ุฑู ุงู„ู’ููŽุงุชูุญููŠู’ู†ูŽ, ูˆูŽุงุบู’ููุฑู’ู„ูŽู†ูŽุง ููŽุฅูู†ู‘ูŽูƒูŽ ุฎูŽูŠู’ุฑู ุงู’ู„ุบูŽุงููุฑููŠู’ู†ูŽ, ูˆูŽุงุฑู’ุญูŽู…ู’ู†ูŽุง ููŽุฅูู†ู‘ูŽูƒูŽ ุฎูŽูŠู’ุฑู ุงู„ุฑู‘ูŽุงุญูู…ููŠู’ู†ูŽ, ูˆูŽุงุฑู’ุฒูู‚ู’ู†ูŽุง ููŽุฅูู†ู‘ูŽูƒูŽ ุฎูŽูŠู’ุฑู ุงู„ุฑู‘ูŽุงุฒูู‚ููŠู’ู†ูŽ, ูˆูŽุงู‡ู’ุฏูู†ูŽุง ูˆูŽู†ูŽุฌู‘ูู†ูŽุง ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู‚ูŽูˆู’ู…ู ุงู„ุธู‘ูŽุงู„ูู…ููŠู’ู†ูŽ, ูˆูŽู‡ูŽุจู’ ู„ูŽู†ูŽุง ุฑููŠู’ุญู‹ุง ุทูŽูŠู‘ูุจูŽุฉู‹ ูƒูŽู…ูŽุง ู‡ููŠูŽ ููู‰ ุนูู„ู’ู…ููƒูŽ, ูˆูŽุงู†ู’ุดูุฑู’ู‡ูŽุง ุนูŽู„ูŽูŠู’ู†ูŽุง ู…ูู†ู’ ุฎูŽุฒูŽุงุฆูู†ู ุฑูŽุญู’ู…ูŽุชููƒูŽ ูˆูŽุงุญู’ู…ูู„ู’ู†ูŽุง ุจูู‡ูŽุง ุญูŽู…ู’ู„ูŽ ุงู„ู’ูƒูŽุฑูŽุงู…ูŽุฉู ู…ูŽุนูŽ ุงู„ุณู‘ูŽู„ุงูŽู…ูŽุฉู ูˆูŽุงู„ู’ุนูŽุงูููŠูŽุฉู ููู‰ ุงู„ุฏู‘ููŠู’ู†ู ูˆูŽุงู„ุฏู‘ูู†ู’ูŠูŽุง ูˆุงู„ุฃุฎูุฑูŽุฉู, ูŽุฅูู†ู‘ูŽูƒูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ูƒูู„ู‘ู ุดูŽูŠู’ุฆู ู‚ูŽุฏููŠู’ุฑูŒ, Kaaf haa yaa aโ€™iin shaad 3x. Tolonglah kami, karena Engkau sebaik-baik penolong. Bukakan kepada kami rahmat-Mu, karena Engkau sebaik-baik Pembuka. Ampunilah kami, karena Engkau sebaik-baik pengampun dosa. Sayangilah kami, karena Engkau sebaik-baik penyayang. Anugerahilah kami rizki, karena Engkau sebaik-baik Pemberi rizki. Tunjukilah kami dan selamatkanlah kami dari kaum yang zhalim. Anugerahkan kepada kami angin yang baik, sebagaimana Yang Engkau ketahui. Tebar-kanlah angin tersebut kepada kami dari gudang simpanan rahmat-Mu. Pikulkanlah kepada kami muatan kemuliaan, keselamatan dan kesejahteraan dalam urusan agama, dunia dan akhirat. Karena Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. ุงู„ู„ู‘ู‡ูู…ู‘ูŽ ูŠูŽุณู‘ูุฑู’ ู„ูŽู†ูŽุง ุงูู…ููˆุฑูŽู†ูŽุง ู…ูŽุนูŽ ุงู„ุฑู‘ูŽุงุญูŽุฉู ู„ูู‚ูู„ููˆุจูู†ูŽุง ูˆูŽุฃูŽุจู’ุฏูŽุงู†ูู†ูŽุง, ูˆูŽุงู„ุณู‘ูŽู„ุงูŽู…ูŽุฉูŽ ูˆูŽุงู„ู’ุนูŽุงูููŠูŽุฉูŽ ููู‰ุฏููŠู’ู†ูู†ูŽุง ูˆูŽุฏูู†ู’ูŠูŽุงู†ูŽุง, ูˆูŽูƒูู†ู’ ู„ูŽู†ูŽุง ุตูŽุงุญูุจู‹ุง ููู‰ ุณูŽููŽุฑูู†ูŽุง ูˆูŽุญูŽุถูŽุฑูู†ูŽุง ูˆูŽุฎูŽู„ููŠููŽุฉู‹ ููู‰ ุฃูŽู‡ู’ู„ูู†ูŽุง, ูˆูŽุงุทู’ู…ูุณู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ูˆูุฌููˆู‡ู ุฃูŽุนู’ุฏูŽุงุฆูู†ูŽุง, ูˆูŽุงู…ู’ุณูŽุฎู’ู‡ูู…ู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ู…ูŽูƒูŽุงู†ูŽุชูู‡ูู…ู’ ููŽู„ุงูŽ ูŠูŽุณู’ุชูŽุทููŠู’ุนููˆู†ูŽ ุงู„ู’ู…ูุถููŠู‘ูŽ ูˆูŽู„ุงูŽ ุงู„ู’ู…ูŽุฌูู‰ู’ุกูŽ ุฅูู„ูŽูŠู’ู†ูŽุง. Ya Allah! Mudahkanlah kepada kami semua urusan kami dengan perasaan lega/rehat didalam hati dan badan kami, serta keselamatan dan kesehatan/ kesejahteraan didalam agama dan dunia kami. Jadilah Engkau sebagai teman kami sewaktu dalam perjalanan dan kehadiran kami, serta sebagai pengganti didalam keluarga kami. Binasakanlah wajah-wajah musuh kami dan ubahlah mereka di tempat mereka berada, sehingga mereka tidak mampu berjalan/lewat dan kembali ke arah kami. ูˆูŽู„ูŽูˆู’ ู†ูŽุดูŽุงุกู ู„ูŽุทูŽู…ูŽุณู’ู†ูŽุง ุนูŽู„ูŽู‰ ุฃูŽุนู’ูŠูู†ูู‡ูู…ู’ ููŽุงุณู’ุชูŽุจูŽู‚ููˆุง ุงู„ุตู‘ูุฑูŽุงุทูŽ ููŽุฃูŽู†ู‘ูŽู‰ ูŠูุจู’ุตูุฑููˆู†ูŽ. ูˆูŽู„ูŽูˆู’ ู†ูŽุดูŽุงุกู ู„ูŽู…ูŽุณูŽุฎู’ู†ูŽุงู‡ูู…ู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ู…ูŽูƒูŽุงู†ูŽุชูู‡ูู…ู’ ููŽู…ูŽุง ุงุณู’ุชูŽุทูŽุงุนููˆุง ู…ูุถููŠู‘ู‹ุง ูˆูŽู„ุงูŽ ูŠูŽุฑู’ุฌูุนููˆู†ูŽ Dan jikalau Kami menghendaki pastilah Kami hapuskan penglihatan mata mereka; lalu mereka berlomba-lomba mencari jalan. Maka betapakah mereka dapat melihat nya. Dan jikalau Kami menghendaki pastilah Kami rubah mereka di tempat mereka berada; maka mereka tidak sanggup berjalan lagi dan tidak pula sanggup kembali. QS Yasin 66-67. ูŠุณ. ูˆูŽุงู„ู’ู‚ูุฑู’ุกูŽุงู†ู ุงู„ู’ุญูŽูƒููŠู…ู. ุฅูู†ู‘ูŽูƒูŽ ู„ูŽู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู…ูุฑู’ุณูŽู„ููŠู†ูŽ. ุนูŽู„ูŽู‰ ุตูุฑูŽุงุทู ู…ูุณู’ุชูŽู‚ููŠู…ู. ุชูŽู†ู’ุฒููŠู„ูŽ ุงู„ู’ุนูŽุฒููŠุฒู ุงู„ุฑู‘ูŽุญููŠู…ู. ู„ูุชูู†ู’ุฐูุฑูŽ ู‚ูŽูˆู’ู…ู‹ุง ู…ูŽุง ุฃูู†ู’ุฐูุฑูŽ ุกูŽุงุจูŽุงุคูู‡ูู…ู’ ููŽู‡ูู…ู’ ุบูŽุงููู„ููˆู†ูŽ. ู„ูŽู‚ูŽุฏู’ ุญูŽู‚ู‘ูŽ ุงู„ู’ู‚ูŽูˆู’ู„ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุฃูŽูƒู’ุซูŽุฑูู‡ูู…ู’ ููŽู‡ูู…ู’ ู„ุงูŽ ูŠูุคู’ู…ูู†ููˆู†ูŽ. ุฅูู†ู‘ูŽุง ุฌูŽุนูŽู„ู’ู†ูŽุง ูููŠ ุฃูŽุนู’ู†ูŽุงู‚ูู‡ูู…ู’ ุฃูŽุบู’ู„ุงูŽู„ุงูŽ ููŽู‡ููŠูŽ ุฅูู„ูŽู‰ ุงู’ู„ุฃูŽุฐู’ู‚ูŽุงู†ู ููŽู‡ูู…ู’ ู…ูู‚ู’ู…ูŽุญููˆู†ูŽ. ูˆูŽุฌูŽุนูŽู„ู’ู†ูŽุง ู…ูู†ู’ ุจูŽูŠู’ู†ู ุฃูŽูŠู’ุฏููŠู‡ูู…ู’ ุณูŽุฏู‘ู‹ุง ูˆูŽู…ูู†ู’ ุฎูŽู„ู’ููู‡ูู…ู’ ุณูŽุฏู‘ู‹ุง ููŽุฃูŽุบู’ุดูŽูŠู’ู†ูŽุงู‡ูู…ู’ ููŽู‡ูู…ู’ ู„ุงูŽ ูŠูุจู’ุตูุฑููˆู†ูŽ. Yaasiin. Demi Al Qurโ€™an yang penuh hikmah, sesungguhnya kamu salah seorang dari rasul-rasul, yang berada di atas jalan yang lurus, sebagai wahyu yang diturunkan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai. Sesungguhnya telah pasti berlaku perkataan ketentuan Allah terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman. Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka diangkat ke dagu, maka karena itu mereka tertengadah. Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding pula, dan Kami tutup mata mereka sehingga mereka tidak dapat melihat. QS Yaasiin 1-9. ุดูŽุงู‡ูŽุชู ุงู„ู’ูˆูุฌููˆู‡ู 3ร— ูˆูŽุนูŽู†ูŽุชู ุงู„ู’ูˆูุฌููˆู‡ู ู„ูู„ู’ุญูŽูŠู‘ู ุงู„ู’ู‚ูŽูŠู‘ููˆู…ู ูˆูŽู‚ูŽุฏู’ ุฎูŽุงุจูŽ ู…ูŽู†ู’ ุญูŽู…ูŽู„ูŽ ุธูู„ู’ู…ู‹ุง. Buruklah wajah-wajah mereka. Dan tunduklah semua muka dengan berendah diri kepada Tuhan Yang Hidup Kekal lagi senantiasa mengurus makhluk-Nya. Dan sesungguhnya telah merugilah orang yang melakukan kezaliman. QS Thaha 111. ุทุณ. ุญู…ุนุณู‚. ู…ูŽุฑูŽุฌูŽ ุงู„ู’ุจูŽุญู’ุฑูŽูŠู’ู†ู ูŠูŽู„ู’ุชูŽู‚ููŠูŽุงู†ู. ุจูŽูŠู’ู†ูŽู‡ูู…ูŽุง ุจูŽุฑู’ุฒูŽุฎูŒ ู„ุงูŽ ูŠูŽุจู’ุบููŠูŽุงู†ู. Thaa siin. Haa miim aiin siin qaaf. Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing. QS ar-Rahman 19-20. ุญู… ุญู… ุญู… ุญู… ุญู… ุญู… ุญู…. ุญูู…ู‘ูŽ ุงู’ู„ุฃูŽู…ู’ุฑู ูˆูŽุฌูŽุงุกูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุตู’ุฑู ููŽุนูŽู„ูŽูŠู’ู†ูŽุง ู„ุงูŽ ูŠูู†ู’ุตูŽุฑููˆู†ูŽ. ุญู…. ุชูŽู†ู’ุฒููŠู„ู ุงู„ู’ูƒูุชูŽุงุจู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุงู„ู’ุนูŽุฒููŠุฒู ุงู„ู’ุนูŽู„ููŠู…ู. ุบูŽุงููุฑู ุงู„ุฐู‘ูŽู†ู’ุจู ูˆูŽู‚ูŽุงุจูู„ู ุงู„ุชู‘ูŽูˆู’ุจู ุดูŽุฏููŠุฏู ุงู„ู’ุนูู‚ูŽุงุจู ุฐููŠ ุงู„ุทู‘ูŽูˆู’ู„ู ู„ุงูŽ ุฅูู„ูŽู‡ูŽ ุฅูู„ุงู‘ูŽ ู‡ููˆูŽ ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ุงู„ู’ู…ูŽุตููŠุฑู. Haa miim, Haa miim, Haa miim, Haa miim, Haa miim, Haa miim, Haa miim, urusan diluaskan dan datang pertolongan/kemenangan kepada kami, sehingga mereka tidak mendapatkan miim. Diturunkan Kitab ini Al Qurโ€™an dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui, Yang Mengampuni dosa dan Menerima taubat lagi keras hukuman-Nya; Yang mempunyai karunia. Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Dia. Hanya kepada-Nyalah kembali semua makhluk. QS al-Mukmin 1-3. ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุจูŽุงุจูู†ูŽุง, ุชูŽุจูŽุงุฑูŽูƒูŽ ุญููŠูŽุทูŽุงู†ูู†ูŽุง, ูŠุณ ุณูŽู‚ู’ููู†ูŽุง, ูƒู‡ูŠุนุต ูƒูููŽุงูŠูŽุชูู†ูŽุง, ุญู…ุนุณู‚ ุญูู…ูŽุงูŠูŽุชูู†ูŽุง, ู‚. ูˆูŽุงู„ู’ู‚ูุฑู’ุขู†ู ุงู’ู„ู…ูŽุฌููŠู’ุฏู ูˆูู‚ูŽุงูŠูŽุชูู†ูŽุง, Bismillahโ€™ pintu kami, Tabaarakaโ€™ pagar kami, Yaasiinโ€™ atap kami, Kaaf haa yaa aiin shaadโ€™ pelindung kami, dan Haa miim aiin siin qaafโ€™ pemelihara kami. Qaaf. Wal-qur-aanil majiidโ€™, penjaga kami. ููŽุณูŽูŠูŽูƒู’ูููŠู’ูƒูŽู‡ูู…ู ุงู„ู„ู‡ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุงู„ุณู‘ูŽู…ููŠู’ุนู ุงู„ู’ุนูŽู„ููŠู’ู…ู 3ร— Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. QS al-Baqarah 137. ุณูุชู’ุฑู ุงู„ู’ุนูŽุฑู’ุดู ู…ูŽุณู’ุจููˆู„ูŒ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู†ูŽุง, ูˆูŽุนูŽูŠู’ู†ู ุงู„ู„ู‡ ู†ูŽุงุธูุฑูŽุฉูŒ ุฅูู„ูŽูŠู’ู†ูŽุง, ุจูุญูŽูˆู„ู ุงู„ู„ู‡ู ู„ุงูŽ ูŠูู‚ู’ุฏูŽุฑู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู†ูŽุง, ูˆูŽุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ู…ูู†ู’ ูˆูŽุฑูŽุงุฆูู‡ูู…ู’ ู…ูุญููŠุทูŒุจูŽู„ู’ ู‡ููˆูŽ ู‚ูุฑู’ุกูŽุงู†ูŒ ู…ูŽุฌููŠุฏูŒูููŠ ู„ูŽูˆู’ุญู ู…ูŽุญู’ูููˆุธู. Tirai arasy diturunkan kepada kami dan Mataโ€™ Pengawasan Allah memandang kami, berkat kekuatan Allah mereka tidak mampu menguasai Allah mengepung mereka dari belakang mereka. Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Qurโ€™an yang mulia, yang tersimpan dalam Lauh Mahfuzh. QS al-Buruj 20-22 ููŽุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุฎูŽูŠู’ุฑูŒ ุญูŽุงููุธู‹ุง ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุฃูŽุฑู’ุญูŽู…ู ุงู„ุฑู‘ูŽุงุญูู…ููŠู†ูŽ 3ร— Maka Allah adalah sebaik-baik Penjaga dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang. QS Yusuf 64. ุฅูู†ู‘ูŽ ูˆูŽู„ููŠู‘ููŠูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุงู„ู‘ูŽุฐููŠ ู†ูŽุฒู‘ูŽู„ูŽ ุงู„ู’ูƒูุชูŽุงุจูŽ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ูŠูŽุชูŽูˆูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ุตู‘ูŽุงู„ูุญููŠู†ูŽ 3ร—. Sesungguhnya pelindungku ialah Allah yang telah menurunkan Al Kitab Al Qurโ€™an dan Dia melindungi orang-orang yang saleh. QS al-Aโ€™raf 196. ุญูŽุณู’ุจููŠูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ู„ุงูŽ ุฅูู„ูŽู‡ูŽ ุฅูู„ุงู‘ูŽ ู‡ููˆูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุชูŽูˆูŽูƒู‘ูŽู„ู’ุชู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุฑูŽุจู‘ู ุงู„ู’ุนูŽุฑู’ุดู ุงู„ู’ุนูŽุธููŠู…ู 3ร— Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki `Arsy yang agung. QS at-Taubah 129. ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ ุงู„ู‘ุฐููŠ ู„ุงูŽ ูŠูŽุถูุฑู‘ู ู…ูŽุนูŽ ุงุณู’ู…ูู‡ู ุดูŽูŠู’ุฆูŒ ูููŠ ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถู ูˆูŽู„ุงูŽ ููู‰ ุงู„ุณู‘ูŽู…ูŽุงุกู ูˆูŽ ู‡ููˆูŽ ุงู„ุณู‘ูŽู…ููŠู’ุนู ุงู„ู’ุนูŽู„ููŠู’ู…ู 3ร— Dengan menyebut asmaโ€™ Allah Yang dengan asnaโ€™-Nya itu tidak ada sesuatu pun yang membahayakan di bumi dan di langit. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. ูˆูŽู„ุงูŽ ุญูŽูˆู’ู„ูŽ ูˆูŽู„ุงูŽ ู‚ููˆู‘ูŽุฉูŽ ุฅูู„ุงู‘ูŽ ุจูุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุนูŽู„ููŠู‘ู ุงู„ุนูŽุธููŠู’ู…ู, Tiada daya dan tiada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah Yang Maha Luhur lagi Maha Agung. ูˆูŽุตูŽู„ู‰ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‡ ุนูŽู„ู‰ูŽ ุณูŽูŠู‘ูุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุขู„ูู‡ู ูˆูŽุตูŽุญู’ุจูู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ. Semoga Allah melimpahkan rahmat taโ€™zhim dan salam sejahtera kepada junjungan kami Muham-mad, seorang Nabi yang buta huruf, dan juga kepada para keluarga dan sahabatnya. Didalam suatu naskah, ada tambahan bacaan ุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ูˆูŽู…ูŽู„ุงูŽุฆููƒูŽุชูŽู‡ู ูŠูุตูŽู„ู‘ููˆู†ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ูŠูŽุงุฃูŽูŠู‘ูู‡ูŽุง ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู†ูŽ ุกูŽุงู…ูŽู†ููˆุง ุตูŽู„ู‘ููˆุง ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูู…ููˆุง ุชูŽุณู’ู„ููŠู…ู‹ุง. โ€œSesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.โ€ QS al-Ahzab 56. Dalam sebuah naskah yang lain, ada tambahan bacaan ayat kursi ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ู„ุงูŽ ุฅูู„ูŽู‡ูŽ ุฅูู„ุงู‘ูŽ ู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ุญูŽูŠู‘ู ุงู„ู’ู‚ูŽูŠู‘ููˆู…ู ู„ุงูŽ ุชูŽุฃู’ุฎูุฐูู‡ู ุณูู†ูŽุฉูŒ ูˆูŽ ู„ุงูŽ ู†ูŽูˆู’ู…ูŒ ู„ูŽู‡ู ู…ูŽุง ูููŠ ุงู„ุณู‘ูŽู…ูŽูˆูŽุงุชู ูˆูŽู…ูŽุง ูููŠ ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถู ู…ูŽู†ู’ ุฐูŽุง ุงู„ู‘ูŽุฐููŠ ูŠูŽุดู’ููŽุนู ุนูู†ู’ุฏูŽู‡ู ุฅูู„ุงู‘ูŽ ุจูุฅูุฐู’ู†ูู‡ู ูŠูŽุนู’ู„ูŽู…ู ู…ูŽุง ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ุฃูŽูŠู’ุฏููŠู‡ูู…ู’ ูˆูŽู…ูŽุง ุฎูŽู„ู’ููŽู‡ูู…ู’ ูˆูŽ ู„ุงูŽ ูŠูุญููŠุทููˆู†ูŽ ุจูุดูŽูŠู’ุกู ู…ูู†ู’ ุนูู„ู’ู…ูู‡ู ุฅูู„ุงู‘ูŽ ุจูู…ูŽุง ุดูŽุงุกูŽ ูˆูŽุณูุนูŽ ูƒูุฑู’ุณููŠู‘ูู‡ู ุงู„ุณู‘ูŽู…ูŽูˆูŽุงุชู ูˆูŽุงู’ู„ุงูŽุฑู’ุถูŽ ูˆูŽ ู„ุงูŽ ูŠูŽุฆููˆุฏูู‡ู ุญููู’ุธูู‡ูู…ูŽุง ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ุนูŽู„ููŠู‘ู ุงู„ู’ุนูŽุธููŠู…ู. Allah, tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya; tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa`at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.โ€ QS al-Baqarah 255. Dalam naskah lainnya, ada tambahan bacaan berikut ini ูŠูŽุง ุฃู„ู„ู‡ู ูŠูŽุง ู†ููˆุฑู ูŠูŽุงุญูŽู‚ู‘ู ูŠูŽุงู…ูุจููŠู’ู†ู, ุงููƒู’ุณูู†ูู‰ ู…ูู†ู’ ู†ููˆุฑููƒูŽ, ูˆูŽุนูŽู„ู‘ูู…ู’ู†ูู‰ ู…ูู†ู’ ุนูู„ู’ู…ููƒูŽ, ูˆูŽุฃูŽูู’ู‡ูู…ู’ู†ูู‰ ุนูŽู†ู’ูƒูŽ, ูˆูŽุฃูŽุณู’ู…ูุนู’ู†ูู‰ ู…ูู†ู’ูƒูŽ, ูˆูŽุจูŽุตู‘ูุฑู’ู†ูู‰ ุจููƒูŽ, ูˆูŽุฃูŽู‚ูู…ู’ู†ูู‰ ุจูุดูู‡ููˆู’ุฏููƒูŽ, ูˆูŽุฃูŽู„ู’ุจูุณู’ู†ูู‰ ู„ูุจูŽุงุณูŽ ุงู„ุชู‘ูŽู‚ู’ูˆูŽู‰ ู…ูู†ู’ูƒูŽ, ุฅูู†ู‘ูŽูƒูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ูƒูู„ู‘ู ุดูŽูŠู’ุฆู ู‚ูŽุฏููŠู’ุฑูŒ, โ€œYa Allah! Wahai an-Nur Pencipta Cahaya, wahai al-Haqq Maha Benar, wahai al-Mubiin Yang Terang. Berilah aku pakaian sebagian dari Nur-Mu, Ajarilah aku sebagian dari Ilmu-Mu, Berilah aku pemahaman dari-Mu, Perdengarkanlah aku dari-Mu, Berilah kami kemampuan untuk mengeta-hui denganMu, bangkitkanlah aku untuk menyaksi-kan-Mu, berilah aku pakaian takwa dari-Mu, karena Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. ูŠูŽุง ุณูŽู…ููŠู’ุนู ูŠูŽุงุนูŽู„ููŠู’ู…ู ูŠูŽุงุญูŽู„ููŠู’ู…ู ูŠูŽุงุนูŽู„ููŠู‘ู ูŠูŽุง ุฃุงู„ู„ู‡ู, ุฅูุณู’ู…ูŽุนู’ ุฏูุนูŽุงุฆูู‰ ุจูุฎูŽุตูŽุงุฆูุตู ู„ูุทู’ูููƒูŽ ุขู…ููŠู’ู†. Wahai Yang Maha Mendengar, wahai Yang Maha Mengetahui, wahai Yang Maha Penyantun, Wahai Yang Maha Tinggi, wahai Allah! Dengarkan doaku, berkat kekhususan sifat lemah lembut-Mu. Amin. ุฃูŽุนููˆุฐู ุจููƒูŽู„ูู…ูŽุงุชู ุงู„ู„ู‡ ุงู„ุชู‘ูŽุงู…ู‘ูŽุงุชู ู…ูู†ู’ ุดูŽุฑู‘ู ู…ูŽุง ุฎูŽู„ูŽู‚ูŽ 3ร— Aku berlindung dengan perantaraan kalimat-kalimat Allah yang sempurna seluruhnya dari keburukan apa saja yang Dia ciptakan. ูŠูŽุงุนูŽุธููŠู’ู…ูŽ ุงู„ุณู‘ูู„ู’ุทูŽุงู†ู, ูŠูŽุงู‚ูŽุฏููŠู’ู…ูŽ ุงู’ู„ุฅูุญู’ุณูŽุงู†ู, ูŠูŽุงุฏูŽุงุฆูู…ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุนู’ู…ูŽุงุกู, ูŠูŽุงุจูŽุงุณูุทูŽ ุงู„ุฑู‘ูุฒู’ู‚ู, ูŠูŽุงูƒูŽุซููŠู’ุฑูŽ ุงู„ู’ุฎูŽูŠู’ุฑูŽุงุชู, ูŠูŽุงูˆูŽุงุณูุนูŽ ุงู„ู’ุนูŽุทูŽุงุกู, ูŠูŽุงุฏูŽุงููุนูŽ ุงู„ู’ุจูŽู„ุงูŽุกู, ูŠูŽุงุณูŽุงู…ูุนูŽ ุงู„ุฏู‘ูุนูŽุงุกู, ูŠูŽุงุญูŽุงุถูุฑู‹ุง ู„ูŽูŠู’ุณูŽ ุจูุบูŽุงุฆูุจู, ูŠูŽุงู…ูŽูˆู’ุฌููˆุฏู‹ุง ุนูู†ู’ุฏูŽ ุงู„ุดู‘ูŽุฏูŽุงุฆูุฏู, ูŠูŽุงุฎูŽูููŠู‘ูŽ ุงู„ู„ู‘ูุทู’ูู, ูŠูŽุงู„ูŽุทููŠู’ููŽ ุงู„ุตู‘ูู†ู’ุนู, ูŠูŽุงุญูŽู„ููŠู’ู…ู‹ุง ู„ุงูŽูŠูŽุนู’ุฌูŽู„ู, ุฅูู‚ู’ุถู ุญูŽุงุฌูŽุชูู‰ ุจูุฑูŽุญู’ู…ูŽุชููƒูŽ ูŠูŽุง ุฃูŽุฑู’ุญูŽู…ูŽ ุงู„ุฑู‘ูŽุงุญูู…ููŠู’ู†ูŽ. Wahai Yang Agung Kekuasaan-Nya! wahai Yang Dahulu kebaikan-Nya! wahai Yang Terus Menerus pemberian nikmat-Nya! wahai Yang Membeber rizki! Wahai Yang Banyak Kebaikan-Nya! Wahai Yang Luas pemberian-Nya! Wahai Penolak balak! Wahai Pendengar doa! Wahai Yang hadir, Yang tidak pernah absen! Wahai Yang Selalu Ada di masa genting! Wahai Yang Tersem-bunyi sifat Kelemahlembutan-Nya! Wahai Yang Maha Halus Penciptaan-Nya! Wahai Yang Maha Penyantun yang tidak terburu-buru! Kabul-kanlah hajatku, berkat rahmat-Mu, wahai Yang Maha Pengasih dari sekalian yang pengasih. Doa Setelah Membaca Hizib Bahr Disusun oleh Syaikh Zarruq, penulis syarah Hizib Bahr. ุงู„ู„ู‘ู‡ูู…ู‘ูŽ ูŽุฅูู†ู‘ูŽูƒูŽ ุชูŽุนู’ู„ูŽู…ู ู…ูŽุง ู†ูŽุญู’ู†ู ูููŠู’ู‡ู, ูˆูŽู…ูŽุง ู†ูŽุทู’ู„ูุจูู‡ู ูˆูŽู†ูŽุฑู’ุชูŽุฌููŠู’ู‡ู ู…ูู†ู’ ุฑูŽุญู’ู…ูŽุชููƒูŽ ููู‰ ุฃูŽู…ู’ุฑูู†ูŽุง ูƒูู„ู‘ูู‡ู, ููŽูŠูŽุณู‘ูุฑู’ู„ูŽู†ูŽุง ู…ูŽุง ู†ูŽุญู’ู†ู ูููŠู’ู‡ู ู…ูู†ู’ ุณูŽููŽุฑูู†ูŽุง ูˆูŽู…ูŽุง ู†ูŽุทู’ู„ูุจูู‡ู ู…ูู†ู’ ุญูŽูˆูŽุงุฆูุฌูู†ูŽุง, ูˆูŽู‚ูŽุฑู‘ูุจู’ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู†ูŽุง ุงู„ู’ู…ูŽุณูŽุงููŽุงุชู, ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูู…ู’ู†ูŽุง ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุนูู„ูŽู„ู ูˆูŽุงู’ู„ุขููŽุงุชู, ูˆูŽู„ุงูŽ ุชูŽุฌู’ุนูŽู„ู ุงู„ุฏู‘ูู†ู’ูŠูŽุง ุฃูŽูƒู’ุจูŽุฑูŽ ู‡ูŽู…ู‘ูู†ูŽุง, ูˆูŽู„ุงูŽ ู…ูŽุจู’ู„ูŽุบูŽ ุนูู„ู’ู…ูู†ูŽุง, ูˆู„ุงูŽ ุชูุณูŽู„ู‘ูุทู’ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู†ูŽุง ู…ูŽู†ู’ ู„ุงูŽ ูŠูŽุฑู’ุญูŽู…ูู†ูŽุง ุจูุฑูŽุญู’ู…ูŽุชููƒูŽ ูŠูŽุง ุฃูŽุฑู’ุญูŽู…ูŽ ุงู„ุฑู‘ูŽุงุญูู…ููŠู’ู†ูŽ, ูˆูŽุตูŽู„ู‰ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‡ ุนูŽู„ู‰ูŽ ุณูŽูŠู‘ูุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุขู„ูู‡ู ูˆูŽุตูŽุญู’ุจูู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ. โ€œYa Allah! Sungguh Engkau mengetahui apa saja yang kami ada didalamnya, apa yang kami cari dan kami takuti dari rahmat-Mu dalam urusan kami seluruhnya. Karenanya, mudahkan-lah bagi kami selama dalam perjalanan kami dan hajat-hajat yang kami cari. Dekatkan kepada kami jarak yang jauh. Selamatkanlah kami dari cacat dan bencana. Jangan Engkau jadikan dunia ini menarik sebagian besar perhatian kami dan batas akhir dari pengetahuan kami. Jangan Engkau kuasakan kepada kami orang yang tidak memiliki kasih sayang kepada kami, berkat rahmat-Mu, Wahai Yang Maha Penyayang dari sekalian yang penyayang. Semoga Allah melim-pahkan shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Miuhammad, beserta keluarga dan sahabatnya. * Teks Doa diambil dari kitab asli โ€œKhulashoh Syawariq al-Anwarโ€ KSA, tulisan Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki Al-Hasani Kredit fb Rahmat Rahman Koleksi Ceramah Pilihan
AkhirHayatnya Abu Hasan As Syadzili. Beliau meninggal dunia di Iskadariyah pada tahun 656 H, di usianya yang ke 63 tahun, ketika itu beliau As Syadzili terdiam di penghujung malam, yaitu saat fajar akan terbit, mereka mengira bahwa Syekh As Syadzili tertidur, namun saat Syarifuddin (putra beliau) mencoba untuk mendekatinya, dan menggerakan Do'a ini diambil dari dari kitab Sirrul Jaliil Fi Khawaasi Hasbunallahu Wa Ni'mal Wakiil yang dikarang oleh seorang Quthubil Auliya Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili. Inilah cara yang dimaksud itu 1. Surat Ali Imran 173. Bacalah setiap baโ€™da Asar 450x dengan doanya 7x atau 4500 x dan doanya 313 x di waktu tengah malam. Bismillahir rahmannir rahiimโ€ฆ Hasbunallah wa niโ€™mal wakiil. 450 / 4500 x Doa Khusus "Bismillahir rahmannir rahiimโ€ฆ Allahumma Ya Kafi ikfini nawaibad dunya wa maishoibad-dahri wa dzullal faqri. Allahumma Ya Ghoniyyu aghnini bi ghinaka amman siwaka wa bijudika wa bi fadhlika an kholqika fa innaka qulta wa qoulukal haqqul mubiin โ€ ud uni astajib lakum.โ€ Da aunaka kama amartana fastajib minna kama wa adtana. Allahumma Ya Mughni as-aluka Ghinakad-dahri ilal abadi. Allahumma Yaa Fattah iftahli baba rohmatika wa asbil alayya sitro inayatika wa sakhirli khoddama hadzihil asma-I bi syai-in, astaโ€™inu bihi ala ma ayisyi wa amri dini wa dunyaya wa akhiroti wa aqibati amri wa sakh-khirhu li kama sakhortar riha wal insa wal jinna wal wakhsya wath-thoiro li nabiyyika Sulaiman ibni Dawuda alaihimas-salamu wa bi ahiyan, syarohiyan,adunayan,ashbawuta ali syadaya. Ya man amruhu bainal kaf wa nun, innama amruhu idza aroda syai-an an-yaqula lahu kun fayakun. Fasubhanal ladzi biyadihi malakutu kulli syai-in wa ilaihi turjaโ€™uun". 7 / 313 x Artinya "Ya Allah, Tuhan Yang Maha mencukupi, sudahilah Cukupkan kecelakaan dunia dan musibah sepanjang masa dan hinanya kefaqiran yang menimpaku. Wahai Tuhanku Yang Maha kaya, anugerahilah aku dengan kekayaan-MU, kedermawanan-MU dan kelebihan-MU. Sehingga aku tidak butuh bantuan dari selain-MU yang menjadi ciptaan-MU. Engkau telah berfirman dan firman-MU benar dan nyata โ€ Berdoalah kepada-KU niscaya aku kabulkan pinta mu โ€ Kami pun memanjatkan doa kepada-MU sebagaimana yang telah Engkau perintahkan kepada kami, maka kabulkanlah doa kami sebagaimana janji-MU untuk mengabulkan kami. Wahai Tuhan Yang Memberi Kekayaan, berilah aku kekayaan sepanjang masa dan selama lamanya. Wahai Tuhan Dzat Yang Maha Pembuka, bukakanlah pintu rahmat-MU untukku dan hilangkanlah semua yang menutup pertolongan-MU serta tundukkanlah kepadaku Khadam penjaga doa ini dengan membawa sesuatu yang dapat menolongku atas masalah penghidupanku, agamaku, dunia dan akhiratku serta akibat semua permasalahanku. Tundukkanlah kepadaku sebagaimana Engkau tundukkan angin, manusia, jin, Binatang liar dan burung-burung tunduk kepada Nabi-MU Sulaiman putra Daud AS. Dan dengan wasilah / perantara penjaga doa ini yang bernama Syekh Ahiyan, Syekh Syarohiyan, Syekh Adunayan dan Syekh Asbawut Ali Sadaya. Wahai Dzat yang perintahnya diantara huruf KAF dan NUN โ€ Sesungguhnya perintah-NYA hanyalah berkata JADILAH maka TERJADILAH . Maka Maha Suci Allah yang di tangan-NYA Kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-NYA lah kamu dikembalikanโ€ฆ.."
SyekhAbul Hasan Asy Syadzili adalah seorang sufi dan tokoh spiritual yang berasal dari Maroko. Dia merupakan pendiri tarekat Syadziliyah dan banyak dihormat
Dzikir dan Hizib Tarekat Syadziliyah Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili. Penganut Tarekat Syadziliyah kental dengan suasana dzikir dan hizib dalam tata cara ritual peribadatnnya. Ia tidak jauh dari ciri khas Tasawuf menarik dari Tarekat Syadziliyah adalah, kandungan makna hakiki dari Hizib hizib itu, memberikan tekanan simbolik akan ajaran utama dari Tasawuf atau Tarekat Syadziliyah. Jadi tidak sekadar doa belaka, melainkan juga mengandung doktrin sufistik yang sangat dzikir yang merupakan suatu hal yang mutlak dalam tarekat, secara umum pada pola dzikir tarekat ini biasanya bermula dengan Fatihat adz-dzikir. Para peserta duduk dalam lingkaran, atau kalau bukan, dalam dua baris yang saling berhadapan, dan syekh di pusat lingkaran atau diujung mengenai dzikir dengan al-asma al-husna dalam tarekat ini, kebijasanaan dari seorang pembimbing khusus mutlak diperlukan untuk mengajari dan menuntun murid. Sebab penerapan asma Allah yang keliru dianggap akan memberi akibat yang berbahaya, secara rohani dan mental, baik bagi si pemakai maupun terhadap orang-orang di contoh penggunaan Asma Allah diberikan oleh Ibn Athaโ€™ilah berikut โ€œAsma al-Latif,โ€ Yang Halus harus digunakan oleh seorang sufi dalam penyendirian bila seseorang berusaha mempertahankan keadaan spiritualnya; Al-Wadud, Kekasih yang Dicintai membuat sang sufi dicintai oleh semua makhluk, dan bila dilafalkan terus menerus dalam kesendirian, maka keakraban dan cinta Ilahi akan semakin berkobar; dan Asma al-Faiq, โ€œYang Mengalahkanโ€ sebaiknya jangan dipakai oleh para pemula, tetapi hanya oleh orang yang arif yang telah mencapai tingkatan yang Syadziliyah terutama menarik dikalangan kelas menengah, pengusaha, pejabat, dan pengawai negeri. Mungkin karena kekhasan yang tidak begitu membebani pengikutnya dengan ritual-ritual yang memberatkan seperti yang terdapat dalam tarekat-tarekat yang lainnya. Setiap anggota tareqat ini wajib mewujudkan semangat tarekat didalam kehidupan dan lingkungannya sendiri, dan mereka tidak diperbolehkan mengemis atau mendukung karenanya, ciri khas yang kemudian menonjol dari anggota tarekat Syadziliyah ini adalah kerapian mereka dalam berpakaian. Kekhasan lainnya yang menonjol dari tarekat ini adalah โ€œketenanganโ€ yang terpancar dari tulisan-tulisan para tokohnya, misalnya asy-Syadzili, Ibn Athaโ€™illah, Schimmel menyebutkan bahwa hal ini dapat dimengerti bila dilihat dari sumber yang diacu oleh para anggota tareqat ini. Kitab ar-Riโ€™ayah karya al-Muhasibi. Kitab ini berisi tentang telaah psikologis mendalam mengenai Islam di masa awal. Acuan lainnya adalah Qut al-Qulub karya al-Makki dan Ihya Ulumuddin karya โ€œketenanganโ€ ini tentu saja tidak menarik bagi kalangan muda dan kaum penyair yang membutuhkan cara-cara yang lebih menggugah untuk berjalan di atas Jalan Yang Benar. Baca Syarat Mempelajari TarekatDisamping Ar-Risalahnya Abul Qasim Al-Qusyairy serta Khatamul Auliyaโ€™nya, Hakim at-Tirmidzi. Ciri khas lain yang dimiliki oleh para pengikut tarekat ini adalah keyakinan mereka bahwa seorang Syadzilliyah pasti ditakdirkan menjadi anggota tarekat ini sudah sejak di alam Azali dan mereka percaya bahwa Wali Qutb akan senantiasa muncul menjadi pengikut tarekat berbeda dengan tradisi di Timur Tengah, Martin menyebutkan bahwa pengamalan tarekat ini di Indonesia dalam banyak kasus lebih bersifat individual, dan pengikutnya relatif jarang, kalau memang pernah, bertemu dengan yang lain. Dalam praktiknya, kebanyakan para anggotanya hanya membaca secara individual rangkaian-rangkaian doa yang panjang hizb, dan diyakini mempunyai kegunaan-kegunaan juga Tasawuf Aswaja Ahlussunnah Wal Jamaah, Tinjauan SekilasMuqoddimah Qonun Asasi Hadrotussyekh Hasyim Asyโ€™ariHizib al-Bahr, Hizib Nashor, Hizib al-HafidzahMasih tentang Dzikir hizib Tarekat Syadziliyah. Para pengamal Tarekat Syadziliyah yang didirikan oleh Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili ini mempelajari berbagai hizib, paling tidak idealnya, melalui pengajaran talkin yang diberikan oleh seorang guru yang berwewenang dan dapat memelihara hubungan tertentu dengan guru tersebut, walaupun sama sekali hampir tidak merasakan dirinya sebagai seorang anggota dari sebuah al-Bahr, Hizb Nashor, disamping Hizib al-Hafidzah, merupaka salah satu Hizib yang sangat terkenal dari as-Syadzilli. Hizib ini dikomunikasikan kepadanya oleh Nabi SAW. Sendiri. Hizib ini dinilai mempunyai kekuatan adikodrati, yang terutama digunakan untuk melindungi selama dalam Batutah menggunakan doa-doa tersebut selama perjalanan-perjalanan panjangnya, dan berhasil. Dan di Indonesia, di mana doa ini diamalkan secara luas, secara umum dipercaya bahwa kegunaan magis doa ini hanya dapat โ€œdibeliโ€ dengan berpuasa atau pengekangan diri yang lainnya dibawah bimbingan dalam Tareqat Syadzilliyah, di Indonesia, juga dipergunakan oleh anggota tarekat lain untuk memohon perlindungan tambahan Istighotsah, dan berbagai kekuatan hikmah, seperti debus di Pandeglang, yang dikaitkan dengan tareqat Rifaโ€™iyah, dan di Banten utara yang dihubungkan dengan tarekat ahli mengatakan bahwa hizib, bukanlah doa yang sederhana, ia secara kebaktian tidak begitu mendalam; ia lebih merupakan mantera magis yang Nama-nama Allah Yang Agung Ism Allah Aโ€™zhim dan, apabila dilantunkan secara benar, akan mengalirkan berkan dan menjamin respon supra pemakaian hizib, wirid, dan doa, para syekh tarekat biasnya tidak keberatan bila doa-doa, hizib-hizib Azhab, dan wirid-wirid dalam tareqat dipelajari oleh setiap muslim untuk tujuan personalnya. Akan tetapi mereka tidak menyetujui murid-murid mereka mengamalkannya tanpa wewenang, sebab murid tersebut sedang mengikuti suaru pelatihan dari sang Syadziliyah ini mempunyai pengaruh yang besar di dunia Islam. Sekarang Tarekat Syadziliyah ini terdapat di Afrika Utara, Mesir, Kenya, dan Tanzania Tengah, Sri langka, Indonesia dan beberapa tempat yang lainnya termasuk di Amerika Barat dan Amerika Mesir yang merupakan awal mula penyebaran Tarekat Syadziliyah ini yang mempunyai beberapa cabang, yakitu al-Qasimiyyah, al- madaniyyah, al-Idrisiyyah, as-Salamiyyah, al-handusiyyah, al-Qauqajiyyah, al-Faidiyyah, al-Jauhariyyah, al-Wafaiyyah, al-Azmiyyah, al-Hamidiyyah, al-Faisiyyah dan al- menarik dari Tasawuf Asy-Syadzily, justru kandungan makna hakiki dari Hizib-hizib itu, memberikan tekanan simbolik akan ajaran utama dari Tasawuf Aswaja termasuk Tarekat Syadziliyah pimpinan Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili. Jadi tidak sekadar doa belaka, melainkan juga mengandung doktrin sufistik yang sangat dahsyat.
.
  • e7py43ne28.pages.dev/363
  • e7py43ne28.pages.dev/319
  • e7py43ne28.pages.dev/343
  • e7py43ne28.pages.dev/257
  • e7py43ne28.pages.dev/158
  • e7py43ne28.pages.dev/63
  • e7py43ne28.pages.dev/331
  • e7py43ne28.pages.dev/349
  • e7py43ne28.pages.dev/166
  • doa penarik rezeki syekh abul hasan asy syadzili